🏵 18. Dugaan 🏵

190 40 12
                                    

🏵🏵🏵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏵🏵🏵

“Fina ih...Gue itu bela-belain ikutin lo ke perpus dan gak ke kantin cuman karena gue mau dengar cerita lo entah itu mengenai kak Argaf maupun kak Erick! Bukannya malah diam gak jelas kayak gini” kesal Elsa setelah bermenit-menit sudah ia menunggu Fina berbicara, namun yang ada Fina hanya melamun dan tak berbicara sepatah katapun.

Padahal, Elsa sudah bela-belain temanin Fina ke perpus—katanya Fina tidak mau jika Argaf datang ke kelasnya. Bisa bahaya, kalau anak-anak Alamanda tahu rahasia Fina selama ini. Dan tidak mungkin juga, Fina akan memberi alasan kalau dia dan Argaf masih dalam masa hukuman. Jadi, yaa...terpaksa Fina harus bersembunyi di perpustakaan sampai bel masuk berbunyi.

Sementara itu, Elsa sedari tadi berharap mendengar cerita dari Fina terkait Argaf maupun Erick. Namun, Fina hanya melamun di tempatnya.

“Lo juga gak angkat telpon gue semalam.” lanjut Elsa lagi sambil memasang ekspresi cemberut, “Emangnya ada apasih?” tambahnya.

Tiga detik, lima detik sampai satu menitpun, Fina masih tak merespon. Dia tetap melamun memikirkan sosok yang ia duga mengawasinya tadi pagi—entah siapa dia. Mau sekeras apapun Fina berpikir, ia tidak bisa menemukan jawaban.

Fina sempat berpikir jika itu adalah sosok misterius yang mengirimnya benda manis setiap senin pagi, namun mengingat hari ini bukanlah senin, membuat dugaan Fina tidaklah benar. Lagi pula, sungguh tidak mungkin jika sosok misterius itu mengetahui kini Fina tinggal di kediaman Bumiwangkasa. Sementara yang tahu Fina tinggal di sana hanya Elsa dan Argaf saja.

“Gak mungkin, gak mungkin” Fina menggelengkan kepalanya cepat berusaha menghilangkan teka-teki aneh yang muncul berurutan di pikirannya.

Di satu sisi, Elsa malah semakin gemas dengan tingkah Fina. Bukannya merespon ucapannya tadi, Fina malah bertingkah aneh.

Elsa sudah tak tahan, ia lalu mencubit kedua pipi Fina. “Sadaaaar Finaaaaa!”

“Aww, sakit ih Elsa.” ringis Fina.

“Sadar juga” Elsa langsung berhenti mencubit Fina. “Lo sih, diam dari tadi. Udah kayak patung!”

Fina mengelus-ngelus kedua pipinya berharap rasa perihnya berkurang. “Yaa maaf.”

“Lo lagi mikirin apa sih? Cerita dong,”

Apa perlu gue cerita sosok tadi ya ke Elsa? Gak gak, gak penting juga. Mungkin itu hanya orang yang kebetulan lewat.

Tuh kan melamun lagi!” celetuk Elsa.

“Eh iya gimana Sa?”

PROSTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang