Bagian 35

115 10 0
                                        

  Setelah kemarin Gue diusir Kak Leo dari rumahnya, kali ini Gue coba peruntungan lain. Pagi-pagi Gue ke rumah dia, mau minta berangkat sekolah bareng. Padahal, hari-hari sebelumnya Kak Leo selalu jemput ke rumah tanpa Gue minta. Dari semenjak acara perayaan ulang tahun Gue waktu itu Kak Leo enggak pernah lagi ngajak Gue berangkat bareng.  Jangankan berangkat bareng, sekedar ngirim pesan aja juga enggak.

  Tapi Gue tetap berpikiran positif. Kak Leo ini pasti lagi akting buat ngeprank Gue.

  Tuh Kan! Gue emang lagi beruntung hari ini. Sampai di rumah Kak Leo, ternyata dia udah  stay di atas motornya. Udah siap berangkat sekolah. Gue samperin dia, Kak Leo enggak menyadari keberadaan Gue di dekatnya. Matanya fokus mainin ponsel yang ada di tangan.

  Gue peluk leher Kak Leo dari belakang berniat buat kagetin dia. Tapi, justru Gue yang dibuat terkejut dengan respon yang Kak Leo berikan ke Gue. Kak Leo menghempas tangan Gue kasar, matanya menatap Gue tajam. Seakan mengisyaratkan kalo apa yang Gue lakukan adalah kesalahan yang besar. Ini aneh! Buat sekedar ngerjain orang, enggak perlu seberlebihan itu. Lagipula apa yang Gue lakuin ke Kak Leo itu udah biasa banget buat kita. Gue takut kalo ternyata semua ini bukan cuma prank. Gimana kalo emang ini semua nyata?

  Stop! Pikiran negatif cuma bakal buat semua rencana yang udah tersusun rapi jadi berantakan. Jadi sekarang, Gue harus tetap yakin, ini semua cuma prank. Kak Leo pasti mau kasih kejutan spesial buat Gue.

"Kak Leo Gue mau berangkat bareng," pinta Gue. Kak Leo sepertinya sedang berpikir untuk mengiyakan atau tidak. Yaelah Kak! Biasanya juga maksa-maksa Gue buat berangkat bareng. Lah ini, giliran Gue nya yang minta sok-sok an mikir segala.

"Gue enggak bisa Le," tolak Kak Leo. Ini serius Gue ditolak?

"Kenapa Kak? Biasanya juga berangkat bareng Gue."

"Gue mau nganter Reta."

  Nganter Reta? Lah masih disini itu cewek. Kayaknya dia lagi cari kesempatan buat deketin Kak Leo deh. Sebagai sesama perempuan Gue bisa liat kalo dia punya perasaan ke Kak Leo. Tapi entah perasaan apa.

"Ayo dong Kak, Gue enggak ada barengan ini," pinta Gue sekali lagi dengan wajah yang Gue melas-melasin.

"Lo bisa naik taksi, ojek atau apa kek yang lain. Sekarang Gue enggak bisa lagi berangkat bareng Lo. Reta tanggung jawab Gue sekarang."

"Ha?"

"Gue rasa Lo enggak segoblok itu buat enggak paham apa yang Gue omongin tadi," kata Kak Leo, yang menurut Gue sedikit kasar. Biarpun Gue percaya Kak Leo cuma pura-pura, tapi tetep aja kata-katanya nusuk ke hati.

  Gue liat Reta yang keluar dari rumah Kak Leo. Lah ini cewek masih aja di sini. Kayak enggak punya rumah. Dia udah rapi pake seragam sekolahnya. Berjalan santai ke arah Kak Leo dengan menenteng tas sekolahnya.

"Ngapain disini Le?" Tanya Reta.

"Mau ngapain aja ya suka-suka Gue lah. Enggak ada urusannya sama Lo juga," jawab Gue ngegas.

"Le..." tegur Kak Leo ke Gue.

"Apa Kak? Berubah pikiran? Lo mau nganter Gue? Sorry, Gue udah males berangkat bareng Lo. Anter aja si dora," cibir Gue.

"Dora siapa?" Tanya Reta yang seperti kurang paham sama apa yang Gue omongin.

"Ya Lo lah. Pake nanya lagi! Lo itu  sama kayak dora. Sama-sama banyak nanya! Sama-sama suka cari perhatian!"

"Naik aja Ta! enggak usah dengerin Ale. Mending kita berangkat sekarang, ngeladenin ocehan si Ale mah enggak ada habisnya."

  Reta naik ke boncengan motor Kak Leo. Tempat itu harusnya Gue yang nempatin, bukan si Reta kembaran si dora. Awas aja suatu saat nanti bakal Gue bales dia!

  Gue memutuskan berjalan keluar komplek, mencari angkutan umum untuk pergi sekolah. Enggak ada untung atau rugi di tengah jalan Gue ketemu sama Dino. Dia nawarin Gue berangkat bareng.

"Mau bareng Gue enggak Le?" Tanya Dino lagi yang mulai jengah nunggu jawaban Gue.

"Yaudah iya." Gue mengiyakan ajakan Dino. Gue pikir-pikir lebih baik berangkat bareng Dino. Lumayan Gue bisa hemat ongkos.

"Darimana Lo? Dari rumah Leo ya? Enggak capek aja ngejar-ngejar dia terus?"

"Siapa yang ngejar-ngejar dia? Ngarang aja Lo!" Ucap Gue ketus.

  Setelah percakapan itu suasana menjadi hening. Dino fokus nyetir motornya tanpa ngeledekin Gue lagi. Gue juga enggak berniat kembali membuka percakapan sama dia. Suasana kayak gini lebih baik ketimbang Gue harus adu bacot sama Dino.

  Enggak lama kemudian kita sampai di sekolah. Setelah mengucapkan terima kasih ke Dino, Gue langsung jalan menuju kelas. Lagi, lagi dan lagi Gue perlu solusi dari Ressa dan Uli.

  Tiba di kelas, Gue disambut dengan suara-suara berisik dari para penghuni kelas. Ada yang sibuk ngegosip, maen game, nyanyi-nyanyi enggak jelas, ada juga yang tidur ngegeletak di lantai. Yang terakhir tadi adalah tipe manusia setengah kelelawar, kalo matahari udah nongol dikit aja bawaannya ngantuk mulu giliran malem enggak bisa tidur.

  Gue mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas, mencari keberadaan Ressa dan Uli. Ketemu! Mereka berdua lagi duduk nyempil di pojokan, Ressa yang sibuk makan kacang kulit dan Uli yang sedari tadi menggerutu enggak jelas. Gue berjalan menghampiri mereka berdua.

"Hai gengs...," sapa Gue ke mereka. Dengab segera mereka mengalihkan tatapannya menuju Gue.

"Eh si Ale," jawab Uli. Sedangkan Ressa masih tetap sibuk makan kacang kulitnya tanpa mau repot-repot balas sapaan Gue.

  Gue liat jam dinding yang ada digantung tepat di atas Ressa. Masih ada waktu sekitar 30 menit, cukuplah untuk cerita ke mereka.

"Gue mulai ragu kalo semua ini cuma prank deh. Menurut kalian gimana?" tanya Gue ke mereka.

"Alesan Lo jadi ragu apaan Le?" Tanya Ressa.

"Gue merasa Kak Leo itu ngelakuin itu beneran, enggk pura-pura. Dan, cewek yang namanya Reta yang jadi tunangannya Kak Leo waktu itu, dia tinggal di rumah Kak Leo," jelas Gue ke mereka.

"Serius Lo?!" Tanya Uli dengan ekspresi yang menurut Gue sedikit berlebihan.

"Serius. Kemarin Gue kesana nganter sarapan buat Kak Leo, nah itu cewek udah ada di sana. Tadi pagi, Gue ke rumah Kak Leo lagi mau minta berangkat bareng, lagi-lagi itu cewek udah nangkring di rumah Kak Leo."

"Lo tadi berangkat sama Kak Leo?" Tanya Ressa.

"Enggak. Kak Leo enggak mau berangkat bareng Gue," ucap Gue lesu.

"Kok bisa?! Lo harus ceritain secara detail perlakuan Kak Leo ke Lo selama beberapa hari ini, enggak ada pengurangan atau penambahan sedikitpun!" Perintah Uli.

  Jadilah Gue menceritakan semuanya ke mereka. Dari mulai Kak Leo yang enggak pernah ngechat Gue lagi. Jangankan ngechat duluan, Gue chat aja balasnya lama, kadang enggak dibalas.

  Mereka menyimak cerita Gue dengan seksama. Setelah Gue berhenti cerita mereka berdua terlihat sedang berpikir, mungkin mereka sedang mencari solusi dari semua ini.

"Gue tau!" Cetus Uli.

"Apa?" Tanya Gue antusias. Berharap Uli punya solusi terbaik.

"Lo enggak boleh deketin Kak Leo lagi, Lo ngilang dulu Le. Nah darisitu kita lihat, gimana Kak Leo nanti. Dia bakal cariin Lo apa enggak. Kalo ini prank otomatis Kak Leo bakal kelimpungan, Lo yang sebagai korban malah enggak nanggepin. Tapi, misal Kak Leo tetep kayak gini Gue rasa yang Lo bilang tadi beneran, ini nyata bukan prank," jelas Uli panjang lebar.

"Enggak konsisten banget sih Li. Kemarin yakin banget kalo ini cuma prank, nyuruh Ale mepet Kak Leo mulu. Nah sekarang, malah Lo suruh jauhin," gerutu Ressa.

"Ya maaf, kemarin Gue khilaf."

"Terus sekarang Gue harus gimana?" Tanya Gue ke mereka.

"Ikutin rencana Uli aja Le. Ntar kalo ternyata rencananya sesat kita tampol bareng-bareng."

***
Give me vote and coment

Lampung, 16 juni 2019


EXPECT (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang