Berbagi

34 12 0
                                    

Danee menahan nafasnya. Ia menatap Hangyul yang kini sedang tersenyum sendu menatap hamparan cahaya berterbangan di kejauhan. Danee tidak menyangka bahwa Hangyul akan menceritakan masa kecilnya yang ternyata sangat memilukan itu. Danee tidak pernah mengira bahwa dibalik sifat ramah dan ceria Hangyul, Hangyul ternyata memendam sakit yang tidak mampu disembuhkan.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Sudah dua jam mereka duduk di bangku taman itu, berbagi cerita seraya menikmati pemandangan kunang - kunang yang terbang kesana kemari.

Hangyul menitikkan air mata, namun dengan cepat dihapusnya sebelum Danee menyadari. Kini Hangyul menoleh menatap Danee dan tersenyum, "Kamu bagaimana?"

Ditanya tentang keadaan hatinya yang masih kacau balau, Danee menghela nafas panjang. "Ya begitu. Masih sakit rasanya ketika mengingatnya."

"Ia memang sangat berarti untukmu ya?"

Danee mengangguk. Ia tak mungkin berbohong. Wooseok adalah segalanya bagi Danee.

"Dia yang selalu menemaniku dulu. Ia yang membuatku merasa berharga, yah walaupun aku sama sekali bukan tipe wanita yang ia sukai." Danee terkekeh pelan, "Wooseok menyukai wanita yang feminin dan anggun. Ia menyukai kopi dan puisi, aku tidak begitu. Tapi banyak hal yang aku rubah hanya untuk dirinya. Yah meskipun pada akhirnya... dia tetap meninggalkanku..."

Danee mendongakkan kepalanya dan menatap langit, berusaha mencegah turunnya air mata yang kini sedang mendesak untuk turun. Hangyul merangkul pundak Danee, merapatkan tubuhnya dengan tubuh Danee.

"Danee-ya... kamu tidak perlu berubah untuk siapa pun itu. Kamu itu sudah sangat sempurna. Yah...setidaknya, sempurna untukku." Kata Hangyul pelan, namun mampu membuat darah Danee berdesir.

Apa maksud Hangyul berkata seperti itu? Danee menoleh menatap Hangyul penuh tanya. Mata coklat Hangyul bertemu dengan matanya, kembali memberikan sensasi aneh di perutnya. Danee mengalihkan matanya pada bibir Hangyul yang tersenyum. Jarak diantara mereka semakin merapat...semakin mendekat. Danee memejamkan matanya, pasrah. Tak lama kemudian, bibir hangat Hangyul mengecup pelan bibir mungil Danee. Kecupan yang singkat namun manis, membuat jantung Danee berdegup dengan keras. Hangyul mengakhiri kecupannya, lalu menangkup pipi Danee dengan kedua tangannya, memaksa Danee untuk melihat wajahnya.

"Danee-ya..."

Danee menghindari tatapan Hangyul, namun Hangyul berkata dengan nada memohon, "Danee-ya... tatap aku."

Mau tidak mau, Danee pun membalas tatapan Hangyul walaupun rasanya pipinya memanas karena malu.

"Aku menyukaimu. Aku tidak akan membiarkanmu terluka." Ujar Hangyul pelan, namun penuh dengan keyakinan. Danee tidak bisa berkata apa - apa. Kakinya lemas. Hanya satu kata yang keluar dari mulutnya, "Kenapa?"

"Sejujurnya, aku juga tidak tahu kenapa aku dengan mudahnya jatuh hati padamu. Ini pertama kalinya aku merasakan perasaan ini. Aku juga tidak mengerti."

"Kamu tahu, aku masih belum bisa melupakan Wooseok." ucap Danee lirih.

"Aku tahu. Tidak apa, aku akan membantumu melupakannya."

Danee menggelengkan kepalanya. Air mata menetes di pipinya. "Ini semua terlalu cepat. Aku butuh waktu."

Hangyul mengusap air mata Danee kemudian mengecup dahi Danee lalu tersenyum. Hangyul menatap Danee dalam - dalam dan ia berkata dengan yakin,

"Aku akan menunggumu. Sampai kapan pun itu."

***

Jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi, namun Hangyul tidak berada di kasurnya. Hangyul kini duduk termenung di balkon apartemennya. Ia tidak bisa tidur karena memikirkan Danee dan kejadian tadi di danau.

Selama jalan pulang, Danee dan Hangyul saling berdiam diri. Hangyul mengerti bahwa Danee pasti sedang membutuhkan waktu untuk berpikir. Hangyul sama sekali tidak menyesali apa yang telah terjadi, namun ia mengkhawatirkan Danee. Ia tahu ini semua begitu tiba - tiba bagi Danee, namun semakin dipendam, Hangyul semakin tidak tahan. Ia ingin Danee tahu bahwa ada yang menyayanginya, peduli padanya, dan rela menggantikan peran Wooseok di hidupnya. Danee tidak bisa selama - lamanya sakit karena Wooseok. Hangyul tidak rela melihat Danee selalu bersedih karena pria itu. Bagaimana pun, ia akan membuktikan kepada Danee bahwa apa yang telah ia ucapkan bukanlah main - main.

***



Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang