Melangkah Mundur

31 8 0
                                    

"Ku sadar ku pemeran pengganti,
tak pernah benar - benar dihati..."

— Pemeran Pengganti (Fiersa Besari)

***

Malam itu langit terlihat cerah, tiada awan yang menutupi sinar bulan dan bintang. Danee dan Wooseok berjalan perlahan menyusuri jalan, menikmati angin malam.

Sudah 3 hari berturut - turut Danee menghabiskan waktu dengan Wooseok. Sedangkan Hangyul, entah menghilang kemana. Semenjak Wooseok datang kembali, Hangyul seolah ditelan bumi. Chat terakhir dari Hangyul mengatakan bahwa Hangyul sedang sibuk sehingga akan jarang menghubungi. Danee meragukan itu. Danee tahu, Hangyul begitu pasti ada hubungannya dengan kehadiran Wooseok.

"Danee-ya..." panggil Wooseok, membuat lamunan Danee tentang Hangyul buyar. Danee menatap Wooseok penuh tanya, "Hmm?"

Wooseok berdehem lalu berkata, "Lusa, aku akan kembali ke Jepang... dan rasanya sudah cukup lama aku memberimu waktu untuk berpikir. Aku membutuhkan sebuah jawaban."

Danee terdiam. Angin yang bertiup membuat dedauan bergemerisik, mengisi kesunyian yang Danee tinggalkan. Cukup lama Danee bungkam, sambil terus berjalan menyusuri jalan. Wooseok ikut bungkam, namun tangannya meraih tangan Danee untuk menggenggamnya. Danee melirik tangannya yang digandeng Wooseok. Danee pun balas menggandeng tangan Wooseok. Otaknya memutar kembali semua moment yang telah ia lewati bersama Wooseok akhir - akhir ini. Setelah terdiam dalam waktu yang cukup lama, Danee menghentikan langkahnya. Ia lalu menatap Wooseok lekat - lekat dan tersenyum dengan amat manis.

***

Hangyul menendang kerikil - kerikil di tepi jalan yang menghalangi langkah kakinya. Sedikit merasa kecewa. Sebenarnya ia rindu pada Danee, oleh karena itu Hangyul memutuskan untuk pergi ke rumah Danee. Namun rupanya rumah Danee kosong, entah pergi kemana gadis itu dan bersama siapa. Tentu saja dengan Wooseok, pikir Hangyul. Hangyul mendengus, merasa sedikit cemburu.

Sudah hampir seminggu ia dan Danee tidak bertemu. Semenjak Wooseok datang lagi ke Seoul, Hangyul memang agak menjaga jarak dengan gadis itu. Bukan karena Hangyul marah atau bagaimana, hanya saja Hangyul pun memerlukan waktu untuk berpikir. Untuk menentukan keputusan yang benar untuk dilakukan, menurutnya. Entah itu untuk terus maju mengejar Danee, atau pun mundur untuk memberikan ruang pada Wooseok membahagiakan Danee. Sekarang, prioritas Hangyul hanya satu. Ia ingin Danee bahagia, walaupun ia harus berdarah - darah mengorbankan perasaannya.

Karena terlalu fokus dalam pikirannya sendiri, Hangyul tidak menyadari kemana kakinya melangkah. Ia terus berjalan dan berjalan sampai akhirnya ia melihat sesuatu yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.

Danee dengan Wooseok. Cepat - cepat Hangyul bersembunyi di belakang mobil yang sedang diparkirkan di dekat situ. Ia tidak ingin Danee dan Wooseok mengetahui keberadaannya. Dilihatnya Wooseok menggenggam tangan gadis yang dicintainya itu. Hangyul kembali mendengus kesal. Tidak hanya menggenggam tangan Danee, kini Wooseok mengelus lembut pipi Danee lalu mengangkat dagu Danee sedikit dengan perlahan. Jarak diantara mereka semakin rapat. Hangyul melihat Danee menutup matanya dan kini bibir Wooseok mengecup bibir Danee, dengan pelan - pelan dalam waktu yang cukup lama.

Hangyul tidak tahan lagi. Ia membalikkan badannya, segera pergi dari tempat itu sebelum hatinya menjadi lebih hancur lagi.


***

Danee tersenyum - senyum sendiri saat ia sudah sampai rumah dan duduk di kasurnya yang nyaman. Entah bagaimana, beban berat yang beberapa hari ini membebani pundaknya akhirnya hilang. Ia merasa begitu lega. Danee yakin sekali bahwa ia memilih keputusan yang tepat. Ia yakin akan apa yang sudah ia pilih dan ia akan memastikan bahwa apa yang ia pilih bukanlah hal yang salah.

Masih tersenyum dengan senang, Danee menelfon sahabatnya untuk menceritakan kejadian malam itu.

Berbeda dengan Danee, Hangyul tidak tersenyum sama sekali.

Ia tidak pernah merasakan patah hati seperti ini sebelumnya karena ia memang tidak pernah menyukai seseorang sebagaimana ia menyukai Danee. Hangyul marah pada dirinya sendiri karena rupanya, hatinya tetap saja cemburu melihat Danee bersama yang lain. Hangyul pernah berkata, bahwa ia rela terluka demi melihat Danee bahagia dan sekarang, kata - kata itu sedang diuji kebenarannya.

Danee terlihat bahagia tadi dengan Wooseok, tetapi Hangyul tidak bisa membendung patah hatinya. Kini ia berjalan perlahan di tepi sungai Han, menatap keindahan kota Seoul pada malam itu.

"Danee-ya...." bisik Hangyul pada angin malam. "Aku ingin melihatmu bahagia. Sungguh. Tapi rasa sakit ini tidak tertahankan..."

Hangyul menghela nafas panjang. Dadanya terasa sesak dan wajahnya terasa panas, namun air mata tidak mengalir meskipun Hangyul benar - benar sedang ingin menangis tersedu - sedu. Mungkin dengan menangis tersedu - sedu, rasa sakit ini menjadi lebih ringan. Namun yang kini ia rasakan hanyalah rasa sesak yang sepertinya justru semakin bertambah setiap dirinya menghirup nafas.

"Aku bodoh ya? Aku kira kamu mau bersama denganku, tapi rupanya hatimu masih menggenggam erat Wooseok ya? Seandainya Wooseok tidak kembali...."

Angan Hangyul terhenti, lenyap ditelan gelapnya malam.

***

Untuk lebih tau rasa patah hatinya Hangyul, coba dengerin lagunya Fiersa Besari yang Pemeran Pengganti :(

Btw kalau suka, jangan lupa komen dan votes! Lopyu, Gengs!!!!❤




















.

Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang