6. kecewa yang terselubung

19.3K 3.7K 170
                                    

"Yaheskiel pulang." Teriak si tunggal Moon setelah menutup pintu utama mansionnya. Tanpa diduga-duga, Taeil yang seharusnya masih berada di kantor malah muncul, berjalan dari dalam dapur dengan celemek merah mudanya membuat Yaheskiel terkejut. "Loh, ayah udah pulang?"

Taeil mengangguk. "Iya, tadi ayah pulang cepet. Kamu mandi dulu abis itu kita makan malam bareng."

"Siap, ayah." Saat Yaheskiel berniat beranjak menuju kamarnya, tiba-tiba ia kembali berhenti. "Oh iya, yah. Kan Yaheskiel udah besar nih, kalau boleh tahu soal bunda—"

Gantungan kalimat Yaheskiel membuat dahi Taeil mengerut dan tersentak secara bersamaan. Apa—Yaheskiel akan bertanya tentang keberadaan bundanya?

"Ah, gak jadi, yah. Aku mandi dulu, ya." Yaheskiel nampak riang dan segera pergi menuju lantai dua, meninggalkan ayahnya yang membisu dan heran akibat sikap anehnya.

Taeil memperhatikan putranya yang tengah melangkah dengan cengiran itu. Yaheskiel kini sudah seharusnya tahu tentang kebenaran yang terjadi. Lantas Taeil menghela nafas berat dengan langkahan kaki gontai untuk kembali ke dapur. Tanpa Taeil sadari, Yaheskiel sebenarnya menghentikan pijakan kakinya di samping kamar miliknya seraya mengepalkan kedua tangan bak memendam sesuatu dalam benaknya.

• • •

Mansion Seo

"Cel, katanya daddy bakal pulang telat. Lembur." Ujar Dean singkat seraya melemparkan tasnya ke sembarang lalu menutup layar ponsel. Marcel hanya berdehem menandakan dirinya mendengar dengan baik ucapan Dean.

Respon Marcel membuat adiknya mengerutkan kening. Kenapa seharian ini Marcel nampak kurang bersemangat? Apa ada masalah yang terjadi tanpa sepengetahuannya?

"Cel, lo kenapa sih?"

Marcel mendongak. "Kenapa? Gue gak apa-apa."

"Terus kenapa lo kayak pundung begitu? Daritadi pagi kayaknya lo ada masalah deh." Sangka Dean yang sepertinya tak begitu diperhatikan oleh Marcel. Dean melanjutkan, "lo ada masalah sama Lillian?"

"Enggak, enggak ada apa-apa."

"Gue tahu, Cel. Gue tahu. Lo emang gak ada apa-apa tapi papa dia lagi kena kasus narkoba dan buat lo ikutan down, kan?"

Marcel menghela napas pelan dan membalas ucapan Dean, "jangan bahas itu. Gue lagi mikirin bagaimana caranya buat—"

"Udahlah, Seo Marcel. Jangan terlalu lo urusin. Itu masalah keluarga dia."

"Jangan, kata lo? Dia pacar gue, Dean. Masa gue diem aja?"

"Gue gak minta lo diem aja. Gue minta lo jangan terlalu berurusan. Lo itu masih pacar dia, bukan lebih daripada itu. You got it, bro?"

Saat Marcel akan menanggapi perkataan Dean, lelaki itu sudah terlebih dahulu menyambar sebuah handuk putih dan berkata, "gue mandi duluan."

Putra sulung dari Seo Johnny tersebut menghela nafas berat, lantas merebahkan dirinya dengan kasar di atas ranjang. Tak lama kemudian ponsel milik Dean berderit, mengundang perhatian Marcel untuk melihat siapa yang sedang menelepon.

Batin Marcel terkejut begitu saja saat melihat nama Kwon Lillian—kekasihnya—berada di layar ponsel Dean. Marcel berusaha berpikir positif, karena mungkin saja Lillian sedang membutuhkan sesuatu dari Dean. Marcel pun beralih pada ponsel miliknya lalu berusaha menghubungi Lillian. Begitu teleponnya dijawab, Marcel segera berkata, "kamu ada butuh apa sama Dean?"

Superior MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang