"Mama!" Teriak Nakamoto Dyrin saat melihat ibunya yang terlihat begitu cantik mengenakan gaun pernikahan yang sangat elegan.
Aoki Danela tersenyum sumringah, menyambut kehadiran Dyrin yang ceria. "Anak cantiknya mama akhirnya datang juga. Rin datang sama siapa?"
Tanpa menjawab perkataan Danela, Dyrin menoleh ke arah belakang, membuat Danela menemukan kehadiran Yuta dengan setelan jas hitamnya yang rapi. Pria Nakamoto itu juga ikut tersenyum tipis.
"Congratulation, Nela." Imbuhnya.
Sakit. Jujur saja sangat sakit bagi Yuta melihat wanita itu akhirnya bersanding dengan lelaki lain. Belasqn tahun lalu ia yang menjadi pria itu, mencurahkan rasa kebahagiaan mereka di antara kesakralan yang terjadi. Namun—sudahlah, Tuan Nakamoto. Ia benar-benar bukan jodohmu dan kini hanya bagian dari sejarah hidupmu. Salah satu orang yang menjadi pelengkap cerita nafasmu walau tidak akan pernah lagi menemani hingga akhir.
"Kalian Cuma berdua? Maksud aku, Dylan—"
Tepat setelah Danela menyebutkan nama si anak lelaki, Jeanne ikut muncul di belakang Yuta. "Eh, Jean?" Sebutnya dan semakin tersentak ketika Dylan menyusul dengan lengannya yang ditarik pelan oleh Jeanne. Dylan masih sama, masih memasang raut datarnya menghadapi pernikahan kedua sang mama.
"Maaf bu, tadi saya harus nemenin Dylan buat masuk kesini." Ujar Jeanne to the point membuat Yuta dan Danela mengerutkan kening mereka secara bersamaan. Namun Danela juga dibuat terkekeh disambung dengan senyuman tipis. "Terima kasih, Jean. Kamu membantu banyak hal di keluarga saya."
"Cih." Decih Dylan memutar bola matanya sinis, "dramatic woman."
"Lan." Tegur Yuta. Danela segera menyergah dengan berbisik pada Yuta, "seenggaknya dia mau datang kesini, Yut. Gakpapa."
15 menit kemudian
"Ish, kapan balik ke hotelnya, sih?" Eluh Dylan dalam posisinya yang kini tengah duduk di kursi tamu VIP. Tamu yang lain sudah bisa melihat jika remaja itu bosan dari gaya kakinya yang diselonjorkan ke depan dan tangan yang sengaja diluruskan ke bawah. Benar-benar seolah menjadi manusia yang pasrah dengan 'kebosanan'-nya.
"Lo kenapa coba?" Tanya Jeanne yang sedang duduk sambil mengunyah cemilan di samping Dylan. Ia agak risih karena orang-orang yang melihatnya juga akan ikut melihat kelakuan Dylan yang aneh itu. Hampir semua orang di gedung ini tentu akan tahu bahwa Dylan merupakan anak pertama si mempelai wanita, tentu saja mereka akan berpikir buruk akan kelakuan si sulung yang kekanakan itu.
Sementara keduanya menunggu, Dyrin ikut bersama Yuta menemui kerabat yang hadir.
"Lan, benerin posisi duduk lo. Ini acara formal."
"Ogah."
"Dylan."
"Don't care."
"Ya udah sih, terserah lo kalau gitu."
"Banyak nyamuk."
Jeanne menghela nafas kesal. "Sejak kapan disini ada nyamuk?"
"Tahu, ah."
Gadis Kim tersebut menjadi jengah, memilih bangkit berniat meninggalkan Dylan. Namun Dylan segera mencegat tangannya dan bertanya, "mau kemana?"
"Nyari Dyrin, takutnya dia rewel."
"Gak usah. Kan ada papa gue." Balas Dylan. "Sini aja ah temenin gue. Ntar lo dikira pacar bapak gue kan jadi ribet."
Jadi kalau dia di sampingmu, apa akan dikira pacarmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERIOR MANSION ✓
FanfictionNever mess with families in this superior place! 2019.