Wanita yang masih berdiri di ambang pintu itu merekahkan senyuman tipis, menyebabkan matanya ikut tersenyum manis. Itu—sama dengan eye-smile milik Jonathan. Hal itu tentu menyebabkan semua orang tersentak dan bertanya-tanya. Bahkan beberapa di antara mereka sudah menerka-nerka dan berharap prasangka mereka salah.
Jonathan lantas melantangkan suaranya memanggil maid. "Bi, ada orang yang masuk!"
Maid tergopoh-gopoh menuju wanita tersebut. "Maaf, tuan. Saya sudah berusaha cegah tapi—" maid terdengar menggantungkan ucapannya karena ragu.
Mereka menjadi tenggelam dalam hening. Jonathan berusaha menetralkan degupan jantungnya yang menjadi tak menentu, teringat suara yang pernah menyebutnya melalui telepon di ponsel sang ayah.
"Nathan." Panggil wanita itu, mengasah rasa penasaran semua orang. "Ini mommy, nak."
Boom! Semua orang yang mengisi ruangan terkejut bukan main.
"Heol."
"Woah, daebak."
"What the heck?"
Jonathan mematung, mencerna pengakuan wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Ryu Haneul.
Haneul perlahan menghampiri ranjang Jonathan bersama buliran air yang sudah menggenangi pelupuk matanya. Sementara teman-teman Jonathan masih belum paham dengan peristiwa yang sedang mereka saksikan. Maksudnya—ini benar-benar luar biasa!
Beberapa menit kemudian,
halaman Mansion Nakamoto"Dan akhirnya, pangeran memutuskan untuk menikahi gadis itu dan hidup bahagia." Papar Yuta yang kini menikmati waktu senggangnya di atas sebuah ayunan bersama si putri kecil Nakamoto. Setelah menutup buku dongeng dengan sampul cantik dan meletakkannya, Yuta kembali bersua. "Anak papa kok seneng banget dibacain dongeng? Padahal ini masih siang."
"Um—kurang tahu. Rin suka aja." Jawab Dyrin sambil mencubit lembut lengan Yuta. "Papa, Kak Dylan sama Kak Jean kok belum pulang?"
"Jean masih dalam perjalanan ke sini. Kakak kamu lagi main di rumah Kakak Nathan, kayaknya."
"Rin mau main ke rumah Kak Nathan juga."
"Gak usah. Rin masih kecil, kan yang main disana gak seumuran sama Rin."
"Kalau gitu, Rin minta adek."
Yuta terhenyak dengan penuturan Dyrin. Ya Tuhan, apa Dyrin kira anak-anak itu diperjual-belikan dengan bebas di toko-toko seperti boneka Barbie? Ah, ada-ada saja.
"Rin, mau ngemil aja gak?" Kata Yuta tak menjawab pertanyaan Dyrin.
Dyrin mem-pout-kan bibirnya dibuatnya, merasa Yuta enggan menanggapi permintaannya tadi. Namun kekesalannya tak lama, karena Dyrin merasa peruntnya mulai merindukan makanan ringan dan berujung menyetujui ajakan Yuta dengan mengangguk.
Baru saja Yuta bangkit dan meraih Dyrin, mendadak suara Dylan menginstrupsi pendengarannya. Yuta menoleh, mendapati tangan Dylan yang bertengger bahu Jeanne dari belakang.
"Udah, mending lo masuk aja." Ajak Dylan.
"Emang gue mau masuk, kok. Lo kenapa dorong-dorong gue, sih?"
"Buruan, masuk aja cepetan!"
"Lan, kenapa?" Tanya Yuta mengejutkan keduanya.
Dylan reflek berhenti menatap ayah dan adiknya. Untuk sesaat ia kebingungan akan menjawab apa tentang kejadian yang sedang berlangsung di mansion Jung. Jeanne sendiri buru-buru menyingkirkan tangan Dylan dari bahunya agar lelaki itu tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERIOR MANSION ✓
FanfictionNever mess with families in this superior place! 2019.