Di pagi yang cerah, rombongan bus dari SMA Pramestu bersiap menuju Bogor, daerah untuk acara camping yang sebelum-sebelumnya sudah dibicarakan.
Rere menatap tangannya yang digenggam erat oleh Nata seolah laki-laki itu takut akan kehilangannya meski sekeder genggaman tangan.
Awalnya Rere berniat duduk dengan Ifa. Tapi Nata bersikeras menyuruhnya duduk bersama laki-laki itu. Sedangkan Ifa, perempuan mungil itu duduk dengan tenang di samping Libra. Ifa yang biasanya berceloteh entah kenapa menjadi sosok pendiam.
Suasana di dalam bus cukup riuh. Ada Gino, Kav dan Abi yang bersenandung ria ditemani dengan petikan gitar yang dimainkan oleh Firdaus ketua sastra.
"SEMUA KATA RINDU MU SEMAKIN MEMBUATKU...TAK BERDAYA~ MENAHAN RASA INGIN JUMPA~" Fidaus mulai menyanyikan sebuah lagu dengan suara merdunya membuat penghuni bus terpana ditambah dengan petikan gitarnya membuat beberapa siswi hanyut ke dalam lagu tersebut. Ingatkan pada mereka kalau Firdaus adalah ketua sastra, pasti laki-laki itu akan menguasai vokal atau pintar dalam hal bernyanyi.
"PERCAYALAH PADA KU AKUPUN RINDU KAMU, KUAKAN PULANG~ MELEPAS SEMUA KERINDUAN~ YANG—"
Plakk!
Semua yang disana tertawa ngakak saat Kav memukul kepala Gino yang melanjutkan senandung dari Firdaus.
"Anjing! Suara lo buat gendang telinga gue bumpet!" kesal Kav.
Gino mendengus. "Suara kayak Shawn Mandes gini dibilang fals"
"Merduan suara kambing ketimbang suara lo" celetuk Ifa lagi-lagi mengundang gelak tawa.
"Nistain aja gue terus!" Gino mendumal.
"Nistain kakek lo tua! Orang itu faktanya" ucap Abi.
"Gitu-gitu kakek gue laku, daripada lo berdua jombo karatan!" balas Gino sakrastik membuat Kav dan Abi mencibir bersamaan.
"Ini nyanyi nya mau dilanjutin kagak?" tanya Firdaus menatap teman-temannya.
"Lanjut!!" seru Gino.
Suasana bus sangat gembira, meski mereka bukan teman sekelas, namun tetap akrab layaknya teman lama.
"Gak ngantuk?" Nata berbisik sambil menatap perempuan yang sedari tadi tertawa bahagia.
"Enggak! Kalau suasana nya gini gak akan ngantuk!" jawab Rere penuh semangat.
Nata tersenyum lalu mengacak pucuk kepala Rere. Rere mendengus tak suka kala rambut hitamnya yang tergerai rapi menjadi acak-acakan.
"Kenapa sih suka banget ngacak rambut gue?!" tanya Rere sewot.
Nata terkekeh. Kemudian mendekat dan membisikan sesuatu membuat Rere merona.
"Lo gemesin, jadi pengen gigit"
Setelahnya Nata memejamkan matanya dan bersandar nyaman. Mengacuhkan Rere yang masih mengatur ritme jantungnya.
Tolong kubur Rere sekarang!
*
Nata tersenyum geli sambil menatap gadisnya itu yang tengah tertidur pulas dibahunya. Dia jadi teringat perkataan Rere yang... Tidak akan tidur, jika suasananya seru. Nyatanya, tigapuluh menit kemudian, Perempuan itu tertidur pulas. Padahal semuanya masih asik bersenandung ria.
Nata kemudian menoleh ke kursi sampingnya yang terdapat Libra dan Ifa yang masih diam membisu. Mungkin mereka membutuhkan proses agar seperti dulu lagi, atau tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction"Nata? Ketos belagu yang menjelma sebagai pangeran. Punya wajah yang datar kayak tembok china, yang punya penyakit sariawan kalo gak sawan. Ya kan?" ~Theresia Pitanda. --------------- "Rere? Cewek berisik, barbar, dan petakilan itu?" ~ Deandra Natar...