Reader POV
"Amerika?"
"Iya, ada hal yang perlu kuselesaikan dengan keluargaku di sana"
Hah~
Mendadak sekali.
Padahal aku sudah libur, sebulan sih.
Aku ingin ke pantai dengannya mumpung musim panas juga.
"Aku boleh ikut?"
Erwin berbalik sebelum dia pergi.
Dia bilang akan pergi selama seminggu.
"Maaf sayang, tidak kali ini", sentuhan lembutnya di pipi membuatku nyaman. "Aku ingin juga membawamu ke tempat asalku. Orang tuaku tidak mengizinkinmu ikut"
Begitu ya? Sepi pasti.
Meski ada Armin ju--
"Eh? Kau juga ikut, Armin?"
Dia mengangguk.
Berarti aku sendirian?
"Kamu sementara pulang dulu ya, honey", Erwin mengecup bibirku singkat.
"Aku ikut ke bandara ya"
"Maaf, sayang...tidak usah dulu"
Blam.
Hah~
Terburu-buru sekali mereka.
Kira-kira di sana ada apa ya?
Kenapa aku tidak boleh ikut campur?
Yah, memang aku belum resmi menikah dengn Erwin.
Mungkin ini yang terbaik.
"[Name]!"
"Gya!"
Kaget aku dia tiba-tiba kembali lagi!
"A-ada yang ketinggalan?"
Erwin cuma masuk, mengambil paspor -aku rasa- lalu pergi lagi.
"Bye, honey!"
Blam.
Hah~
"Peluk atau cium lagi kek, malah pergi gitu aja"
Aku lebih baik cek lagi mungkin dia ketinggalan sesuatu lagi.
"Babe!"
"Apa lagi yang terti--!"
Cup.
Oh, astaga dasar pria tua satu ini.
Erwin kembali hanya untuk menciumku dan memelukku.
"Aku pergi ya"
"Jaga dirimu baik-baik di sana, Erwin"
"Aku ingin kamu ikut"
"Aku juga ingin, tapi aku tidak mau kau jadi anak durhaka"
Aku lirik Armin yang ada di ambang pintu.
Dia menulis di papn kecil, lalu memperlihatkannya padaku.
"Erwin-san, gelisah terus dari tadi. Beritahu padanya, 10 menit lagi pesawatnya akan berangkat", katanya.
Aku mengangguk mengerti.
"Hei, sepuluh menit lagi pesawatnya berangkat lho"
"Aku tahu...tidak bisakah kamu masuk koperku?"
"Itu ilegal!"
Aku melepas pelukkannya.
Oh, wajahnya gelisah sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life With You
FanfictionAku jatuh ke dalam keputusasaan Dan kau menarik dari lubang gelap tersebut