Pencarian

70 8 0
                                    

Danee meringkuk diatas kasurnya yang hangat dan nyaman, berusaha untuk tidur. Namun, pikirannya terus melayang pada kejadian tadi sore. Seribu pertanyaan muncul di otaknya.

Siapa kah lelaki itu? Dimanakah ia tinggal? Mengapa ia baik sekali?

Kini Danee meraih gelang yang tadi ia temukan. Lee Hangyul. Siapa pun Lee Hangyul ini, yang pasti ia adalah orang yang baik. Danee tidak begitu ingat bagaimana persis wajahnya tapi ia ingat betapa tampannya Lee Hangyul sampai - sampai ia tak mampu berkata - kata. Ini aneh dan membingungkan, tapi entah mengapa saat mata mereka saling bertemu, Danee merasa baru saja menelan jutaan kupu - kupu yang kini terbang bebas di perutnya.

Danee menggelengkan kepalanya dan meletakkan kembali gelang itu di laci samping tempat tidurnya. Bagaimana pun caranya, ia akan menemukan Lee Hangyul untuk mengembalikan barang - barang itu dan mengucapkan terima kasih.

Sepertinya Lee Hangyul adalah seorang mahasiswa dan hanya ada dua universitas di daerah itu. Universitas khusus wanita tempatnya menuntut ilmu dan universitas paling bergengsi di sekitar situ. Danee mengambil handphonenya dan segera menelfon seseorang.

"Shannon... apakah kau mengenal salah seorang mahasiswa universitas tetangga?"

"Ya... Danee-ya... ini sudah pukul 12 malam."

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa tidur karena hal ini. Adakah?"

"Kenapa? Ada sesuatu yang belum kau ceritakan kah?"

"Hm ada...tapi..."

"Baiklah, besok aku datang ke rumahmu."

"YA! Aku bertanya sesuatu! Tolong jawab."

"Besok. Dah. Good night, Danee Baby."

Tut...tut...tut...

Sambungan telfon terputus. Danee mendesah kesal. Shannon, sahabatnya itu memang begitu. Baiklah, tidak akan merugikan siapa - siapa jika aku menunggu sampai besok, pikir Danee sambil memejamkam matanya dan pergi menuju dunia mimpi.

***

Sambil menyesap boba milk tea kesukaannya, Shannon mendengarkan cerita Danee dengan penuh perhatian.

"Begitulah..."

Shannon mendesah, "Ia seperti malaikat. Akan sulit menemukannya jika tidak ada petunjuk lain. Apakah ada lagi?"

Danee mengangguk lalu melemparkan gelang Lee Hangyul kepada Shannon yang sigap menangkapnya. Tidak sampai 1 detik, Shannon langsung membulatkan matanya dan menjerit.

"LEE HANGYUL?!"

Danee yang kebingungan hanya menatap Shannon, menunggu penjelasan. Shannon menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Tidak mungkin... Lee Hangyul? Jinjja?!"

"Kamu kenal?" Tanya Danee terkejut.

"Of course! Kamu ingat? Aku pernah bercerita bahwa aku bertemu teman masa kecilku lagi di toko buku bulan lalu."

Danee menganga tidak percaya. Ia pikir, menemukan Lee Hangyul akan menjadi perkara yang sulit namun ternyata malah kebalikannya. Apakah ini semua benar hanya kebetulan?

"Kamu punya nomor telfonnya?" tanya Danee, sedikit berharap. Shannon menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi aku tau pasti bahwa dia mahasiswa di universitas itu. Dan... rumahnya hanya 5 blok dari sini. Kami sempat mengobrol sebentar kemarin."

Danee tersenyum senang. "No problemo, aku akan mencarinya sampai ketemu!" tekad Danee.

***

Hangyul menatap langit yang menggelap, tanda hujan akan segera turun dari langit. Ia merogoh tasnya, mencari payung yang biasa ia pakai.

"Eh? Kenapa tidak ada?" gumamnya sendiri, lalu ia menepuk jidat. "Oh ya, ku berikan pada gadis itu kan... Baiklah, hujan - hujanan lagi, tidak mengapa."

Hangyul melepaskan earphone yang dipakainya, memasukkan earphone dan handphonenya kedalam tas, lalu melapisi tasnya dengan tas kalis air. Ya, Hangyul memang selalu siap sedia menghadapi segala situasi. Terutama hujan. Hangyul cinta hujan. Baginya, hujan adalah waktu dimana bumi akan menjadi sunyi. Kebanyakan orang tidak akan keluar rumah jika hujan. Beberapa aktivitas terpaksa berhenti.

Hangyul sering menertawakan mereka yang takut hujan, takut basah. Hangyul justru sangat menyukai membiarkan tetesan air hujan menerpa kulitnya, membasahi bajunya, dan membuat rambutnya tidak karu - karuan. Menyenangkan. Jika tidak karena ibu angkatnya yang terlalu khawatir anaknya itu akan sakit, Hangyul tidak akan mau memakai payung untuk berlindung. Tidak akan mau membawa payung kemana - mana. Sayangnya, Hangyul sudah berjanji. Ia tidak mau ibunya itu menjadi khawatir.

Rintik - rintik hujan mulai turun menyapa, beberapa orang sudah sibuk berlari kesana kemari mencari tempat berlindung, namun Hangyul terus berjalan dengan santainya. Hujan makin lama semakin deras dan kini sebagian bajunya telah basah, namun tiba - tiba hujan berhenti menyentuh dirinya. Hangyul sontak menoleh dan menemukan seorang gadis sedang memayunginya.

"Hangyul-ssi, nanti kamu sakit."

Hangyul ingat gadis itu. Gadis yang kemarin basah kuyub terkena hujan dan berteduh sendirian menunggu hujan reda. Hangyul tidak tega melihatnya. Ia paling tidak suka melihat perempuan tersiksa. Kali ini, gadis itu yang menolongnya. Yah... walaupun sebenarnya ia tidak butuh ditolong.

Hangyul tersenyum dan mengambil alih payung itu untuk memayungi mereka berdua. "Aku Kim Danee. Terima kasih untuk kemarin. Kamu jadi kehujanan..." ucap gadis itu sambil menunduk.

"Tidak apa - apa. Halo, Kim Danee. Aku Lee Hangyul."

"Aku tau. Aku menemukan gelangmu di saku." Danee mengeluarkan gelang itu dan memberikannya pada Hangyul. "Ah... dan coat milikmu..." Ia melepaskan coat Hangyul yang sedang dipakainya namun Hangyul menghentikan pergerakannya. "Tidak usah. Kamu pakai saja." Danee mengangguk kaku.

Gadis ini lucu sekali, pikir Hangyul. Ia tidak mampu menahan senyumnya melihat Danee memakai coatnya yang kebesaran. Terlihat seperti anak kecil. Imut sekali.

"Rumahmu dimana? Aku antar."

"Eh, tidak usah! Aku...aku...ah...hanya akan merepotkanmu..."

"Tidak. Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah mengembalikan gelangku. Gelang ini sangat berharga. Jadi, biarkan aku mengantarmu, ya?"

Akhirnya Danee mengangguk pelan. Hangyul kembali tersenyum. Danee mengalihkan pandangannya dengan gugup. Sial! Mengapa jantungku tidak mau tenang! Aduh, kenapa dia harus tersenyum begitu sih?

Danee tidak menyadari, bahwa dibalik pembawaan Lee Hangyul yang tampak tenang... Jantung Hangyul juga tidak mau berdetak dengan normal.

***

WADIDAW! Dipayungin ama babang Hangyul :( Ka Dee juga mau... *lalu ditimpukin bucinnya Hangyul*

Btw, gimana? Hehe makasih ya sudah mau baca ff abal ini. Vote dan komen akan berarti banget buat aku, supaya semangat nulisnya! Semangat halu-nya! #eh .

Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang