Malam ini, Marcel sedang menggelitik senar gitar di dalam kamarnya. Meski masalah di sekolah belum sepenuhnya selesai, namun Marcel berusaha untuk tidak terlalu larut agar mentalnya tak begitu jatuh. Ditemani oleh Dean, keduanya nampak mengimbangi harmonisasi manis di dalam kamar si sulung.
Marcel dan Dean menyanyikan lagu Strip That Down yang dipopulerkan oleh Liam Payne. Mereka seolah berduet, membuat lagu itu menjadi akustik versi mereka sendiri. Salah satu persamaan Seo bersaudara adalah sangat berbakat di bidang musik. Jago memainkan alat musik, bahkan mempunyai suara indah khas masing-masing.
"You know, I love it, when the music's loud. But c'mon, strip that down for me."
Lagu itu masih mengalun, sampai Johnny yang juga mendengarkannya tersenyum dari luar. Ia mendorong pintu persegi panjang berwarna putih yang diluarnya bertuliskan, way to heaven.
"What's up, kids?" Tanya Johnny sebelum meneguk soda yang berada pada tangan kanannya.
"We aren't kids anymore, dad." Jawab Marcel sembari menyimpan gitar di samping ranjangnya. Dean mengangguk setuju sambil membuka kacamata bulat yang dikenakannya.
"Lanjut aja, dad juga mau dengar."
"Gak gratis, pak." Canda Dean yang membuat Johnny mendengkus sok kesal.
"Still mad?" Kali ini giliran Marcel yang bertanya.
"Kenapa?" Johnny mengambil jeda sebentar untuk menyimpan sodanya. "Kalian suka lihat dad marah?"
"Dean berharap ada sesi baku hantam, tadi."
Tangan Johnny meraih bantal dan mendorongnya ke arah Dean tanpa basa-basi. Dean sendiri reflek meminta ampun bahkan terbahak-bahak.
"Karena kalian minta dad untuk tenang, ya dad tenang. Tapi gak usah kalian pikirkan, dad udah bereskan semuanya. Just for my amazing sons."
"Dean, did you see that?" Ujar Marcel yang membuat kedua lelaki lainnya menoleh serempak. "Our Winter Seoldier is back."
Dean mengacungkan ibu jarinya, lagi-lagi setuju dengan perkataan si kakak. Johnny menggeleng ringan, menolak usulan julukan dari Marcel.
"I'm the god of thunder, boy. I said it too many times."
"Yuck—" Marcel dan Dean seolah tidak terima dengan itu, membuat Johnny terkekeh merasa puas. Mendadak Johnny teringat sesuatu yang membuatnya berkata, "dad punya sesuatu untuk kalian. Follow me." Ajaknya seraya melangkah keluar, mengundang langkahan kaki serta antuasiasme Marcel dan Dean.
Setibanya di garasi mansion, Johnny yang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Itu seperti—kunci mobil? Setelahnya ibu jari Johnny menekan salah satu tombol pada alat tersebut.
Beep!
Kedua putranya menoleh secara bersamaan. Mata Marcel dan Dean berbinar melihat sesuatu yang baru yang terletak pada sudut garasi, sedikit terhalangi oleh keberadaan 3 mobil lainnya.
"Wow, Tesla!" Seru Marcel sontak menghampiri mobil mewah itu.
"Wow, dad!" Timpal Dean.
"Dad cuma beli satu, gak mau manjain kalian. Kalau mau pakai, harus gantian."
"Fix, kita harus atur jadwal penggunaan, Cel."
"Yeah, sesuai umur. Yang paling tua dia yang harus bawa ini."
"Kita seumur, woy!"
"Yang duluan keluar?"
Johnny menggelengkan kepala sambil berbalik, berniat kembali ke dalam mansion untuk beristirahat. "Cekcok terus atau dad tarik lagi Tesla-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERIOR MANSION ✓
FanficNever mess with families in this superior place! 2019.