Bugh! Bugh! Bugh!
Kav, Abi dan Libra tersungkur ke tanah secara bergantian usai bogeman Nata melayang sempurna tepat di tahang ketiganya.
Sedangkan Nata, ia memandang tajam ketiga laki-laki itu. Hatinya panas dan sakit secara bersamaan.
Mungkin dia salah karena menjadikan ketiga laki-laki itu pelampiasan.
"Sekarang jelasin ke gue!" pinta Nata dingin. Ia lalu duduk di sopa yang terletak di rooftop SMA Pramestu ini.
Abi dan Kav menyeka darah di sudut bibir mereka. Sedangkan Libra langsung beranjak duduk di kursi renyot dekat dengan Nata berada.
"Lo inget perubahan sikap Ifa dan Eca kemarin?" tanya Libra memulai penjelasannya.
Nata terdiam berfikir. Kemarin memang dia merasa sedikit aneh pada sikap kedua sahabat pacar.ralat.mantan pacarnya itu.
Keduanya seakan memandang Nata penuh permusuhan dan intimidasi.
Dengan samar, Nata mengangguk.
"Intinya, sebelum lo dateng. Mereka tahu semuanya karena denger pembicaran kita kemarin" jelas Libra kemudian.
Nata masih diam bergeming.
"Kita panik waktu itu. Apalagi Ifa bersikeras buat ngasih tahu Rere saat itu juga" sahut Kav seraya mendudukan bokongnya dekat disamping Nata.
"Tapi akhirnya mereka gak niat buka suara. Kita ngasih penawaran ke mereka. Tapi selesai pertandingan, kita harus minta lo terus terang ke Rere" balas Abi sambil mengeluarkan kotak rokok, mengambil satu batang kemudian ia hidupkan dengan korek api. Abi lalu menyelipkan benda nikotin itu di sela bibirnya.
Nata mengulurkan tangannya dihadapan Abi. Abi yang peka, menyerahkan korek dan sebatang rokok. Dengan gerakan singkat, benda nikotin itu sudah menyala dan berada di sela-sela tangan Nata.
Kav sebenarnya sedikit terperangah melihat Nata yang merokok lagi. Karena semenjak kenal dengan Rere, Nata jarang malah tidak lagi menyentuh benda nikotin itu.
"Terus kenapa kalian gak bilang ke gue tadi?" tanya Nata masih dengan suara dinginnya.
"Tadi gue hampir nepuk bahu lo. Tapi, Eca datang" jawab Libra dengan nada menyesal.
Nata meraup wajahnya gusar.
"Tapi, kenapa Amanda bisa tahu ya?" tanya Abi heran.
Nata pun tak kalah herannya.
"Jangan-jangan jepit itu punya Amanda" tebak Kav.
Ingatan Nata kemudian berkelana pada hari dimana dia bercerita semuanya pada Kav, Abi dan Libra di sini.
Seusainya. Nata dan teman-teman pulang ke rumah masing-masing. Namun tiba-tiba Libra menemukan sebuah jepit bunga teratai dekat pintu rooftop.
"Wah, licik juga dia" umpat Abi membuyarkan pikiran Nata.
Nata hanya bisa menghela nafas kasar.
"Terus gimana Nat?" Libra bertanya.
"Selesai" ucapnya dengan suara kecil. Mata Nata menerawang kedepan.
"Lo gak mau perjuangin Rere gitu?" timpal Abi.
Nata tersenyum kecut sambil menggeleng.
"Mungkin memang ini jalannya. Gue juga gak harus pura-pura lagi. Dan, Papa gak akan ngancem lagi" katanya dengan suara serak.
Kav, Abi dan Libra memandang Nata dengan iba.
"Lo, sayang sama Rere?"
Nata menatap Abi. Kekehan mirisnya lalu terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction"Nata? Ketos belagu yang menjelma sebagai pangeran. Punya wajah yang datar kayak tembok china, yang punya penyakit sariawan kalo gak sawan. Ya kan?" ~Theresia Pitanda. --------------- "Rere? Cewek berisik, barbar, dan petakilan itu?" ~ Deandra Natar...