"Dia masih menangisi mantannya. Itu tandanya dia masih belum bisa berpaling. Kenapa sih kau susah - susah? Untuk Danee, kau harus berusaha keras untuk mendapatkannya. Tidak lihat kah kau berapa banyak gadis yang rela antre untuk menjadi pacarmu? Mereka bisa kau dapatkan dengan mudah. Kenapa tidak dengan mereka saja?" Seungyoun menggelengkan kepalanya saat Hangyul selesai bercerita.
"Memangnya, kita bisa memilih pada siapa kita jatuh hati?" Hangyul balik bertanya, menatap tajam mata sahabatnya itu. Seungyoun tersenyum lemah, "Kau benar. Bukannya aku melarangmu untuk menyukainya, Hangyul-ah. Aku cuma tidak mau kau patah hati. Itu saja."
Hangyul mendesah pasrah. "Aku tahu. Tapi sepertinya, untuk melihat senyumnya... Aku rela terluka."
Seungyoun terdiam. Hangyul, yang tidak pernah sekali pun seumur hidupnya menyukai perempuan, justru jatuh hati dengan mudahnya pada Danee. Danee, gadis yang sepertinya justru akan menghadirkan luka dalam hidup Hangyul. Gadis yang masih belum bisa berpaling dari mantannya itu. Mengapa bisa segampang itu Hangyul menyukai Danee? Apa istimewanya Danee?
Semesta itu terkadang lucu. Ketika tidak dicari, justru cinta datang mengetuk pintu hati. Tiba - tiba, muncul entah darimana.
Seraya menepuk - nepuk punggung Hangyul, Seungyoun berkata, "Baiklah. Ini keputusanmu. Aku akan mendukungmu. Aku akan membantumu."
"Membantuku? Seperti apa?" Dahi Hangyul mengernyit tanda bingung.
Seungyoun hanya tersenyum lebar, lalu berdiri, "Lihat saja nanti. Ayo pulang!"
***
Danee lagi - lagi membuka buku puisi hadiah dari Wooseok, entah apa yang dicarinya. Danee merasa bahwa buku puisi hadiah dari Wooseok sebelum ia kuliah di Jepang mengandung makna tersembunyi. Perasaannya mengatakan hal itu. Dipandanginya buku yang berjudul Jauh itu. Dibukanya helai demi helai buku dengan hati - hati. Danee mendesah kecewa saat tidak juga menemukan sesuatu yang tersembunyi dari buku itu. Dihempaskannya tubuhnya ke kasurnya yang nyaman, lalu ia meraih handphonenya. Ada beberapa notifikasi chat dari beberapa orang. Shannon berkata ia akan datang kerumahnya esok, ibunya yang mengingatkannya untuk menjaga rumah dengan benar, adiknya yang sedang pamer tas baru, dan Hangyul. Danee segera membuka chat tersebut dan mengabaikan chat - chat yang lain.
"Danee-ya..."
Hangyul hanya memanggil namanya. Danee mengetikkan jawaban, "Kenapa?"
Hanya berselang beberapa detik, Hangyul langsung menelfonnya.
"Sedang apa? Kamu sudah mengantuk?" Suara berat di sebrang sana menyapa indra pendengaran Danee dengan hangat. "Hanya sedang berbaring diatas kasur. Tidak, aku belum mengantuk. Kamu sedang apa?"
"Memikirkanmu." Ujar Hangyul. Balasan Hangyul membuat pipi Danee memerah. Untung saja Hangyul tidak dapat melihatnya. Karena gugup, Danee hanya tertawa pelan.
"Besok ada kuliah pagi?" Tanya Hangyul lagi.
"Tidak ada."
"Baiklah, bersiaplah. Aku akan menjemputmu. 10 menit lagi aku sampai."
Danee langsung bangkit dari kasurnya karena kaget. Belum sempat ia protes, Hangyul sudah menutup telfon. Danee langsung membuka lemarinya, mengambil sweater hijau favoritnya dan jeans, lalu memakainya. Setelah itu, ia menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Ia nampak agak lelah namun ia terlalu malas untuk memakai make up, jadi ia hanya mengambil lipbalm dan mengolesinya di bibir. Setelah menyisir rambut panjangnya, ia mengambil tas selempang kecilnya lalu bergegas keluar rumah.
Hangyul sudah berada di depan pagar, tersenyum lebar saat melihat Danee keluar dari rumah. Hangyul langsung menyerahkan helm kepada Danee. Danee mengernyit.
"Naik motor?"
"Iya. Tempat ini agak jauh."
"Aku tidak pernah melihat kamu mengendarai motor." ujar Danee saat ia sudah duduk nyaman di jok belakang Hangyul. Hangyul mulai memacu motornya.
"Aku memang lebih suka naik transportasi umum. Tapi sesekali, naik motor juga dapat melepaskan stresku. Kenapa? Kamu takut?" Hangyul menatap Danee dari kaca spion dan terkekeh.
"Tentu saja! Orang sepertimu dibiarkan mengendarai motor, sungguh berbahaya!" Danee membalas sambil tertawa.
"Pegangan yang kuat." Kata Hangyul memperingatkan. Danee kebingungan harus memegang apa. Belum sempat Danee memegang apa pun, Hangyul sudah mempercepat laju motornya. Sontak Danee menjerit dan memeluk Hangyul ketakutan. Danee memang tidak suka jika apa pun kendaraan yang membawa dirinya melaju dengan cepat. Danee trauma. Dulu ketika ia masih mengendarai motor tanpa takut - takutnya, ia pernah menabrak pembatas jalan karena melaju terlalu cepat sehingga ia kehilangan kontrol. Danee terlempar sampai 10 meter jauhnya dari motornya. Ia mengalami retak tulang dibeberapa bagian tubuhnya, salah satunya adalah tulang rusuknya. Itu membuatnya sangat tersiksa selama beberapa bulan. Untungnya sekarang Danee sudah sembuh total.
Hangyul merasakan pelukan Danee yang erat. Jantung Hangyul berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya. Hangyul tersenyum sendiri, namun saat melihat betapa pucatnya wajah Danee melalui spion, senyumnya menghilang. Perlahan, Hangyul mengurangi kecepatan motornya. Sepertinya Danee memang sangat ketakutan.
10 menit kemudian, Hangyul menghentikan motornya di tepi jalan. Danee masih memeluknya dengan erat, enggan membuka mata. Dengan lembut, Hangyul mengusap tangan Danee yang melingkar dipinggangnya. "Danee-ya, kita sampai."
Pelan - pelan, Danee membuka matanya. Sadar bahwa ia masih memeluk Hangyul, Danee langsung melepaskan pelukannya itu dan turun dari motor. Ia menoleh ke sekeliling. Hanya sebuah taman yang tampak seperti taman biasa. "Kita dimana?"
"Ikut aku." Ajak Hangyul seraya meraih tangan Danee dan menggenggamnya. Danee menahan nafas saat merasakan hangatnya tangan Hangyul menyentuh tangannya yang dingin. Ia pun hanya menurut saat Hangyul menariknya menuju suatu tempat.
Rupa - rupanya, di taman itu sangat luas. Ada danau di tengah - tengah taman itu. Semakin dekat, semakin jelas bahwa ada cahaya berterbangan di atas permukaan danau itu. Danee mengerjapkan matanya tidak percaya.
"Kunang - kunang?"tanya Danee tidak yakin. Hangyul mengangguk semangat, "Ya. Kunang - kunang. Tidak pernah melihat ini di Seoul bukan?". Danee hanya terdiam terpaku, menatap puluhan, mungkin ratusan, kunang - kunang itu. Indah sekali. Danee tidak pernah melihat langsung kunang - kunang. Ia tidak tahu bahwa di Seoul ada tempat yang memiliki kunang - kunang. Danee menoleh, mencari Hangyul yang ternyata sudah duduk di bangku taman dekat situ dan memperhatikan Danee. Danee menghampiri Hangyul dan duduk disampingnya.
"Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"tanya Danee takjub. Hangyul hanya tertawa, "Ini juga pertama kalinya aku kesini."
"Mwo?!"
"Sahabatku merekomendasikan tempat ini. Banyak kunang - kunang dan masih sepi, katanya. Aku tidak yakin akan hal itu. Makanya aku mengajakmu untuk ikut. Setidaknya jika dia berbohong dan tidak ada kunang - kunang disini, aku bisa menghabiskan waktu denganmu. Aku ingin bersamamu."
Kalimat yang Hangyul ucapkan barusan terngiang - ngiang di telinga Danee.
Aku bisa menghabiskan waktu denganmu. Aku ingin bersamamu.
***
Hangyul sompret juga yak :( Anak orang ketakutan itu, dibawa ngebut :(
Wkwkwk. Btw terima kasih yang sudah mau mampir di FF abal ini :") diriku terharu. Aku bakalan lebih seneng dan semangat update lagi kalau kalian meninggalkan jejak seperti vote atau komen. Jujur, itu bakalan berarti banget lho buat aku! Aku juga masih memerlukan kritik dan saran, jadi jangan sungkan ya! 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Now You're Here [✔]
Fanfiction"Kita akan jatuh cinta kepada orang yang tidak kita sangka dan pada waktu yang tidak kita duga." Lee Hangyul dan Kim Danee. Dua insan yang memiliki luka batin yang sudah lama tidak bisa terobati. Pada suatu hari, mereka dipertemukan dalam situasi ti...