Pikirkan.

46 7 0
                                    

"Bodoh!"

Shannon melempar bantal yang sedang dipeluknya ke arah Danee sebagai bentuk protes. Danee hanya terdiam dan menunduk. Ia baru saja selesai bercerita pada Shannon tentang kejadian dua malam yang lalu, malam dimana Hangyul menyatakan perasaannya. Setelah malam itu, Hangyul dan Danee benar - benar putus kontak. Hangyul tahu Danee butuh waktu untuk memahami semua ini, sedangkan Danee belum tahu harus bersikap bagaimana. Itu lah mengapa Danee menelfon Shannon dan menyuruhnya menginap di rumahnya untuk menjadi teman curhatnya.

"Danee! Apakah kamu masih belum sadar?" tanya Shannon seraya mengacak - acak rambutnya dengan frustasi. "Hangyul tulus padamu. Hangyul benar - benar menyayangimu! Kalau ia main - main, ia bisa saja mencari orang lain. Untuk apa menunggumu? Hangyul itu populer, kamu tahu?! Ia bisa saja mendapatkan gadis mana pun yang ia mau, tapi lihat siapa yang ia pilih? KIMl DANEE YANG BODOH INI, KIM DANEE YANG MASIH DIHANTUI OLEH LELAKI LAIN!"

Nada suara Shannon yang meninggi membuat Danee menggigit bibirnya.

"Kim Wooseok? CIH. Ia memutuskan untuk meninggalkanmu, Danee-ya. Kalian baik - baik saja, lalu mengapa tiba - tiba ia meminta putus?"

"Ia sayang padaku! Ia tidak mau aku tersiksa karena kesepian!" bela Danee.

"Kesepian?! Lihatlah apa yang ia perbuat! Justru menghentikan hubungan kalian secara sepihak dan membuatmu tambah kesepian, bukan???"

Kini tangis Danee pecah. Tidak kuasa lagi Danee menahan sesak di dadanya saat mendengar Shannon berkata seperti itu. Sesenggukan, Danee membenamkan wajahnya pada bantal yang tadi Shannon lempar. Shannon menghela nafas panjang, mencoba menenangkan dirinya terlebih dulu sebelum bisa menenangkan sahabatnya itu. Shannon mendekatkan dirinya pada Danee dan memeluk erat sahabatnya itu.

"Danee-ya......" Kini Shannon berbisik pelan pada telinga Danee, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hatimu, hanya saja... kamu harus sadar bahwa inilah kenyataannya. Wooseok memilih untuk pergi dan usahamu untuk menahannya tidak berhasil. Jika seorang lelaki ingin pergi, maka seribu masalah akan ia jadikan alasan. Jika seorang lelaki ingin tetap bersamamu, maka seribu masalah tidak akan mampu untuk mengusirnya pergi. Danee-ya, aku tahu ini berat. Aku tahu kamu sangat mencintai Wooseok, tapi kamu tidak bisa menyiksa dirimu terus - terusan seperti ini. Kamu berhak bahagia... dan aku rasa, Lee Hangyul dapat menjadi sumber kebahagiaanmu."

Shannon meraih tangan Danee dan menggenggamnya, "Danee-ya... Aku sangat menyayangimu. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Sekarang, kamu pikirkan kata - kataku, pikirkan bagaimana Hangyul selama ini padamu, dan yang paling penting... dengarkan kata hatimu."

Danee hanya mengangguk pelan.

***

DUK...DUK...DUK...

Suara bola basket menyentuh lapangan memenuhi suasana sepi sore itu. Seorang laki - lagi dengan baju basket tanpa lengan berwarna merah melantunkan bola basket itu dan dengan perkiraan yang sempurna, bola basket itu melayang membelah udara dan masuk ke dalam jaring dengan mulusnya.

"YAAA! Lee Hangyul!"

Lelaki berbaju merah itu menoleh dan mendapati sahabatnya, yaitu Cho Seungyoun sedang berlari ke arahnya. Seungyoun melepaskan sweater abu - abunya sehingga hanya mengenakan kaos tanpa lengan berwarna hitam yang nampak begitu kontras dengan kulitnya yang putih. Ia segera meletakkan barang bawaannya di pinggir lapangan dan menghampiri Hangyul.

"Lee Hangyul! Berani - beraninya kau bermain bola basket tanpa aku!" Omel Seungyoun sambil memasang muka cemberut. Tiba - tiba raut wajahnya berubah terkejut dan menunjuk kejauhan seraya berkata, "Danee!!!"

Hangyul sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Seungyoun, namun bukan sosok Danee yang ia temukan, malahan bola basket yang tadinya bersarang nyaman pada lengannya sudah hilang direbut Seungyoun yang sekarang asik melantunkan bola basket itu dan memasukkannya pada jaring dengan mudahnya.

"1-0." ledek Seungyoun. Ia tidak percaya bahwa tipuannya tentang Danee mampu membuat Hangyul tercengang - cengang. "Curang! You play dirty. Okay, let's see how dirty this game can get." Ujar Hangyul sambil tersenyum menantang.

Permainan satu lawan satu itu akhirnya berlangsung dengan penuh trik - trik yang kotor. Seungyoun bermain curang, Hangyul pun membalas dengan bermain lebih curang lagi. Peraturan yang seharusnya dituruti demi permainan yang adil malah mereka langgar. Permainan berlangsung dengan cukup lama, yang akhirnya dimenangi oleh Hangyul. Ia tertawa lepas penuh rasa kemenangan. Seungyoun mengendikkan bahunya, "Ya aku bisa apa? Hangyul selalu nomor satu..."

Hangyul merangkul Seungyoun dan menjitak kepala sahabatnya itu, senyuman lebar masih bertengger di wajahnya. "Aku belum selesai bicara! Hangyul selalu nomor satu... kecuali dalam hal percintaan. Dalam hal itu, aku lebih unggul daripadamu." ucap Seungyoun sambil tertawa mengejek.

"YAAAA! KAU!" protes Hangyul yang langsung berhenti merangkul bahu Seungyoun.

Kini Hangyul dan Seungyoun duduk di tepi lapangan untuk beristirahat sejenak. Keringat bercucuran membasahi tubuh mereka, membuat baju yang mereka pakai melekat di badan. Setelah meneguk habis satu botol air mineral, Seungyoun bertanya, "Danee bagaimana?"

Mendengar nama Danee, Hangyul tersenyum lemah. "Entah lah. Dia masih belum menghubungiku... padahal udah satu minggu sejak malam itu."

"Ia membutuhkan banyak waktu rupanya." timpal Seungyoun.

Hangyul mengangguk, "Tapi aku tetap akan menunggu."

Seungyoun menggelengkan kepalanya. Rupanya seperti ini Hangyul ketika sudah jatuh cinta. Ini pertama kalinya ia melihat sahabatnya memperjuangkan seorang gadis, namun gadis itu masih belum bisa membuka hatinya. Hal ini membuat Seungyoun prihatin.

"Hangyul-ah, ketika kau menciumnya, apakah ia membalasnya atau ia hanya terdiam atau justru mendorongmu?"

Hangyul memejamkan matanya sambil mencoba mengingat ciuman malam itu. Ia ingat sekali bagaimana sunyinya ketika itu. Ia ingat betapa jantungnya berdebar - debar ketika jarak antara mereka semakin dekat. Ia ingat aroma perfume Danee yang berbau seperti aroma vanilla musk. Ia ingat bagaimana rasanya ketika bibirnya menyentuh bibir Danee yang hangat dan manis. Ia ingat bibir Danee membalas kecupan singkat itu.

"Aku rasa, Danee membalas ciuman itu." Ujar Hangyul pelan, tidak mampu menyembunyikan senyumannya.

"Kalau begitu, tenang saja." Balas Seungyoun, ikut tersenyum lebar.

***

Coba bayangin kalian nontonin Hangyul sama Seungyoun gitu main basket, keringetan kebakar matahari.... omg kece banget pasti! btw gimana chapter ini? kalau suka jangan lupa vote dan kasih komen ya! makasih 😆😆😆

Now You're Here [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang