19 September 2018
Satu bulan setelah kepergian manager Stray Kids yang mati mengenaskan itu.
"Huaaaa.....aku masih nggak rela manager-hyung mati." Jeong In menangis tersedu-sedu mengingat bagaimana managernya mati dengan keadaan yang mengenaskan.
"Udahlah, Jeong. Kita kan udah dapet yang baru. Buat apa ditangisin lagi." Hyunjin menatap jengah Jeong In yang menangis untuk kesekian kalinya.
"Sikapmu kok gitu sih? Masak kamu nggak sedih sama sekali? Dia kan udah nemenin kita sebelum kita debut." Seungmin ikut berkomentar. Ia tidak suka dengan sikap Hyunjin.
"Bukannya aku nggak sedih, tapi yang lalu biarlah berlalu. Jangan berlarut-larut terus dalam kesedihan. Nanti arwahnya nggak tenang kalau masih ada yang nggak rela gini." Jelas Hyunjin.
"Aku setuju sama Hyunjin. Udahlah nggak usah dipikirin terus." Changbin yang sejak tadi diam, ikut berkomentar.
Setelah Changbin bicara, tidak ada lagi yang berbicara. Bangchan sejak tadi hanya memijat pelipisnya. Felix sibuk dengan ponselnya, Minho tidur, Woojin dan Jisung hanya memperhatikan arah percakapan mereka tanpa ikut berkomentar.
Krrrringgg
Bel sekolah tanda masuk ke kelas telah dibunyikan. Mereka berjalan ke arah kelas masing-masing dalam diam. Tidak biasanya mereka akan diam-diaman seperti itu.
"Eh..." Bangchan tiba-tiba berhenti dan memanggil teman-temannya.
"Habis pulang sekolah, aku harus ketemu sama Park Jinyoung PD-nim. Kalian langsung kumpul aja di ruang latihan." Ujar Bangchan.
"Ngapain ngomong sekarang? Nanti waktu pulang kan bisa?" Seungmin memandangnya kebingungan.
"Takut lupa. Hehehe...udah balik ke kelas sana. Nanti telat..." Ujar Bangchan dan segera meninggalkan kantin.
@@@
"Bangchan-Hyung kemana sih? Kok lama banget nggak muncul-muncul. Latihannya kan jadi nggak enak kalau ada yang ilang satu." Jeong In menggerutu. Mereka sudah latihan dan menghabiskan satu lagu tapi leader mereka itu belum muncul juga sampai sekarang.
"Eh guys..." Semua kepala mengarah ke Changbin yang baru saja berbicara itu.
"Kalian ngerasa aneh nggak sih? Selama ini kenapa cuman Bangchan-Hyung aja yang sering dipanggil sama Jinyoung PD-nim?"
"Kan dia sudah diserahi tugas buat ngurus kita. Jadi kalau ada apa-apa sama kita, pasti ngomongnya lewat Bangchan-Hyung." Jawab Jisung.
"Bukan...bukan itu maksudku. Apa kalian nggak curiga kalau ternyata manager kita itu dibunuh sama dia?"
"Hah? Maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti. Lagian buat apa Bangchan-Hyung ngebunuh managernya sendiri? Ada-ada aja kamu, Bin." Ujar Woojin.
"Tapi bisa aja, kan? Masalahnya gini. Manager kita itu ada masalah sama Park Jinyoung PD-nim. Kalau nggak salah sih masalah gaji yang udah dua bulan belum dibayar. Nah aku denger-denger nih katanya gara-gara ndebutin kita sama ngurus gedung baru, kas agensi itu kosong. Ada beberapa karyawan juga yang gajinya belum dibayar." Jelas Changbin.
"Yah tapi masak sih Park Jinyoung PD-nim nyuruh Bangchan Hyung buat ngebunuh manager kita? Kenapa dia nggak nyuruh orang lain kalau emang niatnya gitu?" Komentar Jisung.
"Tapi kok tega bener sih Park Jinyoung PD-nim ngebunuh karyawannya sendiri? Kayak nggak mungkin gitu loh." Seungmin ikut komentar.
"Yah kan bisa aja, supaya dia nggak usah bayar gajinya. Lagipula kan waktu itu kita diundang pesta dan manager hyung sama kita terus juga waktu itu kita pencar-pencar. Siapa tahu memang Bangchan-Hyung kan pelakunya?" Jelas Changbin. Ucapannya sangat terdengar masuk akal.
"Tapi kayaknya aku mulai percaya sama Changbin Hyung deh." Ucap Jeong In. Pandangan mereka langsung terarah padanya.
"Soalnya sebelum kita berangkat waktu itu, aku denger Bangchan Hyung lagi telepon sama seseorang. Bisa aja sih itu Park Jinyoung PD-nim. Mereka waktu itu ngomongnya serius banget. Tapi sayang aku nggak denger apapun." Jelas Jeong In.
Semua tampak berpikir keras. Fakta-fakta yang barusan dibeberkan oleh Changbin dan Jeong In terdengar sangat masuk akal dan saling berhubungan. Apa memang benar bahwa leader mereka itu yang sudah melakukan pembunuhan?
"Kalian tahu nggak sih? Aku denger juga kalau Park Jinyoung PD-nim itu nolak mayatnya manager kita diautopsi. Kan aneh banget." Ujar Changbin lagi.
"Udah...udah bin, cukup. Aku pusing dengerinnya. Mending sekarang kita latihan lagi daripada sibuk bicarain hal yang belum pasti kebenarannya kayak gini." Ucap Woojin.
Semuanya mengangguk setuju dan mulai berdiri lagi untuk memulai latihan kembali. Changbin hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
Pembicaraan mereka sejak tadi telah didengar oleh Bangchan yang berdiri di balik pintu. Ia segera menutup pintu ruang latihan itu lagi dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.
@@@
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu segera membangunkan Seungmin. Ia segera bangun dari tidurnya dan membuka pintu yang baru saja diketuk itu.
Kosong...
Tidak ada siapa-siapa di sana.
Ketika ia hendak masuk lagi, matanya menangkap sebuah kertas berwarna merah yang tergeletak di depan pintu. Ia mengambil kertas itu dan masuk ke dalam asrama lagi.
"Surat undangan?" Seungmin membolak-balik kertas merah itu. Kertas itu berbentuk persegi panjang. Di bagian atasnya terdapat tulisan 'Masquerade Party' dan bagian bawahnya ada tulisan 'Stray Kids'
Seungmin berjalan ke arah kamar Bangchan. Ia mengetuk pelan kamar itu. Tak lama, Bangchan membuka pintu kamarnya. Rambutnya berantakan dan matanya menyipit, khas orang yang baru bangun tidur.
"Aku barusan dapat ini di depan pintu tadi. Kita diundang ke pesta topeng lagi." Ucap Seungmin sambil menyerahkan kertas merah yang ia dapat tadi.
Bangchan menerima undangan itu. Wajahnya sangat sulit diartikan setelah melihat undangan itu. Antara tertegun, bingung, dan seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Itu pandangan menurut Seungmin.
"Kita harus datang lagi ke sini."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Masked | Stray Kids ✔
Fanfic"The mask that can hide your life and lie." Welcome to masquerade party, where everything happened!