Ciuman Terakhir

53 8 0
                                    

Danee menjenggut rambutnya frustasi. Pasalnya, Hangyul benar - benar tidak bisa dihubungi. Dichat, tidak dibalas. Ditelfon, tidak diangkat. Danee datang kerumahnya, Hangyul enggan keluar untuk bertemu. Danee benar - benar tidak habis pikir kenapa Hangyul menghindari dirinya. Padahal, ia ingin sekali bertemu dengan Hangyul dan membicarakan sesuatu. Terlebih lagi, Danee rindu.

Danee pun meraih handphonenya dan cepat - cepat menelfon sahabat baiknya untuk meluahkan kebingungannya.

"Shannon, Hangyul menghilang ditelan bumi! Ia menghindariku! Aku harus bagaimana ini?"

"Kau sudah mencoba untuk datang ke rumahnya?"

"Sudah. Kakak laki - lakinya yang membuka pintu dan mengatakan Hangyul sedang tidak ingin diganggu. Menyebalkan sekali."

"Hmm... kalau begitu, kamu langsung saja pergi ke universitasnya. Sudah kau coba?"

Danee terdiam memikirkan saran dari Shannon. Benar juga ya, pikir Danee. "Baiklah, esok aku akan datang langsung padanya dan memberikannya pelajaran karena sudah mendiamiku selama seminggu!" ujar Danee geram.

***

Seungyoun membangunkan Hangyul dari tidurnya. Tidak sengaja, Hangyul tertidur di kelas Literasi saking lelahnya. Sudah beberapa hari ini, Hangyul benar - benar rapuh. Tidur di kelas, tidak bernafsu makan, tidak bisa fokus mengerjakan tugas. Penampilannya pun semakin menyedihkan. Seungyoun yang mengetahui penyebab Hangyul seperti itu sudah mencoba menghiburnya, namun nampaknya tidak berhasil. Beberapa penggemar Hangyul pun mencoba untuk membuat Hangyul kembali ceria, namun hasilnya nihil.

Sebenarnya Hangyul hanya butuh waktu untuk meratapi kesedihannya. Lama - lama, hatinya akan sembuh dengan sendirinya.

"Hangyul-ah, karena nilai tugasku bagus kali ini, aku akan traktir kau makan tteobokki. Lagipula aku rindu makan tteobokki denganmu. Kajja!" Seungyoun berkata dengan nada ceria lalu merangkul Hangyul. Hangyul hanya mengangguk pelan, tidak sampai hati menolak permintaan sahabatnya itu. Mereka pun berjalan keluar dari gerbang kampus.

"Lee Hangyul!"

Hangyul terus berjalan. Matanya terlihat kosong, tidak fokus akan keadaan sekeliling.

"Yaaa! Lee Hangyul!"

Yang dipanggil namanya masih tetap terdiam, tidak sadar sama sekali bahwa ada seorang gadis yang memanggilnya dari kejauhan. Seungyoun yang mendengar itu, lantas menoleh dan mendapati seorang gadis berlari menghampiri mereka dengan terengah - engah. Seungyoun sangat terkejut begitu mengenali siapa yang memanggil Hangyul. Ia segera menghentikan langkahnya dan mencengkram lengan Hangyul.

Hangyul akhirnya tersadar dari lamunannya dan menatap sahabatnya heran, "Ada apa?"

"Danee..." bisik Seungyoun. Hangyul langsung memutar badannya dan melihat Danee berlari ke arahnya.

"Yaaa! Lee Hangyul! Kamu kemana saja, hah?!?!" jerit Danee marah, menarik kerah t-shirt Hangyul sehingga wajah mereka berdekatan. Paham akan suasana yang terjadi, Seungyoun menepuk bahu Hangyul untuk pamit dan ia segera melangkah menjauh dari kedua insan itu. Seungyoun tahu, Hangyul dan Danee butuh privasi.

"Aku ingin berbicara denganmu!" ujar Danee seraya menarik lengan Hangyul, namun Hangyul bergeming.

"Aku harus menemani Seungyoun makan tteobokki," balasnya dingin. Seungyoun yang mendengar hal itu langsung menimpali, "Tidak apa - apa. Kau bisa menemaniku besok, Hangyul - ah. Bicaralah dengan Danee. Bye!"
Cepat - cepat Seungyoun berlari pergi sebelum namanya disebut lagi.

Danee langsung menarik lengan Hangyul untuk duduk di bangku taman dekat situ. Hangyul pasrah dan hanya mengikuti Danee.


"Apa masalahmu?!" tanya Danee, suaranya meninggi. Emosi Danee sudah sampai di puncaknya. "Maksudmu?" Hangyul balas bertanya. Danee mendesah frustasi, "Kenapa kamu menghindariku?"

Hangyul menundukkan kepalanya. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Hangyul berbicara.

"Aku tahu kamu dan Wooseok kembali bersama. Aku melihatmu malam itu berciuman dengannya. Tidak apa, Danee-ya. Aku tidak menyalahkanmu karena memilihnya. Maafkan aku yang menjauhimu selama beberapa hari ini, aku hanya perlu waktu..." jelas Hangyul pelan, masih dengan kepala menunduk. Terlalu sakit untuknya menatap mata Danee.

Suasana menjadi hening. Hangyul pun mengangkat kepalanya karena penasaran mengapa Danee hanya terdiam. Hangyul terkejut mendapati Danee sudah menangis tanpa suara.

"Yaaa! Pabo!" rutuk Danee di sela - sela tangisnya. Tangis yang selama ini dibendung olehnya akhirnya terluap semua. Setelah habis menangis, Danee mengusap air matanya lalu berbisik, "Baiklah, aku harus menjelaskan kepadamu tentang malam itu ..."

*Flashback start*

Danee menatap tangannya yang digenggam oleh Wooseok. Perhatiannya teralih sebentar pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang Hangyul berikan padanya saat mereka pergi ke pasar malam. Danee tersenyum, hatinya menjadi semakin yakin. Danee pun menggenggam tangan Wooseok untuk menghentikan langkah mereka berdua.

"Wooseok Oppa, aku menyayangimu. Sangat menyayangimu. Tetapi, sekarang setelah kamu kembali hadir di hidupku, aku sadar akan sesuatu. Rasa sayang ini tidak sama seperti dulu. Rasa sayang ini masih ada, namun dengan wujud yang berbeda. Aku masih peduli padamu dan akan terus peduli padamu. Oppa adalah orang yang selalu menemaniku dulu dan membuatku belajar akan banyak hal, tapi Oppa sekarang rasa sayang itu lebih seperti rasa sayang sebagai saudara. Oppa adalah Oppa yang baik untukku, tapi maaf Oppa, rasa ini sekarang tidak lebih dari itu."

Wooseok menelan ludahnya. Sebenarnya ia tahu perasaan Danee sudah berubah. Cara Danee menatapnya dan berbicara padanya juga sudah lain. Wooseok pun mengangguk tanda paham. Ia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada Danee. Ini semua salahnya. Seandainya saja ia tidak meninggalkan Danee dan menorehkan luka yang masih membekas dihati Danee.

Wooseok mendesah panjang, lalu tersenyum. "Baiklah, aku mengerti. Tapi bolehkah kita tetap berteman? Kamu sangat berarti dihidupku dan aku tidak mau lagi kehilangan kamu."

Danee mengangguk. "Tentu saja, Oppa."

"Dan bolehkah aku meminta satu hal padamu? Untuk yang terakhir kalinya......." Wooseok mengelus pipi Danee, lalu mengangkat dagu Danee secara perlahan. Danee mengerti apa yang Wooseok maksud. Danee pun memejamkan matanya saat wajah Wooseok semakin lama semakin dekat. Bibir Wooseok pun bertemu dengan bibirnya. Ciuman itu pun berlangsung hangat dan lama, seolah melepas semua rasa yang pernah ada, meluapkan semua perasaan yang terpendam. Ciuman terakhir yang berlangsung dengan sangat manis.

*Flashback End*

***

MWEHEHEHEHEHE. Nih sehari aku update dua chapter biar puashhhh, buat nemenin yang malam mingguan cuma di rumah :)

Btw sebentar lagi  FF abal ini udah mau selesai!!!!! Yehet! Komen dan vote kalian masih kutunggu - tunggu loh, gengs 😏



Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang