🏵 23. Hello Februari 🏵

107 10 0
                                    

🏵🏵🏵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏵🏵🏵

🏵🏵🏵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏵🏵🏵

Langit dengan koloni awan berwarna kelabu menjadi awal dimulainya Februari di tahun ini. Semilir angin yang terasa dingin sesekali menusuk tubuh kokoh dari seorang cowok yang sedang duduk jongkok di samping sebuah gundukkan tanah yang sudah ditumbuhi rumput kuda.

Dipegangnya sebuah batu nisan dari keramik berwarna hitam dengan tangan kanannya bersamaan dengan perasaan yang menusuk. Raut wajahnya tampak begitu sedih. Ada banyak tumpukan kerinduan terhadap sosok yang sudah tertidur lelap selama beberapa tahun di dalam tanah itu. Kejadian beberapa tahun yang lalu benar-benar membekas di ingatannya.

Cowok itu menunduk, berusaha menahan agar air matanya tak jatuh. Sedetik kemudian, cowok itu menaruh sebuket bunga matahari di atas gundukkan tanah itu.

“Gue bawain bunga yang paling lo suka. Gue kangen sama lo.” gumamnya.

Tak berselang lama, hujan deras turun mengguyur tempat itu. Cowok itu tetap kokoh duduk jongkok di tempat itu. Bahkan tak berpindah di saat tubuhnya nyaris basah sempurna.

Tanpa disadari cowok itu, dari kejahuan seseorang tengah menatapnya di dalam hujan dengan memegang payung berwarna hitam serta sebuket bunga matahari. Persis seperti bunga matahari yang cowok tadi miliki.

“Maafin gue,”

🏵🏵🏵

Sementara itu...

“Elsaaaa...gua udah lapar banget tau nggak,  sekarang itu udah jam 2. Tapi gue belum makan dari tadi karena gak bisa keluar,”

“Panggil aja pelayan Fina susah amat”

“Bukan itu masalahnya, lo tau kan si Planet Bumi ini seenak jidat ngundang antek-anteknya di rumah. Mereka lagi nongkrong. Ihhh suaranya berisik banget. Coba lo denger,” —Fina membuka sedikit pintu kamarnya dan mendekatkan ponselnya di sana berharap Elsa mendengar kebisingan di tempat itu—“Bising kan? Gue gak bisa keluar. Kalau keluar nanti ketahuan lagi. Kalau gue panggil pelayan nanti ketahuan juga. Gue masih gak siap kalau penghuni Alamanda tau kalau gue sekarang tinggal di rumahnya!” jelas Fina dengan perasaan kesal yang sudah menumpuk.

PROSTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang