17 Desember 2018
Bangchan dan temannya beserta Park Jinyoung telah sampai di tempat pesta itu. Mereka memperhatikan rumah besar itu. Ada yang aneh di sana.
Tidak biasanya pesta itu tampak sepi.
Biasanya mereka bisa melihat orang-orang masuk ke dalam rumah dan mobil-mobil mewah berjajar dengan rapi di pelataran rumah.
"Kalian turun duluan. Aku akan masuk belakangan untuk ngecek situasi." Perintah Jinyoung. Bangchan langsung mengangguk. Ia turun terlebih dahulu kemudian diikuti yang lainnya.
Bangchan memimpin jalan mereka untuk menuju ke pintu depan rumah itu. Bangchan sedari tadi hanya bisa meneguk ludahnya. Sebenarnya dia takut tapi ia percaya kalau Jinyoung bisa menyelamatkan mereka kalau nanti ada sesuatu yang terjadi.
Tok...tok...tok...
Pintu terbuka dengan sendirinya. Mereka segera masuk ke dalam rumah itu. Begitu mereka semua sudah masuk ke dalam rumah, pintu otomatis tertutup. Seungmin yang berdiri paling dekat dengan pintu, mencoba untuk memutar kenopnya.
Terkunci!
Mereka terjebak di sana.
"Permisi..." Sapa Bangchan. Suaranya bahkan menggema. Ruang tengah yang biasanya ramai dipenuhi orang, kini tampak kosong.
"Hai...kalian berani sekali datang ke sini..." Sebuah suara membuat mereka mengalihkan pandangannya.
Sosok misterius yang biasa mereka lihat itu berdiri di sana. Jubah hitamnya menjuntai hingga ke lantai dan topengnya melekat dengan sempurna pada wajahnya.
"Aku yakin kalian nggak datang sendirian. Panggil Jinyoung sekarang." Perintah sosok itu. Bangchan ragu-ragu mengeluarkan ponselnya. Pasalnya mereka sedang dalam keadaan terancam.
Sosok itu menodongkan sebuah pistol ke arah mereka.
Tok...tok...tok...
Sebuah ketukan pintu membuat kegiatan Bangchan terhenti. Sosok misterius itu mengeluarkan sebuah remote control dari dalam saku jubahnya dan memencet tombol yang ada di sana. Pintu segera terbuka otomatis. Park Jinyoung berdiri di sana tanpa memakai topeng.
"Wah wah wah....temen lamaku akhirnya berani muncul juga." Jinyoung semakin masuk ke dalam rumah itu. Sosok itu langsung menekan tombol itu lagi dan pintu langsung tertutup otomatis.
"Kamu dendam sama aku, kan? Biar aku aja yang di sini. Mereka nggak tau apa-apa." Ujar Jinyoung. Sosok itu justru tertawa terbahak-bahak.
"Nggak bisa gitu dong. Ini rumahku. Aku yang buat peraturannya. Siapapun yang udah masuk ke sini, nggak akan bisa keluar lagi. Aku pastiin itu." Ujar sosok itu.
"Jinyoung-ah..." Sosok itu berjalan mendekati Park Jinyoung sambil menurunkan tudung jubahnya. Rambut perempuan itu sangat pendek. Perempuan itu juga membuka topeng miliknya. Kini wajahnya bisa dilihat dengan jelas tanpa penghalang apapun.
"Apa kau tidak rindu dengan temanmu ini?" Wanita itu memutari Jinyoung yang berdiri mematung di tengah ruangan.
"Kenapa kau bisa sesukses sekarang? Padahal aku yang punya impian itu, kenapa kau yang berhasil melakukannya?!" Wanita itu semakin meninggikan suaranya. Ia bahkan sudah menodongkan pistolnya tepat ke arah kepala Jinyoung.
Bangchan dan teman-temannya yang sedari tadi hanya bisa menyaksikan langsung bergidik ngeri melihat pistol itu tertempel di kepala Jinyoung. Tapi mereka semua tidak bisa berbuat banyak.
"Harusnya mereka jadi anak-anakku, bukan anak-anakmu! Kau sudah mengkhianatiku dan mengambil impianku! Aku benar-benar benci padamu! Lebih baik kau mati saja." Teriak perempuan itu.
"Ini tidak akan membuatmu sakit. Aku sudah mencobanya pada manager mereka. Pistol ini juga tidak mengeluarkan suara apapun. Jadi saat aku menarik pelatuk....brukkk....kau sudah pasti akan berpindah alam. Mau ditest dulu?" Ujar perempuan itu. Ia langsung mengarahkan pistolnya ke atap lalu menarik pelatuknya.
Ucapan perempuan itu tidak main-main. Atap yang tadi jadi sasaran perempuan itu langsung berlubang. Jeong In yang melihat itu langsung menutup matanya. Ia tidak mau melihat PD-nimnya akan bernasib sama seperti atap itu.
"Oke...uji coba selesai. Sekarang giliranmu..." Perempuan itu kembali menaruh ujung pistolnya di kepala Jinyoung dan bersiap-siap menarik pelatuknya.
"Aku sudah kirim polisi ke sini. Kau nggak akan bisa kabur." Balas Jinyoung yang sejak tadi hanya bisa membungkam mulutnya.
"Oh tenang saja. Kecepatan pistol ini lebih cepat dari mobil-mobil polisi itu. Begitu aku menghabiskan semua orang yang ada di sini dalam sekejap, aku akan segera kabur. Mereka tidak akan bisa menangkapku." Ujar perempuan.
"Berhenti bicara! Tanganku sudah gatal ingin segera melakukannya." Jinyoung hanya bisa mendesah pasrah lalu menutup kedua matanya.
Setidaknya ia akan mati sebagai seorang pahlawan, begitu pikir Jinyoung. Ia memang tidak menyiapkan rencana apapun selain memanggil polisi ke sini. Ia juga tidak menduga bahwa mereka akan berhadapan satu sama lain seperti ini.
Bangchan dan teman-temannya sudah menutup mata mereka. Felix tidak ikut menutup matanya. Ia biasa bermain game sejenis bunuh-bunuhan jadi ia tidak akan takut. Lain halnya dengan Jeong In dan Seungmin, mereka sudah menggunakan kedua tangan mereka untuk menutup wajahnya.
Brukkkk....
Bangchan membuka salah satu matanya. Ia sangat terkejut dengan hasil akhirnya.
Bukan Park Jinyoung yang ambruk, melainkan perempuan itu!
Kepala perempuan itu berlubang sedangkan matanya terbuka lebar. Darah segera mengotori lantai ruangan itu. Jinyoung juga tidak menyangka bahwa hasil akhirnya akan seperti itu.
"B-B-Bawa aku s-s-saja ke kantor polisi. Aku lebih baik di sana daripada ikut dengannya. Aku tidak bisa berbohong terus menerus." Suara seorang pria langsung memecahkan keheningan yang ada.
"Eh? Park-nim?" Celetuk Bangchan. Ia menghampiri pria itu dengan langkah pelan. Pria itu langsung menjatuhkan pistolnya lalu berlutut pasrah seakan kakinya sudah tidak kuat menyanggah tubuhnya. Pria itu menangis sekencang-kencangnya.
"Kenapa Anda melakukan ini?" Tanya Bangchan yang ikut berlutut di sebelahnya.
"Aku merasa bersalah pada kalian. Waktu itu aku melihat semua perbuatannya saat dia membunuh manager kalian. Aku nggak berani bilang apapun pada kalian. Aku terus menerus berbohong. Aku sudah tidak kuat jadi sebaiknya aku membunuhnya saja." Jelas pria itu. Bangchan hanya bisa meneguk ludahnya.
Wi u wi u wi u
Sirine mobil polisi segera terdengar dari kejauhan. Bangchan sudah tidak bisa berbuat banyak. Pria itu juga hanya bisa menunduk lesu.
Pria itu langsung ditangkap oleh polisi. Bangchan hanya bisa melihatnya dengan tatapan nanar.
Ia benar-benar tidak bisa berbuat apapun.
Namun berkat laki-laki itu...
Semua masalah jadi cepat terselesaikan, secepat peluru pistol menembus kepala perempuan itu
The end.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Masked | Stray Kids ✔
Fanfiction"The mask that can hide your life and lie." Welcome to masquerade party, where everything happened!