"Harus dimasukin ke world rekord ini mah"
*
Beberapa kali Rere bibir terdengar menggerutu. Mata nya menajam seraya menatap tiga lelaki dan satu wanita setengah baya yang terlihat akrab. Siapa lagi kalau bukan Nata, Kav, Abi dan tantenya-Asti Pitanda.
Terlihat jelas pancaran matanya menatap tak suka. Yang tidak disukai malah asik bercanda tawa.
"Mbak saya pesen satu latte" tanpa mengalihkan pandangannya Rere memberi stuck pesanan pada custumer yang dia ketahui laki-laki dari suaranya.
"Lima menit" kata Rere masih enggan menoleh membuat sang pembeli terlihat geram.
"Theresia Pitandaaaa~"
Rere menoleh. Matanya membola saat menatap lelaki di hadapannya.
"Lho??? Bara ngapain di sini dek!?" tanya Rere setengah berteriak. Beberapa pengunjung pun mengalihkan atensi mereka. Tak terkecuali Nata, Kav, Abi, dan tante Asti.
"Dari lusa!" Bara berujar ngawur.
"Sama siapa!? Jangan bilang..." Rere melototi adiknya itu. Bara menghela nafas, kakaknya ini selalu berfikiran nethink terhadap dirinya.
"Enggak Re. Gue sama Rega" jelas Bara. Rere kembali melototi Bara kemudian menoyor kepalanya.
"Enak banget lo panggil gue 'Re'... Bilangin ke bunda baru tau rasa" sewotnya lalu bersedekap dada.
"Dasar tukang adu!"
Rere menjulurkan lidahnya tak perduli. Tiba-tiba tante Asti datang dan menengahi perdebatan kakak beradik itu. Wanita yang adalah adik dari ayah nya itu tersenyum lembut.
"Mulai deh, adek kakak tapi gak ada akurnya"
"Kakak tuh tan, masa Bara mau pesen malah di maki-maki. Katanya Bara adek durhaka lah, ini lah, itulah." Rere menggeram ditempat. Kalau saja ini bukan di kafe dan tidak ada tantenya, Rere akan kuliti Bara dan menjualnya di toko material!
"Ckk." Rere berdecak tanpa mau repot-repot membela diri. Padahal jelas-jelas ia di fitnah. Tapi mengingat Bara itu rubah yang menjelma sebagai bagong. Licik. Rere mengalah saja:).
Tante Asti tertawa kecil. Lalu mengelus pucuk kepala Bara. "Kamu duduk gih... Itu ada bang Nata sama temen-temennya" Bara mengangguk dan menghampiri meja Nata dan kedua temannya dengan riang gembira.
Rere kicep.
Sejak kapan adek gue main ama tembok cina plus lumutnya?
Rere melihat Bara yang tertawa riang saat mendengar Kav dan Abi berbicara.
Segitu deketnya?
Fixs!. Rere sangat kepo. Kenapa Bara bisa sedekat itu? Apa jangan-jangan teman main Bara selama ini Nata dan kawan-kawan? Bener-bener sih ini bikin pr di otak Rere menumpuk selaian tugas sekolah.
"Hoy!" Rere terkesiap lalu menatap tantenya penuh selidik.
Tadi tante juga keliatan akrab sama Nata dan juga temennya. Batin Rere.
"Kenapa liatin tante kayak gitu? Gak usah protes sama bagian kamu yang minggu ini di kasir"
Bukan. Bukan itu yang Rere pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction"Nata? Ketos belagu yang menjelma sebagai pangeran. Punya wajah yang datar kayak tembok china, yang punya penyakit sariawan kalo gak sawan. Ya kan?" ~Theresia Pitanda. --------------- "Rere? Cewek berisik, barbar, dan petakilan itu?" ~ Deandra Natar...