Hari ini, acara amal di kawasan Superior Mansion resmi diadakan. Para penghuni yang menggelar acara tampak sibuk menjalankan acara yang telah direncanakan sejak seminggu lalu. Pada kegiatan amal ini, mereka membagikan pakaian dan konsumsi untuk orang-orang yang kurang mampu. Mereka juga mengadakan permainan yang berhadiahkan barang-barang rumah tangga.
Petugas-petugas keamanan menyebar di beberapa bagian kawasan. Berjaga-jaga jika saja ada kejadian yang tidak menyenangkan terjadi. Ya—semoga saja tidak ada.
Moon Taeil sedang berdiri di sudut sebuah meja seraya mengulurkan satu persatu pakaian hangat. Senyuman ramah terukir di wajahnya, menyambut para manusia yang meramaikan kegiatan ini. Sesekali Taeil melirik putranya yang bertugas membagikan kebutuhan makanan di meja seberang. Taeil kian bangga, melihat anak semata wayangnya tumbuh sebagai orang yang ceria dan hangat.
"Bunda," gumam Taeil seolah mengobrol dengan mendiang Aileen Eri. "He looks so happy and healthy, you should be proud."
Di sisi lain, terdengar alunan dari suara lembut Seo Dean bersama suara gitar khas milik Seo Marcel. Mereka sedang bernyanyi, menghibur banyak orang berbekal bakat mereka yang manis.
"Lo harus bangga punya anak seperti mereka." Kata Nakamoto Yuta sesaat setelah berdiri tepat di samping Seo Johnny. Ia dibuat bangga, tentunya. Johnny menjadi sangat semangat dengan garis bibir yang melengkung. Ia tak menyangkan jika kedua putranya bisa bernyanyi seperti bintang terkenal. Bernyanyi mungkin terlihat biasa saja, tetapi Seo bersaudara mampu membuat Seo Johnny berdecak kagum dengan melodinya.
Yuta yang juga ikut senang pada Seo bersauadara kini menoleh pada anak sulungnya, Nakamoto Dylan, yang kini berada di tengah-tengah gerombolan anak kecil. Lelaki itu tak sendiri, namun ditemani oleh adiknya, Nakamoto Dyrin. Mereka berdua sedang membagikan mainan-mainan kepada anak-anak kecil tersebut. Yuta merasa kalau waktu berlalu begitu cepat. Baru saja ia melihat Dylan kecil mendekati Dyrin yang baru lahir, sekarang ia sudah menatap keduanya yang sedang beranjak menuju umur yang lebih tua.
"Mainannya udah cukup?" Tanya remaja yang lain usai menghampiri Dylan dan Dyrin. Dylan mendongak lalu menggeleng, "masih ada dua anak yang gak kebagian, Rich."
Qian Richene mengangguk paham dan sigap berbalik menuju tenda yang berisi susunan kotak penyimpanan benda-benda yang akan dibagikan. Setelah mengecek satu persatu tulisan pada kotak-kotak yang tersusu, Richene dapat menemukan kotak yang berisikan mainan dan segera membawanya pada Nakamoto bersaudara.
"Nih!" Richene menyodorkan kotak yang dibawanya. "Kalau butuh sesuatu, Rin bilang bilang ke Kak Richene, ya."
"Sip, kak!"
Richene tersenyum hangat kemudian mengedarkan pandangan, mendapati sang kakak yang tengah berjongkok di atas tanah. Richene mendekat, menemukan Qian Reyjune yang ternyata sedang menyuapi seorang lansia dengan sabar dan lembutnya. Meski si nenek sesekali menjatuhkan beberapa tetes air sup dari ujung bibirnya, namun Reyjune terlihat sangat sabar. Bahkan Reyjune membantu nenek membersihkan sisa-sisa makanan yang keluar dari mulut karena sulit ditelan.
Dari kejauhan, Qian Kun yang bertugas membagikan beras tak sengaja melihat kedua putranya. Awalnya tangan Kun yang menyodorkan bungkusan beras sempat terhenti, namun itu tak bertahan lama sebab nafasnya terdengar begitu lega menatap Reyjune dan Richene disana. Entah sifat penyabar siapa yang diturunkan kepada si sulungnya.
"Om Kun," panggil Jung Jonathan membuyarkan lamunannya. "Berasnya udah abis. Aku ambil disana dulu, ya?"
Kun mengangguk senang. "Om bantu."
"Gak usah, om. Ada papaku kok disana. Om disini aja."
"Ah—oke. Gak usah buru-buru ya bawanya, pelan-pelan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERIOR MANSION ✓
FanfictionNever mess with families in this superior place! 2019.