🏵 2. Hari Buruk Untuk Fina 🏵

487 94 21
                                    

🏵🏵🏵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🏵🏵🏵

"Fina! Bapak benar-benar gak nyangka kalau kamu akan terlibat pertengkaran dengan Argaf!" ucap pak Gozali, saat beliau berhasil membawa Argaf dan Fina ke ruang BK. Sementara cowok yang ditonjok Argaf tadi, harus terbaring di UKS.

Pak Gozali memang terkenal sebagai guru paling kejam dan tegas di SMA Alamanda. Semua murid di sekolah itu takut ketika harus berhadapan dengan sosok pria paru bayah berbadan tinggi tegap, yang memiliki tenaga kuat bukan main. Tampangnya seperti seorang atlet binaraga. Siapa lagi kalau bukan pak Gozali.

Semenjak beliau menjabat sebagai guru BK, tak ada satupun murid yang berani berulah di sekolah, terkecuali seorang Argaf. Argaf tak takut sekejam apapun guru yang ia hadapi, ia akan tetap berulah. Seperti saat ini, padahal belum cukup 1 bulan pak Gozali menjabat sebagai guru BK, beliau selalu saja dihadapkan dengan Argaf di ruang yang hampir seluruh murid mencap kalau ruangan itu adalah penjara.

Namun, kali ini pak Gozali tak percaya karena ia harus bertatap muka dengan salah satu murid yang ia banggakan. Murid itu tak lain adalah Fina Sandrawinata.

Pasalnya, sewaktu pak Gozali menjadi wali kelas Fina di kelas 10, Fina merupakan salah satu murid terpintar di kelasnya. Ia sangat ahli dalam pelajaran matematika yang pada saat itu dibawakan oleh pak Gozali. Bahkan, selama Fina sekolah di SMA Alamanda, cewek itu sama sekali tak pernah mencetak kasus. Namun kali ini, Fina harus bertatap wajah dengan pak Gozali di ruang BK bukan karena prestasi melainkan karena kasus.

"Maaf pak, saya kasian aja sama cowok yang dia tonjok," ucap Fina membela diri, "maafkan saya pak."

"Baik, kamu boleh kembali ke kelas sekarang!"

Mendengar itu, Fina mendongkak memandang pak Gozali dengan senyuman kecil. Kemudian ia sedikit menunduk untuk berterimakasih dan pamit keluar.

Bruughhh...

Argaf menendang meja milik pak Gozali yang ada di hadapannya. Hal itu membuat Fina dan pak Gozali kaget. Fina yang tadinya melangkah, kini malah berhenti dan langsung menoleh ke arah Argaf dan pak Gozali.

"Pak! Saya juga korban di sini! Dia tendang anu saya, kalau saya mandul gimana?" Argaf membuka mulutnya yang sedari tadi membisu. Ia seolah tak terima dengan kebijakan pak Gozali yang meloloskan Fina begitu saja, sementara dirinya tidak.

"Fina...duduk kembali!"

"Eh..."

Fina memandang wajah serius pak Gozali, lalu ia kembali memandang Argaf yang sudah memasang tatapan tajam untuknya. Jika seandainya tatapan Argaf bisa mengeluarkan peluru, mungkin Fina sudah mati tertembakk.

Fina mulai meneguk kasar air liurnya, kemudian ia kembakli duduk.

"Argaf, kasus kamu beda sama Fina. Kamu pukul adik kelas kamu, sampai masuk UKS, wajahnya membiru begitu, kamu pikir...itu bukan hal serius? Masih untung ada Fina, kalau tidak...mungkin anak itu sudah koma di rumah sakit!" jelas pak Gozali dengan suara yang tegas sambil menatap tajam Argaf.

PROSTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang