Allo?
Mon maap baru up😪
-----------------------------------
Rere mendengus. Entah sudah berapa kali gadis yang sudah berpenampilan cantik itu mendengus seraya melihat pintu cokelat yang tertera ukiran nama Baraska Pitanda di sana.
"Baraaa!! Lima menit lagi lo gak keluar, gue gak jadi ikut!" pekik Rere.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka menampilkan seorang Bara dengan pakaian nonformalnya membuat Rere mengernyit heran.
"Sumpah demi apa, gue udah dandan pake dress! Nah elo malah pake baju santai" protes Rere yang dibalas ringisan kuda dari Bara.
"Gak apa-apa kak. Tetap cantik kok" ujar Bara seraya mengacungkan jempolnya.
Rere memutar bola matanya kemudian berlalu mendahului Bara.
"Yah ngambek" Bara mengekori kakaknya itu.
"Untung gue gak minta Ifa make up in! Lo juga sih gak ngasih tau tema party nya! Kan ribet pake dress!" lagi-lagi Rere mengomel sampai Kania menghampiri mereka berdua.
"Ini ada apasih, adek kakak?" tanya Kania.
"Itu loh bunda, masa Bara gak bilang tema party nya apa. Kan aku jadi salah baju" cerita Rere yang terdengar seperti aduan di telinga Bara.
Kania menatap Rere dan Bara bergantian.
"Mananya yang salah? Kalian maching kok" tutur Kania yang membuat Rere menghela nafas kasar.
"Au ah!" percuma dia mengadu dengan sang bunda yang pada akhirnya tidak akan membela dirinya.
"Yaudah deh, Bara sama kak Rere berangkat bun. Kak Azka yang anter" pamit Bara lalu menyalimi sang bunda, begitupun dengan Rere.
"Rere pergi dulu. Bunda doain Rere ya, supaya Rere gak khilaf buang Bara di tong sampah" kata Rere dengan lesunya membuat Kania terkekeh kecil dan mencubit pipi gadis itu.
Bara yang mendengar itu, meneguk salivanya kasar. Semoga ucapan kakaknya hanya main-main.
"Kita pamit bun" Kania menatap dua anak nya dengan berbinar.
"Udah besar-besar ya anak bunda" monolog Kania menatap punggung mereka.
*
Sudah gerah hati. Sekarang malah gerah body! Gimana enggak. Sedari di mobil Rere hanya berdiam seraya menahan telingannya yang sangat panas mendengar ocehan Bara. Apalagi manusia yang sedang menyetir ini. Azka. Abangnya itu diam tapi dengan aura yang menusuk. Membuat Rere menelan salivanya susah payah.
"Kak, nanti sampek sana gue kenalin deh sama temen-teman. Temen gue seru-seru lho. Malah ada yang salah satunya itu jail banget. Gue juga ada temen cewek, dan gue—"
"Bisa diem gak sih lo anoa!" sudah! Habis sudah kesabaran Rere menerima ocehan unfaedah milik adiknya. Terdengar jahat emang, tapi mau gimana lagi. Bara sangat persis seperti ibu-ibu komplek, yang nyerocos tanpa henti.
Bara berdecak kesal, dia tidak terima ucapannya di potong begitu saja oleh Rere. Padahal dia kan ingin sedikit bercerita. Sedikit? Mungkin.
*
Suara dentuman musik dj diiringi dengan sorakan para tamu memenuhi indra pendengaran Rere.
Gadis berdress abu-abu itu menatap segelas jus dihadapannya tanpa semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction"Nata? Ketos belagu yang menjelma sebagai pangeran. Punya wajah yang datar kayak tembok china, yang punya penyakit sariawan kalo gak sawan. Ya kan?" ~Theresia Pitanda. --------------- "Rere? Cewek berisik, barbar, dan petakilan itu?" ~ Deandra Natar...