23. di mata mereka

9.3K 2K 111
                                    

"Lo ngapain disitu? Lagi tanning kulit? Sok bule." Ejek Dylan setelah mendapati Jeanne tengah berdiri di atas jembatan kecil berwarna merah yang menutupi bagian tengah kolam ikan Koi milik kakeknya. Ya, setelah membangkang pada keluarga-keluarganya dan tentu berbohong jika Kim Jeanne itu adalah kekasihnya yang ikut berlibur, Dylan melenggang keluar dengan santainya bertujuan mencari si gadis Kim yang tengah menunggu pertemuan majikannya selesai.

Jeanne yang mendengar ejekan untuknya kemudian mendengkus kesal. "Emangnya kenapa?" Lalu terkekeh. "Kok lo keluar? Bukannya di dalam masih pertemuan?"

"Males di dalam, bosen."

"Lo-nya aja yang gampang bosen."

"Iya, bu. Iya." Jawab Dylan tertawa kecil yang mampu mengundang wajah Jeanne untuk menoleh sepenuhnya.

Itu mempertemukan pandangan keduanya yang sama sekali tak sengaja terjadi. Tidak—jangan katakan jika kalian merasakan desiran ganjal yang mendengar, itu sangat terlihat dari bola mata kalian sendiri. Hal tersebut berakhir setelah Jeanne akhirnya membuka kembali suara. "Rambut lo udah gonrong."

Dylan tertawa hangat meskipun tak begitu lucu.

"Rambut lo kenapa dikasih warna begini?" Tanya Dylan basa-basi dan tanpa sadar menyentuh beberapa helai surai milik Jeanne yang kini berwarna merah marun.

Gadis itu menggeleng. "Aslinya warna dark brown. Terus waktu itu gue pengen aja nge-cat rambut sendiri, iseng sih mumpung ada waktu."

"Gue pernah dengar, kalau seseorang mengganti sesuatu, itu berarti dia sedang meninggalkan sesuatu." Ucap Dylan seraya memandangi Jeanne yang terlihat fokus pada ikan-ikan Koi di bawah sana. "Dyrin pernah bilang itu dalam bentuk sopannya."

Ucapan Dylan membuat Jeanne menggigiti bibir bawahnya, terlihat gelisah akan sesuatu yang baru saja disinggung Dylan.

"Kalimat yang seperti itu kayaknya gak akan diucapkan sama papa gue, terlebih mama gue. Siapa lagi ya yang deket sama Dyrin sampai bocah kayak gitu bisa tahu?" Tanpa menunggu jawaban Jeanne, Dylan terus melanjutkan perkataannya. "Kim Jeanne, kan?"

"..."

"Lo ada masalah apa?"

"..."

"Lucu, ya. Cewek kayak lo yang ceria terus dan sabar, tapi orang-orang gak tahu aslinya lo seperti gimana. Mungkin lo rapuh, atau lebih daripada rapuh?"

Remaja lelaki bermarga Nakamoto itu berhasil membuat wajah Jeanne menjadi murung.

Dylan memutuskan meraih kedua bahu Jeanne untuk kembali membuatnya tersenyum. "Mulai sekarang kita boleh jadi teman, gak? Jadi semuanya jangan disimpan sendiri lagi, oke? "

• • •

Chicago

Seorang wanita tua terlihat mendorong pintu kamar putranya, Seo Johnny. Begitu pintu terbuka lebar, sosok Johnny hadir dan sedang membereskan pakaian-pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam koper hitam besar. Wanita tadi sepertinya sudah merasakan keresahan seperti ini, saat tadi Dean mencari-cari beberapa benda yang harus dibawa kembali ke Korea.

"John." Panggil Nyonya Seo. "Ada apa?"

Johnny sempat berhenti dengan kegiatannya berkemas, sesaat kemudian ia berusaha melengkungkan bibirnya. "Aku mau pulang, ma. Ada urusan mendadak di kantor. Anak-anak juga udah masuk sekolah senin depan."

Karena jawaban Johnny yang tidak memuaskan sang ibu yang masih ragu, Nyonya Seo pun menutup rapat pintu kamar Johnny untuk melanjutkan pertanyaannya. "Apa yang terjadi sama Marcel?"

Meski dirinya sudah berusaha terlihat tenang di hadapan sang ibu, ternyata Johnny masih belum handal menyembunyikan kegelisahannya sebagai orang dewasa. Ini bukan masalah sepele, ini juga telah diketahui oleh Seo Juhyun meski Johnny telah meminta kepada wanita itu untuk tidak membesarkan hal ini, bahkan jangan sampai keluarga mereka yang lain tahu.

"John?" Nyonya Seo berusaha tegat agar Johnny segera memberi tahu kebenaran dan apa yang sebenarnya terjadi pada cucunya.

"Mom, gak ada apa-apa, kok. Percaya sama Johnny yang juga sudah jadi orangtua."
















Sementara itu,
di kamar Marcel dan Dean

"Disana ngapain aja, kak?" Tanya seorang remaja yang sedang melakukan panggilan video bersama Dean. Remaja itu adalah Richene, terlihat berdampingan bersama Reyjune dan Yaheskiel.

Sebelum menjawab Richene, Dean berdehem sesaat seraya dan menegapkan badannya. "Kemarin gue abis dari Coachella dong. Nonton konser, banyak artis hits-nya."

"Wah! Berarti sempat ketemuan sama Jonathan, dong?!" Seru Yaheskiel semakin dempet pada wajah Richene agar terlihat oleh Dean.

"Iya, gue sempat ketemu. Tapi cuma sebentar, soalnya Jonathan buru-buru pulang."

"Marcel mana?" Tanya Reyjune santai berpura-pura tidak tahu dengan situasi hubungan Marcel dan Dean yang beberapa hari terakhir sering bertengkar di area mansion sebelum berangkat ke Chicago.

Lantas Richene menepuk paha kakaknya tanpa sepengetahuan Dean agar Reyjune segera mengganti topik pembicaraan. Namun jawaban Reyjune malah—"kenapa, sih? Gue cuma mau tahu Marcel dimana, Chene."

"O-ow, udah bukan Rich lagi nih?" Kata Yaheskiel.

"Udah gak mau gue manggil dia kayak gitu." Balas Reyjune memutar bola matanya malas. "Gue gak mau dia jadi sombong."

"Huh, fitnah aja!" Elak Richene.

"Marcel lagi mandi." Jawab Dean agar Qian bersaudara berhenti beradu argumen dengan senyum tipisnya. "Dia baru aja masuk kamar mandi."

"Oh gitu ya."

"Eh ngomong-ngomong, si Jinan kemana?" Dean seolah mencari-cari sesuatu pada layar ponsel. "Bukannya dia udah pulang dari Thailand?"

"Iya, udah. Kata kakaknya dia masih mandi." Jawaban Richene membuat Dean mengangguk paham dan tidak menunggu waktu lama— "kakaknya Jinan?! Sejak kapan Om Tyrese punya dua anak?!" Seru Dean membuat Marcel yang keluar dari kamar kecil untuk mengambil deodorannya ikut terhenti.

"Ya sejak Jinan lahirlah. Mikir, dong." Balas Reyjune.

"Santai dong, kak." Sahut Yaheskiel lalu berdiri untuk meraih minumannya yang tadi dibuatkan oleh maid Mansion Qian. "Makanya, Kak Dean sama Kak Marcel buruan balik. Masih fresh from the oven."

"Gimana, sih? Kan mereka baru aja pergi. Masa disuruh balik."

"Senin udah masuk sekolah lagi."

Dean hanya menggeleng ringan melihat Yaheskiel dan Richene. Ya—jika seperti ini Dean pasti berpikir, apa teman-temannya itu masih melihat Marcel dan Dean sebagai kakak beradik yang kompak, atau sudah tidak lagi?

SUPERIOR MANSION ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang