ReNata(23)

2.4K 133 21
                                    

Kania membawa nampan untuk menampung kurang lebih 8 gelas teh hangat ke ruang tamu. Kania sedikit kikuk saat merasakan aura disana kurang enak. Apalagi anak-anak muda ini hanya diam saling tatap menatap.

Yah mungkin urusan anak muda. Pikirnya.

"Minum dulu teh nya" ucap Kania seraya menaruh nampan tersebut di meja.

"Makasih tante" sahut Eca membuat Kania mengangguk dan tersenyum.

Setelah itu, Kania buru-buru ke kamarnya. Spertinya obrolan mereka terhenti karena ada dirinya.

Nata menghela nafas sesaat setelah ibu Rere pergi.

Dirinya tetap menggenggam tangan Rere yang duduk dengan tenang disebelahnya. Nata tahu, meski raut muka gadisnya itu tenang, jauh didalam sana terdapat perasaan yang sangat takut dan campur aduk.

"Bisa jelasin ke kita sekarang?" tanya Azka tak sabaran. Dia sangat ingin mengetahui siapa dalang dibalik semua ini. Jika sudah, maka Azka tak segan-segan membalas perbuatan ini dengan setimpal.

Dinda menghela nafas kemudian menatap mereka satu persatu.

"Dia terlalu obsesi sama lo, Nata" jawab Dinda sambil menatap Nata sebentar membuat semuanya terkejut tak terkecuali Rere.

Nata yang mendengar itu menggeram marah dan mengeraskan rahangnya.

"Cewek dong?" Dinda mengangguk membenarkan perkataan Abi.

"Wahwah... Picik banget itu uler. Gue jadi penasaran, siapa sih orangnya?" tanya Ifa yang duduk di sebelah Gino dan Eca.

Dinda sekali menatap semuanya. Kali ini tatapannya mengisyaratkan tanda takut dan cemas. Rere yang menyadari itu, melepas genggaman Nata dan beranjak mendekati kursi yang diduduki Dinda, yang dengan sengaja mereka taruh ditengah.

Nata yang hendak menarik Rere, terhenti saat Libra mencekal pergelangan tangannya.

Nata mendengkus kemudian menatap Rere yang menghampiri Dinda dan menggenggam tangan perempuan itu. Nata sedikit bangga, ternyata pacarnya sangat baik hati.

"Lo gausah takut, kita akan lindungi lo. Tapi dengan syarat lo gak boleh bohong ke kita dan kita juga perlu bukti" ujar Ifa yang ternyata juga sangat peka bagaimana perasaan Dinda saat ini.

Dinda menatap tangan kanannyanya yang digenggam oleh Rere, lalu beralih menatap Rere yang tersenyum lembut, kemudian berganti menatap semua orang yang juga menatapnya dengan penuh arti.

Dinda tersenyum haru. Baru kali ini dia merasa sangat di perlukan menjadi manusia. Mungkin dengan membongkar semua ini adalah hal yang tidak akan pernah ia sesali.

Dinda menaruh tas nya di meja. Bara dan Azka cepat-cepat membongkar tas tersebut. Mereka mengeluarkan sebuah ponsel, kartu pos, dan surat.

"Itu semua bukti" ujar Dinda memberi tahu.

"Jadi siapa yang ngelakuin itu Din?" tanya Kav kemudian.

Dinda menghela nafas.

"Caca"

Satu suku kata yang terlontar dari bibir Dinda sontak saja membuat semua yang ada di sana terkejut kecuali Bara. Bara memang tidak tahu menau siapa itu sosok Caca yang di maksud Dinda. Tapi, melihat semua orang sangat terkejut dirinya bisa beropini jika Caca Caca ini sangat dikenal oleh mereka.

"Wahwahhhh... Muka polos tapi kelakuan ngelebihin dedemit anjirr!" seru Ifa yang diangguki oleh Gino.

"Yang orang itu bukan sih?" Eca menanyai Ifa sambil mengingat-ingat.

ReNataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang