🏵🏵🏵"Lepasin ih!" ringis Fina kesal.
Argaf mulai melepaskan genggamannya pada tangan kanan Fina. Fina langsung melipat kedua tangannya di dada dan memilih memalingkan wajahnya di tempat lain. Mereka berdua kini berada di bawah tangga tepat di lantai 1. Suasana di sana begitu sunyi. Tak terlihat satu pun murid atau pun guru bahkan cleaning service yang biasanya berlalu lalang di situpun tak terlihat. Hanya ada mereka berdua.
"Mama bilang lo pulang bareng gue!"
Fina menoleh dengan ekspresi tak percaya. "Mama? Maksud lo?"
Argaf mendekat lalu mendorong pelan kepala Fina dengan telunjuknya. “Gak usah pura-pura bego! Lo udah tau kan, kalau bentar lagi gue bakal jadi kakak lo!"
Fina membenarkan poninya yang sedikit berantakan. Dengan ekspresi kesal ia kembali melipat kedua tangannya. "Trus mau lo apa?" tanyanya dengan tatapan tajam. Jujur saja, Fina merasa geli mendengar Argaf menyebut Sandra dengan sebutan 'Mama' padahal Sandra belum SAH menjadi mama-nya.
"Lo pulang sama gue! Mama gak bisa jemput!"
Fina memutar bola matanya malas. "Gue gak mau! Gak sudi!!" ketusnya.
Kemudian Fina mulai melangkah berniat meninggalkan Argaf, namun tangan kanan Fina lagi-lagi di tarik oleh Argaf. Fina menepis tangan Argaf. "Apa sih! Kasar amat jadi cowok."
"Pokoknya, lo harus pulang sama gue!"
"Gue gak mau! Lagian gue ada ekskul sebentar, jadi pulangnya lama!" decak Fina lantas melewati Argaf begitu saja. Fina buru-buru menaiki anak tangga menuju ke lantai dua sebelum Argaf menariknya lagi.
"POKOKNYA...GUE TUNGUUU!" teriak Argaf.
🏵🏵🏵
Cuaca sekarang ini terasa sangat dingin bagi seorang Fina. Sejak selesai menghadiri rutinitas ekskul teater, Fina buru-buru pergi ke halte untuk menghindari cowok yang tadi memaksanya pulang bersama. Yap, Argaf. Dan sejak saat itu pula Fina tidak melihat batang hidung cowok yang ia berusaha hindari. Pikirnya, Argaf akan menunggunya hingga selesai ekskul. Namun, hingga detik di mana Fina duduk di halte, cowok badboy itu tak kunjung muncul. Fina sendiri tak mengapa jika pulang harus naik taxi atau semacamnya, asal pulangnya tidak bersama Argaf.
Fina mendongak, memandang langit yang semakin gelap. Awan-awan yang semulanya putih, gini berganti warna menjadi abu-abu. Fina memejamkan matanya, lalu tersenyum. Posisinya saat ini sama persis ketika ia masih SMP. Waktu itu, ia sering menunggu jemputan di halte bersama dengan anak-anak sebayanya. Mengenang hal itu, membuat Fina tertawa sendiri.
Sedetik kemudian hujan turun membasahi tempat itu. Fina mulai menyatukan kedua telapak tangannya lalu digesek saling beradu. Setidaknya, ia bisa merasakan sedikit kehangatan dari hasil gesekan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROSTHER
Dla nastolatków[Romance ✔️ Comedy ✔️ Mission✔️ Mystery ✔️] [Cerita Berilustrasi 🏵 Vote dan Follow] 🏵🏵🏵 Fina selalu mendapat benda-benda misterius di gerbang rumahnya setiap hari senin pagi sejak ia kelas 2 SMP. Ia sendiri tak tahu siapa orang yang menaruh be...