Bagian 41

118 13 2
                                        

  Tiga bulan sejak kejadian itu telah berlalu. Banyak banget pelajaran yang bisa Gue dapet. Gue emang kehilangan orang yang Gue cinta pada saat itu. Tapi kini Tuhan ganti dengan yang lebih lagi.

  Seorang laki-laki yang berhasil buat Gue lupa kalo Gue pernah patah hati. Yang dari awal enggak pernah buat Gue bingung dengan status. Dia yang selalu berjuang buat Gue, tanpa Gue minta sama sekali. Yang selalu bilang ke Gue, masa lalu enggak perlu terlalu kita ratapi, yang perlu kita tatap adalah masa depan yang menanti di depan sana.

"Apaan sih Le! Ngeliatin mulu daritadi! Naksir ntar!" gerutu laki-laki yang sekarang bahunya lagi Gue pakai buat bersandar. Bahu nyaman yang kapan aja bebas Gue pakai buat bersandar.

"Emang udah naksir," seraya tersenyum menggoda ke arah Daniel. Ya laki-laki yang kini statusnya jadi pacar Gue namanya Daniel. Satu sekolah sama, juga satu angkatan sama Gue. Tapi kita beda kelas.

  Tangan Daniel terulur buat jitak kepala Gue. "Lo itu sebenernya enggak cantik-cantik banget tau Le! Malah menurut Gue standar banget."

"Ish! Pacar sendiri dihujat."

"Beneran! Dibanding mantan-mantan Gue, masalah fisik Lo kalah Le. Tapi masalah hati Lo juaranya."

"Gue geli denger Lo ngomong gitu Niel!" Daniel terkekeh menanggapi Gue. Jarang banget Daniel ngomong sedikit ada romantisnya kayak tadi. Biasanya juga cuma ngejelek-jelekin Gue.

"Gue juga geli ngomongnya Le!"

Kita berdua emang bukan pasangan yang setiap hari mengumbar kata romantis. Kita malah lebih sering menghujat satu sama lain.

"Temen-temen Lo mana? Kok lama banget?!"

"Enggak tau, tadi bilangnya sebentar lagi sampai."

Kita berdua lagi nunggu temen-temen Gue yang katanya mau kumpul di rumah. Ngomongin soal temen Gue jadi ke inget Uli. Sekarang, Uli udah pacaran sama Dino. Setelah Dino berusaha cukup keras buat meyakinkan Uli bahwa dia udah tobat dan enggak akan jadi play boy lagi. Lucunya mereka. Kalo Ressa mah dari masih anteng sama Bang Nando. Biarpun sering ribut, hubungan mereka langgeng sampai sekarang.

"Bang kok belum mandi? Ressa mau kesini tau. Enggak mau dandan yang ganteng biar dia kesem-sem?" Ucap Gue ke Bang Nando yang baru aja keluar dari kamarnya. Keliatannya dia baru aja bangun tidur. Tampilannya masih acak-acakan banget.

"Gue gini aja dia udah kesem-sem. Gimana kalo Gue dandan ganteng? Bisa gila itu bocah."

"Pede banget Bang!" Bang Nando cuma lempar senyum buat menanggapi Gue. Dia jalan ke arah dapur. Bangun tidur, bukannya mandi malah cari makan.

  Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Mungkin ini lebih cocok disebut gedoran.

"Buka sana pintunya! Lama-lama roboh ini rumah," perintah Daniel. Gue segera bergegas membuka pintu, bener kata Daniel kalo dibiarin lama-lama bisa roboh rumah Gue. Ketuk pintu kok pake kekuatan penuh.

"Heh! Bertamu ke rumah orang kok kayak ngajak gelud," omel Gue ketika pintu terbuka. Mereka hanya menunjukkan tampang masa bodoh, dan berjalan masuk rumah tanpa mempedulikan keberadaan Gue. Asli! kalo aja mereka bukan sahabat udah Gue masukin karung satu-satu.

  Sampai di ruang tengah Gue dibuat takjub dengan kelakuan mereka. Ada yang udah baringan santai di sofa, rebahan di lantai, yang udah balik dari dapur sambil bawa es sirup pun ada.
Untung hari ini mood Gue lagi baik, kalo enggak udah Gue usir daritadi.

"Ngapain diem di situ Le? Sini lah gabung sama kita! Anggap aja rumah sendiri," ucap Bang Kevin dengan santainya.

"Kok di sini Bang?" Kata Bang Nando hari ini tim futsal dia mau kumpul. Lah ini kenapa makhluk satu malah nyasar kesini.

  Seketika Bang Kevin menatap Gue tajam. Dengan ketus dia berkata.
"Emang enggak boleh?!"

"Ya boleh. Bukannya nanti tim futsal Lo kumpul ya?"

"Iya." Jawabnya singkat. Tatapannya fokus memilih jajanan yang ada di meja.

"Terus kenapa malah di sini? Enggak ikut kumpul?"

"Kumpulnya di sini." Kalo semua anggota tim futsal ikut kumpul. Berarti Kak Leo juga ada dong. Jangan salah! Gue sama sekali enggak ngarep ketemu sama dia. Kak Leo masih sering main ke rumah, nyamperin Bang Nando. Tapi enggak pernah ketemu sama Gue. Gue juga lebih nyaman gini, enggak ketemu-ketemu dia lagi.

"Mandi!" Ressa berteriak nyaring. Matanya melotot tajam ke arah Bang Nando.

"Males." Tanpa memedulikan perintah Ressa, Bang Nando berjalan menuju sofa. Bergabung bersama teman-teman Gue.

"Minggir Lo Bang! Ogah Gue temenan sama cowok bau badek!" Pekik Uli saat Bang Nando mendudukan diri di sofa dekat dengannya. Langsung saja Uli mendapat lemparan bantal dari Bang Nando yang sialnya tepat mengenai muka Uli.

"Kenapa sih pada ribut nyuruh Gue mandi? Lama-lama Gue curiga kalian berniat mau ngintip Gue waktu mandi."

"Hih jijik Bang!" Cibir Gue.

  Suara ketukan pintu kembali terdengar. Kali ini pintu diketuk sewajarnya tamu pada umumnya, bukan kayak mereka yang seakan mau demo minta naikin gaji buruh.

"Bukain Le!" Perintah Bang Nando.

"Lo buka sendiri aja Bang! Temen-temen Lo itu." Bang Nando berdecak kesal. Kini ia berganti memerintah Uli untuk membuka pintu. Uli menolak, dengan dalih kakinya akan lelah jika berjalan menuju pintu depan. Yaelah Li! Alasan Lo enggak masuk akal banget dah!

  Daniel bangkit dari duduknya di sofa, ia berjalan menuju pintu depan. "Mau kemana?" Tanya Gue.

"Depan. Buka pintu," jawab Daniel. Tuh kan! Sama masalah ginian aja Daniel peka banget. Menang banyak Gue jadi pacarnya.

  Enggak lama Daniel kembali ke ruang tengah. Dia berjalan bersisian dengan Kak Leo. Gue bersyukur enggak mau disuruh buka pintu sama Bang Nando, gimana jadinya kalo tadi Gue yang buka pintu?

  Kak Leo memandang ragu ke arah kami. Antara mau gabung apa enggak. Semenjak Gue enggak deket Kak Leo lagi, temen-temen Gue juga menjauh dari Kak Leo. Sebisa mungkin Gue bersikap biasa.

  Dengan cangggung Kak Leo berjalan ke arah Bang Nando. Duduk disampingnya.

"Le ambilin Gue minum dong!" Pinta Daniel. Padahal di depan dia ada banyak minuman. Dasar! Hobi banget buat orang repot.

"Itu di depan Lo banyak!"

"Enggak mau! Gue pengen minum es teh, buatin dong! Ntar Gue beliin martabak spesial dua kotak." Rayu Daniel. Dengan cepat Gue berjalan ke dapur. Tawaran yang dikasih Daniel terlalu berharga untuk ditolak.

  Dengan semangat Gue buat es teh untuk Daniel. Es teh yang penuh dengan cinta. Aelah bucin!

"Ale." Seketika tubuh Gue menegang denger panggilan dari Kak Leo.

"Yang tadi itu siapa? Pacar Lo?" Tanya Kak Leo.

"Daniel? Iya pacar Gue."

  Kak Leo menghembuskan nafas berat. Tangannya terulur menepuk puncak kepala Gue. Dulu, perlakuan Kak Leo kayak gini udah biasa Gue rasain. Yang bikin Gue baper. Udah ah! Males Gue bahas masa lalu.

"Gue mau ngomong suatu hal yang penting sama Lo. Nanti sore ke taman ya? Gue tunggu. Gue berharap banget Lo dateng Le." 

***
Give me vote and coment

Lampung, 29 juni 2019

EXPECT (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang