05

275 27 2
                                    

Kyra POV

Di pagi hari ini, aku dikejutkan oleh kehadiran ayahku di ruang tamu. Aku menghampirinya tapi tidak memeluknya. Aku dan ayah tidak sedekat itu

“Ayah sudah pulang”

“iya. Bagaimana kabarmu?”

“tidak baik, ayah tahu itu”

“melangkahlah, nak. Kamu tidak bisa berdiam diri di suatu tempat dan tersiksa untuk waktu yang lama”

“ya, hampir semua orang berkata seperti itu, yah”

“kalau begitu, lakukanlah”

Berbicara berlama-lama sama ayah dapat membuatku kehabisan kata kata. Aku memutuskan untuk memakan sarapanku yang sudah disediakan di meja. Semuanya seperti biasa. Hanya saja aku belum melihat ibu

Ting nong

Siapa yang datang di pagi hari dan membunyikan bel rumah kami?

“ayah! Ada orang didepan”

Tidak ada sahutan dari ayah

“Ibu! Tolong bukakan pintu! Aku sedang makan”

Tidak ada juga sahutan dari ibu. Aku memutuskan untuk membukakan pintu dengan tangan kotor. Sebenarnya aku heran, siapa yang bisa datang sejauh ini padahal penjagaan rumah kami sangat ketat?

Ceklek

“loh, kamu?”

“ah, senang bertemu denganmu lagi, nona”

Dia adalah lelaki kurang ajar yang masuk tanpa mengetuk ruangan sehun terlebih dahulu! Untuk apa ia kemari?

“ada perlu dengan siapa?”

“denganmu”

“hey, memangnya kamu punya urusan apa denganku?”

Ia menunjukkan cincin pernikahanku

“bagaimana bisa itu ada padamu, tuan?!”

“kamu menjatuhkan ini saat bergegas pergi waktu lalu”

“benarkah? Terimakasih telah membawakannya kembali” aku akan mengambil cincinku di tangannya. Namun, ia menarik tangannya

“ada upahnya, nona”

Aku menatapnya bingung

“jalan denganku seharian ini”

Aku merutuki kebodohan diriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merutuki kebodohan diriku. Mau saja pergi dengan orang yang tidak aku kenal sama sekali

Tidak apa, demi cincin pernikahanmu, kyra. Ucapku dalam hati

Kami berhenti di kafe yang berada di atas gunung. Aku tidak bohong, pemandangan alam terpampang jelas di mataku. Sejuknya udara juga dapat terasa

“saya sudah melakukan reservasi”

“ah, dengan bapak chanyeol. Mari ikut saya”

Kami mengikuti jalan dan berhenti di sebuah meja

“silahkan, pak”

“terimakasih”

Ternyata yang tadi kulihat bukanlah apa apa. Pemandangan alam dari sudut ini seperti lukisan. Lukisan yang sangat nyata. Bahkan aku hampir tidak bisa membedakan mana lukisan dan pemandangan yang sebenarnya

“silahkan duduk, nona”

Aku duduk dan meletakkan tasku. Mataku masih tak bisa lepas dari indahnya alam

“apakah pemandangan ini lebih menarik daripada aku?”

“memangnya apa yang menarik darimu, tuan?” mataku menatap iris matanya

“kita belum berkenalan. Aku park chanyeol” ia mengulurkan tangannya

“Kyra queensha” balasku tanpa menerima uluran tangannya

“bolehkah kubertanya sesuatu?”

“ya”

“Oh sehun..adalah suamimu?”

“darimana kamu tahu?”

“kamu berada di ruangannya waktu itu. Harusnya tidak ada yang diperbolehkan masuk kesana”

“ya, aku istrinya. Mantan istrinya”

“Kalau gitu, bagaimana jika kamu menjadi istriku?”

“kamu pasti sudah kehilangan akal sehat, tuan park!”

Unpredictable You [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang