Our Life With You

15

Jean POV

Aku bukannya mencari kesempatan dalam kesulitan.

"Dasar...brengsek hiks..."

Dipelukanku kini, [Name] menangis dan kesal.

"Aku tidak akan...hiks percaya lagi..."

Aku hanya kebetulan lewat dan bertemu dengannya, oke.

(Flashback on)

Di kampus ini. Kampus paling bergengsi ini.

"Jeje, kantin yuk"

"Jangan panggil aku begitu!"

"Eh? Kan imut"

Malu tahu, [Name]!

"Tidak dengan sensei?"

"Sebisa mungkin, kami tidak terlihat bersama di kampus. Itu syarat sih, bagaimana lomba fotografi itu?"

"Jelas menang dong!"

"Ciee! Hadiahnya kan lumayan ya?"

Firasatku buruk ketika dia kembali ke kelas dengan menelpon.

"OI! KANTIN YUK! DITRAKTIR JEAN SEKELAS! SEJURUSAN JUGA!'

Bangsat :')

Untung suka, meski sudah milik yang lain :')

"WUOOOH!!! JEAN BANZAI!!!"

Yah, lalu kantin disabotase jurusan seni.

Kegiatan kampus seperti biasa, latihan makrab sampai malam dan persiapannya.

Persiapannya diperketat karena makrab sudah dekat.

"Cuci muka, ah"

PLAK!

"KAU BRENGSEK!"

Saat itu, aku tidak sengaja melihat keduanya.

"Kau...TERIMA KASIH! KAU SUDAH MEMBUATKU SEMAKIN TIDAK PERCAYA ORANG LAIN!"

Bertengkar? Kenapa ya?

Aku bersembunyi di balik tembok lorong.

"Ini...kukembalikan! Jangan hubungi aku lagi ataupun bertemu denganku"

Cincinnya dilempar? Tunggu...

Masa mereka--

"SAYOUNARA!"

(Flashback off)

Setelahnya aku mengejarnya.

Pertama dia tidak mau cerita dan pada akhirya aku ada diposisi sekarang ini.

"Jeje...apa aku...bisa mempercayai orang lain?"

Dia memang belum cerita sama sekali.

"Apa aku...tidak boleh bahagia?"

Ini hanya tebakanku saja.

"Cerita saja padaku, aku akan menjaga rahasiamu"

Aku berharap tidak seperti tebakanku ini.

"Aku dan...Smith-sensei...membatalkan pernikahan kami..."

Ternyata benar.

"Aku dan dia...tidak lagi bertunangan"

Erwin POV

Apa ini baik untukku?

Tidak ini yang terbaik untuknya.

"Oh, okaeri"

Tidak ada siapapun begitu aku pulang.

Tadi hanya imajinasiku mendengar suaranya.