15

202 21 0
                                    

7 tahun kemudian..

Paris

Sudah tujuh tahun lamanya aku berada di Paris untuk melupakan masalahku di Jakarta. Dan juga ini sudah tahun ke tujuh aku membuka kafe di paris dengan konsep yang sama seperti kafeku terdahulu.

Kafeku berkembangan dengan sangat baik disini. Kafeku sudah terkenal di seluruh dunia. Namun, aku memilih untuk tidak lagi terlalu fokus di kafe ini. Ibu yang sudah mulai memasuki umur lanjut usia mulai meminta cucu. Dan juga umurku sudah cukup untuk menikah, 32 tahun. Tapi, aku belum menemukan pasangan. Aku belum lagi membuka hati untuk siapapun. Karena sejujurnya, chanyeol-lah yang masih menempati hatiku.

Karena keputusanku sudah bulat, maka aku memutuskan untuk mengadakan peran manajer di kafeku.

J'ai entendu vos commérages sur le rôle de gérant de ce café. Comme vos potins, présentez notre responsable! Zhang Yixing! Il sera responsable ici tant que je ne serai pas à Paris.”
(Saya mendengar gosip kalian tentang akan diadakannya peran manajer di kafe ini. Seperti gosip Anda, perkenalkan manajer kami! Zhang Yixing! Dia akan bertanggung jawab di sini selama aku tidak di Paris.)

Sorakan para pegawai mulai terdengar diikuti dengan suara tepuk tangan.

Ya, aku memberikan kak lay peran manajer karena ia bukan lagi pengawal pribadiku. Bukan karena keinginannya, tapi karena keinginanku. Kak lay sudah menikah 5 tahun yang lalu dengan seorang perempuan yang juga berasal dari Jakarta. Namanya nia. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Zhang Renjun.

“tout retour au travail”
(Semuanya kembali bekerja)

Setelah semua pekerja kembali melakukan pekerjaan mereka, aku duduk besama kak lay.

“Aku akan pulang besok.”

“Jam berapa? Kakak antar.”

“Tidak usah. Lebih baik kakak kerja tepat waktu besok.”

“Baiklah. Tapi, apa kamu yakin akan pulang?”

Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sering kutanyakan pada diriku sendiri. Apa aku sudah siap? Sejujurnya aku takut menghadapi kenyataan yang ternyata mengatakan kalau aku belum cukup siap. Tapi, aku akan mengikuti kata hatiku yang sudah berkata siap.

“Ya, aku yakin. Aku akan pergi ke apartemen kakak sekarang. Ingin bertemu istri kakak.”

“Hati-hati”

“Hati-hati”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting tong

Ceklek

Pintu terbuka menampakkan nia yang sedang menggendong Renjun yang baru berusia satu tahun.

“Eh, kyra. Haii!! Masuk sini. Pas banget aku baru selesai masak! Makan yuk.”

Aku dan nia masuk lalu duduk di meja makan.

“Jarang sekali kamu kesini, ra. Padahal aku butuh teman untuk menemani hari-hariku yang monoton.”

“Hehe.. seperti yang kamu tahu. Kafeku sangat ramai pengunjung. Makan saja belum tentu sempat.”

“Pantas saja kamu semakin kurus.”

“Iya. Ah! Aku membawakan ini untukmu dan Renjun.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sejujurnya aku tidak tahu ingin belikan apa untuk anak seusia renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sejujurnya aku tidak tahu ingin belikan apa untuk anak seusia renjun. Akhirnya aku membelikan mobil untuk usia renjun.”

“Ini kan mahal?!”

“Tidak masalah. Apa saja untuk ponakanku yang lucu ini.”

“Renjun bilang apa ke aunty?

macih, an-ti.”
(makasih, aunty.)

“Iya sayang, sama-sama.”

“Oh ya, kudengar, kamu akan pulang besok?”

“Iya. Sudah waktunya bagiku untuk pulang.”

“Perlu kuantar?”

“Tidak usah. Kamu akan repot membawa renjun ke bandara karena disana kamu pasti akan berdesakan dengan wartawan yang menunggu.”

“Menjadi orang terkenal memang repot.”

Kamipun tertawa dan menghabiskan waktu seharian.

Unpredictable You [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang