Falling More

33 6 0
                                    

"Kamu benar, kamu bukan penakut. Tapi, kamu itu mudah terkejut." ujar Hangyul saat mereka sudah keluar dari rumah hantu. Hangyul dengan penampilan yang sama seperti sebelum masuk ke rumah hantu, sedangkan Danee dengan rambutnya yang sudah berantakan. Ikatan messy bun-nya sudah semakin longgar. Danee mendengus, menatap Hangyul sebal. Pasalnya, sesudah mereka melewati lorong penuh lukisan itu, Hangyul tidak mau lagi memberi tahu dimana kira - kira hantunya akan muncul. Hangyul bilang, Danee terlihat lucu jika sedang kaget dan panik. Alhasil, Danee menjerit terkejut setiap kali hantu muncul untuk mengagetkannya. Danee memang tidak takut. Ia berjalan dengan penuh keberanian melewati setiap ruangan. Sayangnya, ia selalu salah memprediksi darimana hantu akan muncul, oleh karena itu teriakan Danee dan ledakan tawa Hangyul pasti terdengar setiap kali melintasi ruangan.

"Aku tidak mau berbicara denganmu." balas Danee, wajahnya merungut. "Sebelum masuk rumah hantu, kamu bahkan tidak mau aku ketakutan! Tapi setelah masuk, kamu bahkan tidak menjagaku. Apa - apaan itu?!" gerutu Danee.

Hangyul tersenyum. "Baiklah, maafkan aku. Sekarang apa pun yang kamu mau, akan aku turuti."

Danee menoleh menatap Hangyul, matanya berbinar. "Benar kah?" tanya Danee. Hangyul mengangguk mantap. "Gendong aku." pinta Danee.

"Hah?"

"Gendong aku." ujar Danee, mengulangi permintaannya. Hangyul menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung. Mengapa Danee tiba - tiba minta digendong? Padahal ia mengira Danee akan meminta dibelikan makanan atau es krim.

"Cepat! Kalau tidak, tidak akan ku maafkan!"

Hangyul langsung berjongkok supaya Danee bisa naik ke atas punggungnya. Danee tersenyum melihat Hangyul menuruti permintaannya. Bukannya naik ke atas punggung Hangyul, Danee malah ikut berjongkok disebelah Hangyul, lalu mengecup pipi Hangyul sekilas. Hangyul membulatkan matanya, bertambah bingung. Danee menarik lengan Hangyul supaya Hangyul berdiri kembali.

"Aku bercanda. Aku hanya mengujimu. Ternyata kamu sangat penurut ya?" kata Danee seraya tertawa melihat wajah Hangyul yang masih kebingungan. Hangyul akhirnya tersadar, lalu ikut tertawa. Gadis ini mengerjainya, rupanya. Dengan cepat, Hangyul meraih pinggang Danee dan menggendongnya di bahunya.

"YAAA! LEE HANGYUL!" jerit Danee kaget karena tiba - tiba Hangyul mengangkatnya. Hangyul memegang pinggang Danee erat, lalu mulai berjalan santai seolah Danee hanyalah sebuah boneka yang tidak berat sama sekali.

"HANGYUL, TURUNKAN AKU!" Danee menjerit tertahan. Wajahnya memerah, malu. Beberapa orang menoleh kearah mereka dan menunjuk - nunjuknya.

Hangyul tidak menggubrisnya, ia hanya terus berjalan seolah tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Beberapa orang mulai mengeluarkan handphone dan mengambil foto mereka. Desisan iri terdengar dari sekumpulan gadis yang melihat,

"Seandainya aku jadi wanita itu!"

"OMO! Bukankah itu Lee Hangyul, mahasiswa jurusan sastra?"

"Ah! Kau benar! Ternyata dia sudah punya pacar. Lelaki setampan itu mana mungkin tidak punya pacar."

"Beruntung sekali!"

Danee mendesah pasrah. Ia membiarkan Hangyul menggendongnya sampai akhirnya Hangyul menurunkannya ketika sudah sampai di sebuah bangku taman.

"Apa - apaan kamu?!" gerutu Danee, wajahnya masih merah karena malu.

"Kamu sendiri yang meminta." balas Hangyul terkekeh.

Danee menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan cara berpikir lelaki disebelahnya itu. Tiba - tiba Hangyul berdiri, lalu meninggalkannya duduk sendirian. Danee semakin tidak mengerti.

5 menit kemudian, Hangyul datang kembali sambil membawa dua cone es krim. Melihat itu, Danee tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Danee memang suka sekali es krim.

"Terima kasih." ujar Danee, hendak mengambil es krim rasa Matcha dari tangan kanan Hangyul. Dengan cepat, Hangyul menarik tangannya.

"Eits. Siapa bilang ini untukmu?" tanya Hangyul, membuat Danee membelalak.

"Lalu? Untuk siapa?"

"Bercanda. Ehehehe. Ini memang untukmu, wanita paling cantik ketika sedang cemberut."

Danee mengusap dadanya seraya berbisik, "Sabar, Danee, sabar. Anak kecil emang begitu."

"Siapa anak kecil?" Tanya Hangyul yang sudah asik memakan es krimnya, tanpa peduli bahwa mulutnya belepotan es krim.

"Bukan siapa - siapa." jawab Danee cepat, lalu mulai menjilati es krimnya.

Sesungguhnya Danee bingung sekali akan sikap Hangyul. Kadang, Hangyul benar - benar seperti malaikat dan menjaganya dengan baik. Tapi sebagian besar lagi, Hangyul seperti anak kecil yang menyebalkan dan tidak berhenti iseng. Lihat saja sekarang. Hangyul tidak sadar bahwa es krim sudah mengotori bagian atas bibirnya. Benar - benar seperti anak TK, pikir Danee.

Danee menjulurkan tangannya, mengusap bekas es krim di wajah Hangyul. Hangyul terdiam menatap Danee, membiarkan jemari Danee mengusap lembut bibirnya. Setelah dirasa cukup bersih, Danee menarik tangannya dan membersihkan jarinya dengan tissue. Tiba - tiba Hangyul bertanya, "Kenapa kamu tidak membersihkan bibirku dengan bibirmu saja?"

"YAAAAA! LEE HANGYUL!"


***

Danee merebahkan diri di kasurnya, senang sekali hari ini. Tadi, begitu puas bermain di taman bermain, mereka berdua menonton film di bioskop, lalu makan malam berdua. Setelah seharian menghabiskan waktu bersama, Danee semakin mengerti bagaimana Hangyul sebenarnya. Dari luar, siapa pun pasti mengira Hangyul adalah orang yang dingin. Sebenarnya tidak. Hangyul adalah orang yang hangat dan sangat aneh. Aneh dalam artian yang positif. Hangyul unik. Ia memiliki cara sendiri untuk menunjukkan perasaannya pada Danee, salah satunya adalah dengan mengerjai Danee. Danee memang kesal saat Hangyul iseng begitu, namun ketika Danee mengingat momen - momen itu, senyuman lebar tidak mau beranjak dari bibirnya. Hangyul juga adalah seseorang yang tau waktunya kapan harus serius dan kapan boleh bercanda. Memang terkadang membingungkan, tapi Danee suka.

Danee menghela nafas panjang, lalu memeluk bantalnya dengan erat. Sepertinya, memberikan hatinya untuk Hangyul sepenuhnya bukanlah suatu kesalahan. Sepertinya, Hangyul memang bisa membuatnya bahagia.

Baiklah, aku memutuskan untuk membiarkannya masuk ke dalam hidupku, ke dalam hatiku. Semoga, ini bukan keputusan yang salah, pikir Danee, aku akan memberitahunya esok.

Tidak lama setelah Danee memejamkan matanya, bel rumahnya berbunyi nyaring. Danee mengerjap, melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10. Apakah itu Hangyul? Apakah ia meninggalkan sesuatu di rumahku?

Senyum mengembang di bibir Danee. Dengan cepat, Danee segera menuju ke pintu depan. Ia merapihkan rambutnya, lalu segera membuka pintu.

"Ada yang tertinggal?" tanyanya dengan cepat begitu membuka pintu. Namun, bukannya Hangyul yang ia dapati di depan pintu, tetapi sosok yang tidak asing lagi baginya.

Darah Danee seolah membeku.

Kerongkongannya terasa kering.

"Annyeong, Danee-ya. Apa kabar?" tanya seorang laki - laki berwajah tampan yang sedang tersenyum menatapnya dengan hangat.

Danee berbisik,

"Kim Wooseok...."

Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang