Pulang

37 6 0
                                    

Hangyul menelan ludahnya berkali - kali, lalu mengusap peluh di dahinya. Jemarinya dengan resah mengetuk - ngetuk meja kaca di hadapannya.

"Hangyul, tenanglah." ujar Seungyoun, berusaha menenangkan sahabatnya itu. Terlihat sekali kalau Hangyul sangat gugup.

Sebenarnya sudah 3 hari Danee dan Hangyul tidak saling berbicara. Danee benar - benar marah pada Hangyul karena terlalu cepat mengambil kesimpulan. Hangyul sudah meminta maaf berkali - kali, namun tetap juga tidak digubrisnya. Seungyoun pun memberi ide untuk membuat kejutan khusus Danee, sesuatu yang dapat meluluhkan dinginnya hati Danee. Hangyul pun pasrah, mengikuti apa yang sudah Seungyoun rencanakan.

"Bagaimana kalau aku tidak berhasil? Bagaimana kalau aku mengacaukan segalanya? Bagaimana kalau...."

Ucapan Hangyul dipotong oleh Seungyoun, "Pasti berhasil. Pegang kata - kataku."

Hangyul menatap Seungyoun yang tersenyum lebar, lalu ia mengangguk. Semoga berhasil, bisiknya.

***

Danee menghela nafas panjang saat Shannon menyuruhnya menggunakan gaun putih dan menyuruhnya mengenakan make up. "Aku tidak mau!"

"Oh, ayo lah, Danee-ya! Malam ini akan menyenangkan. Please? Aku juga sudah berdandan seperti ini, temani aku ya?" pinta Shannon.

Malam ini akan ada live band kesukaan Shannon di kafe dekat kampus dan Shannon memaksa Danee untuk menemaninya. Danee tau kalau ini sangat berarti untuk Shannon, akhirnya ia mendesah pasrah. Ia memakai gaunnya sambil mendumel. "Kenapa sih harus memakai gaun? Menyusahkan."

Shannon tersenyum lebar saat Danee selesai bersiap. Danee terlihat super cantik malam ini. Shannon yakin, malam ini akan menjadi malam yang sempurna.

***

Suasana kafe pada malam itu terlihat lebih romantis daripada biasanya, entah apa yang berbeda. Pengunjung juga ramai berdatangan. Kafe yang mereka datangi adalah kafe yang sama dengan saat Danee menyatakan perasaannya pada Hangyul. Danee tersenyum kecil begitu mengingat saat itu.

Shannon menariknya menuju meja paling depan, meja yang paling dekat dengan panggung, yang ternyata sudah Shannon booking dari kemarin. Danee hanya menggeleng - gelengkan kepalanya melihat antusiasme Shannon. Pertunjukan live band akan berlangsung pada pukul 8 malam, waktu yang tersisa hanya 5 menit lagi. Danee acuh tak acuh, malam sibuk dengan buku yang sengaja ia bawa.

Ketika sedang asik membaca, lampu kafe pun meredup, menyisakan perhatian hanya pada bagian atas pentas. Danee mendesah pelan, lalu menutup bukunya dan meletakkannya kembali ke dalam tas. Suasana hening, tidak satu orang pun yang berbicara. Lalu seorang lelaki berpakaian jas rapi naik keatas panggung, berdiri di hadapan mic sambil menatap lurus pada Danee. Jantung Danee ingin berhenti saat itu juga.

Hangyul, dengan suara khasnya mulai berdehem. "Ehem.... selamat malam kepada semua yang sudah bersedia datang. Malam ini saya ingin membacakan sebuah surat untuk seorang wanita cantik yang hadir di kehidupan saya. Dengannya, saya merasa seperti saya bisa menjadi seseorang yang lebih ceria. Dia telah menghangatkan hati dingin saya."

Bulu kuduk Danee meremang ketika mendengar Hangyul berkata seperti itu. Beberapa pengunjung lain asik bersiul - siul menggoda Hangyul. Hangyul hanya tersenyum dan menatap Danee lekat - lekat.

Dentingan piano mulai memenuhi ruangan, terlihat Seungyoun dengan mahirnya memainkan piano yang terletak pada hujung panggung. Hangyul memejamkan matanya sambil menarik nafas, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan. Kini ia membuka matanya lalu mendekatkan mulutnya ke microphone.

"Untuk perempuanku...

Hidupku sebelum kau hadir begitu gelap. Panas menerjang mau pun dingin menerpa, semua tak terasa. Yang ada hanyalah hampa.

Untuk perempuanku...

Sebelum kau hadir, aku tidak tau ada hadirnya pelangi. Yang ku kenal hanyalah hitam dan putih.

Untuk perempuanku...

Saat aku melihatmu waktu pertama,
dibawah guyuran hujan, saat itu pula aku merasa berbeda.

Ada keinginan untuk melindungimu, keinginan untuk melihat tawamu, keinginan untuk membuat kamu baik - baik saja.

Semakin hari semakin bertambah, lama - lama aku tak kuasa. Bahkan berpisah sejenak pun, rindunya menewaskan.

Semakin hari pula aku semakin sadar, hadirmu membawa sejuta rasa. Membuat pelangi terlihat nyata.
Ah, rupanya begini rasanya jatuh cinta..."

Pengunjung yang ada disana kembali bersiul - siul menggoda, membuat  Danee yang sudah merasa malu semakin memerah.

"Untuk perempuanku... yaitu kamu, Kim Danee. Mau kah kamu menerima hatiku?" tanya Hangyul. Suaranya sedikit serak karena gugup. Kini semua perhatian tertumpu pada Danee yang terdiam mematung.

Sunyi menyelimuti ruangan itu, ikut memberi keheningan yang mencekam.

Lalu dengan perlahan, Danee berdiri dan menatap mata Hangyul lamat - lamat. Sebuah senyuman terukir di bibir Danee. Danee mengangguk.

Bagi Hangyul, semua itu terjadi seolah dalam mode slow motion. Hangyul sontak berteriak girang dan hampir menjatuhkan microphonenya. Seluruh pengunjung bertepuk tangan dan mengucapkan selamat. Shannon sibuk memeluk Danee sambil tertawa.  Seungyoun juga menepuk - nepuk pundak Hangyul, ikut berbahagia.

Hangyul kini turun dari atas pentas, menuju sisi Danee. "Terima kasih." ujarnya tulus. Ia benar - benar merasa bersyukur. Danee tidak menjawab. Ia hanya menarik tubuh Hangyul lalu dengan amat perlahan mencium bibir Hangyul yang hangat, seolah lupa bahwa ada orang disekeliling mereka.

Malam itu jelas tidak ada lagi ketidakpastian dan segala teka - teki. Yang mereka rasakan hanya cinta dan bahagia untuk selama - lamanya.

Semoga.

THE END

***

Akhirnya berakhirlah sebuah fanfiction abal pertamaku. Yeay! Makasih ya buat kalian udah mau baca, vote, dan masukin "Now You're Here" ke reading list... AKU SAYANG KALIAN!!!

Maaf banget karena masih banyak kekurangan, kritik dan saran bakalan selalu diterima kok!

Love you guys! Tungguin cerita selanjutnya ya ;)

Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang