25

181 13 1
                                    

Rumah sakit.

“Istri saya kenapa ya dok?”

“Ini sejujurnya wajar terjadi pak. Namun hanya saja yang istri bapak alami memang cukup dahsyat di banding ibu hamil yang lainnya.”

“Tunggu.. ibu hamil?”

“Iya, selamat ya pak. Istri bapak hamil 5 minggu.”

“Loh? Lima?”

“Iya, pak. Gejala gejala kehamilan memang ada beberapa yang datangnya tidak menentu, tapi itu bukan masalahnya pak.”

“Lalu, apa masalahnya dok?”

“Istri bapak ini hamil kembar—”

“Astaga, yaampun terimakasih Tuhan. Sayaaanggg” Chanyeol memelukku dengan sangat erat.

Namun berbeda denganku yang masih menunggu kelanjutan kalimat dokter.

“Bukannya bagus dok kalau saya hamil kembar?”

“Begini, bu.. memang sangat bagus kalau ibu hamil kembar. Tapi masalahnya—










—ibu hamil kembar empat.”

Seketika semua pandanganku gelap.






Aku membuka mataku pelan-pelan dan mengumpulkan kesadaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku membuka mataku pelan-pelan dan mengumpulkan kesadaran. Juga mengingat-ingat apa yang telah terjadi.

“Ra?”

“Yeol? Aku sudah di rumah?”

“Iya. Dan dokter berpesan. Jangan melakukan aktivitas apapun hingga kira-kira kandunganmu sudah kuat untuk mengandung empat anak.”

“Hhh, pasti akan membosankan..”

“Dan juga, aku telah membeli rumah di dekat pusat kota.”

“Kenapa? Apartemen cukup kok.”

“Tidak. Apartemen tidak akan cukup. Sekali kamu lahiran, keluarga kita akan menjadi keluarga besar. Ingat ya sayang, anak kita empat.”

“Tapi, apa tidak sayang? Apartemen ini kan masih baru.”

“Tidak apa-apa. Nanti aku jual.”

“Hadeh, kamu ini.”

Kalian perlu tahu, aku seharian ini di rumah tidak turun dari ranjang sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian perlu tahu, aku seharian ini di rumah tidak turun dari ranjang sama sekali. Terkecuali pergi ke toilet. Itupun sedikit susah karena aku harus melakukan segala hal dengan sangat hati-hati. Juga, chanyeol tidak pernah mematikan video callnya. Yap, ia tetap pergi kerja. Aku memaksanya dan juga mengancamnya.

“kalau kamu tidak mau kerja, aku akan lari turun naik tangga.”

“jangan bercanda”

Aku mengambil ancang-ancang ingin lari namun chanyeol menahannya. Tenang saja aku tidak serius ingin lari.

“baiklah aku kerja, tapi jangan matikan panggilan video dariku, ya?”

“ok!”

“Jangan melamun. Memikirkan apa?”

“Kira-kira apa saja ya jenis kelamin anak kita?”

“Semoga ada perempuan dan laki-laki.”

“Kuharap juga seperti itu. Tapi, bagaimana kalau empat-empatnya laki-laki atau perempuan?”

“Selama mereka sehat, kenapa tidak?”

“Ohya, aku lupa mengabari ibu.”

“Aku sudah mengabari ibu dan ayah. Mereka sangat bahagia mendengar kabar ini. Bahkan ibu sampai hampir pingsan tidak menyangka.”

“Kenapa mereka tidak menelponku ya?”

“Mungkin mereka akan da—”

Ting nong

“—itu mungkin mereka. Matikan telponnya, aku akan mengatakan pada ibu dan ayah untuk langsung masuk saja.”

“Iya”

Bip










Hari ini, aku dijaga oleh orang tuaku seharian. Entah shift siapa lagi esok hari.

Unpredictable You [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang