CINTA

29 0 0
                                    

Lalu bagaimana aku mendeskripsikan cinta ini kepadamu? Aku sendiri telah hilang perasaanya.

- Rafky Anadil-

Musim berubah tidak menentu. Perubahan alam yang membuat manusia terlihat bodoh. Menyusuri sebuah lembah yang tidak bertuan. Jiwa-jiwa yang tak kasat mata mengawasi setiap langkah yang aku ambil. Memberikan sebuah hukuman jika aku melakukan sesuatu yang diluar norma dan nilai-nilai. Langit tidaklah menunjukan matahari, seolah ingin berkata bahwa dia bisa melakukan apapun terhadapnya.

Angin berhembus dengan kencang. Membuat bulu kuduk berdiri. Hawa dingin menembus jaket tebal. Mematikan sang api yang berkobar membara. Tidak ada bintang yang menjadi seni malam hari. Semuanya sunyi, hanya terdengar suara rintik hujan. Tidak ada kehidupan di sekitar, hanya ada sebuah tenda yang terlihat. Hujan sepertinya tidak akan berhenti untuk waktu yang singkat.

Terdengar suara yang memanggil dari luar tenda. Aku kira makhluk dari dunia lain. Tapi suara itu tampak nyata. Terlihat perempuan di depan pintu tenda. Memandang dengan tatapan sendu. "Ada yang bisa saya bantu?" perempuan itu hanya menganggukan kepalanya. Perempuan yang sangat cantik membuat jiwaku bergejolak.

"Ada apa?" aku kembali bertanya kepadanya.

"Boleh aku menginap disini? Di tendaku tidak muat untuk lima orang." lihatlah wajahnya terlihat sangat lembut. Putih bagaikan kain sutera.

"Bagaimana mungkin kalian melakukan pendakian hanya bermodal satu tenda dengan kapasitas orang lima?" aku mencoba mengalihkan rasa ini.

"Kami pendaki pemula." aku hanya menganggukan kepala. Eksistensi membuat banyak orang melakukan sesuatu diluar kemampuannya.

Keheningan menyelimuti ruang persegi ini. Pikiranku berkelana jauh menuju dunia yang tidak pernah aku coba sebelumnya. Berjalan menikmati pemandangan yang tidak pernah aku dapatkan di dunia nyata. Namun, dunia itu nampak sangat nyata dalam pikiran.

"Aku Everiel Cahyadi." dia mencoba mencairkan suasana yang sangat kaku.

"Gue Rafky, Rafky Anadil." aku menatap matanya yang masih setia dengan posisi duduk.

"Eh tunggu, kamu yang tinggal di Lembang itu kan? Anak SMA 2 Bandung?"

"Bagaimana lu tahu?"

"Kita teman kelas dulu, sekarang kamu kuliah dimana?"

Sebuah peputaran waktu. Memorial dalam kehidupan kini di paksa untuk bekerja. Hitam putih lembaran hidup aku buka kembali. Kejadian yang tidak ingin aku ingat kembali muncul. Menyesak ke dalam relung jiwa. Perasaan kini tidak ada lagi dalam hidupku. Hanya sebuah nafsu dan hasrat tumbuh subur di seluruh tubuh. Aku terbang dengan bebas.

"Wah anak sastra yah, pandai ngerayu nih."

"Engga biasa aja. Sebuah seni dalam kehidupan tergantung bagaimana orang itu menempatkannya." senyumannya membuat aku tidak mampu menatap lama matanya.

"Sebaiknya kita tidur, gue ngantuk."

Dia adalah makhluk yang tepat. Betapa baiknya semesta memberikan sebuah objek yang sangat elok. Permainan akan dimulai, sungguh awal yang indah aku berbaring disebelahnya. "Tunggu saatnya, aku tidak akan melakukan di alam semesta yang suci ini." rambutnya sangatlah halus. Kulitnya selembut angin yang tidak berasa jika di sentuh. Seindah kepakan kupu-kupu yang terbang mengintari bunga.

Waktu kembali lagi membawa aku ke dunia yang ramai. Dunia dimana hanya ada orang-orang yang gila akan jabatan dan uang. Semuanya bisa dilakukan hanya dengan uang. Seks pun demikian. Aku mengikuti seorang perempuan yang bekerja sebagai kupu-kupu malam. Terlalu hina jika menyebutnya sebagai pelacur. Perempuan itu pulang melewati gang yang sangat sempit dan kotor. Sebuah rumah yang sangat sederhana. Terlihat bayangan seorang anak kecil memeluknya sangat erat.

OTOKRITIKWhere stories live. Discover now