Dua muda-mudi keluar dari mobil yang dikendarai oleh seorang sopir berseragam putih. Alsa terlihat membantu Elvino berjalan meski dia memakai tongkat yang digenggam di tangan kiri, sedangkan wajah Alsa terlihat geram dan bibirnya mengomel tiada henti. Membuat Elvino menahan tawanya karena kelucuan wajah cantik tersebut. Tiba-tiba ia merasa pagi ini terlalu indah untuk dilewatkan. Bahkan ia rela terluka jika Alsa menaruh perhatian begitu besar padanya. Hanya gadis itu yang tak pernah meninggalkannya sendirian.
"Jadi, lo tahu persis kalau si penabrak itu keluar dari garbang sekolah?"
Elvino mengendikkan bahu. "Gue kira gitu, soalnya setelah dari halte dan lewat gerbang lagi, baru gue jatuh tepat di tikungan dari gerbang menuju jalan raya. Tapi gue nggak tahu persis orangnya, dia pakai helm full face."
Paving block sudah bersih dari kelopak bunga. Tentu saja. Karena sahabatnya itulah, mereka berangkat lebih lambat. Tetapi hal itu tak menjadi masalah bagi gadis bernetra hitam yang sedang membantu Elvino berjalan menuju kelas. Mereka bergerak lebih lambat karena banyak siswa-siswi yang memasuki area SDHS dan ada juga yang membawa kendaraan pribadi untuk diparkir di tempat yang sudah tersedia.
Gadis itu berujar, "Gue sempet lihat. Motor sport merah, warna helm serupa, dia pake celana hitam—warna seragam kita—hoodie putih, dan–" Ucapan Alsa terhenti ketika matanya jatuh pada sosok yang sama persis dengan apa yang dideskripsikannya.
"Dan apa?"
"Dan dia orangnya." Di luar kendali, Alsa melepas genggaman Elvino dari tangannya, mengeratkan rambut kucir kuda, dan bergegas mengejar motor sport merah yang melaju menuju parkiran.
Sedikit terhuyung karena tangannya dilepas, Elvino berseru, "Alsa, lo mau ke mana?" Namun, tak mendapat respon apapun, ia bergumam, "Dasar cewek ini, mulai impulsif lagi tindakannya!" Tak menunggu lebih lama, Elvino berjalan tertatih menuju tempat parkir. Berusaha tidak terlambat atau gadis itu akan menumpahkan darah salah satu siswa SDHS.
"Lo!" seru Alsa kuat seraya menunjukkan jari telunjuknya. "Lo yang kemarin nabrak temen gue dan nggak mau tanggung jawab, 'kan?"
Cowok itu turun dari motor besarnya tanpa melepas helm. "Gue? Gue kemarin nabrak orang ya? Kok gue nggak sadar sih?"
Baru saja hendak menyemburkan kata-kata pedas, Alsa terpaksa menelannya kembali ketika Elvino datang dan menahannya. "Cukup, Sa, ayo ke kelas, udah mau masuk nih."
Cowok di seberang pandangan Alsa melihat ke arah laki-laki yang diduga adik kelasnya. Matanya jatuh pada tongkat di tangan kiri Elvino.
"Ini yang dimaksud korban kecelakaan tanpa tanggung jawab?" tanya cowok berhoodie putih dengan apatis. Kaca helmnya sudah dibuka, menampakkan sepasang mata biru setajam elang. Manik matanya jatuh tepat ke mata gadis di depannya. Merasa tak asing dengan wajah ini, ia mencoba mengingat.
"Lo harus minta maaf sama dia! Nggak tanggung jawab, malah sok apatis gitu. Minta maaf sekarang!" hardik Alsa penuh kekesalan.
Lamunannya buyar ketika mendengar ucapan pedas sang adik kelas. "Dengerin ya, pertama gue nggak merasa nabrak seorang pun. Dan supaya adek kelas yang cantik ini beserta pacarnya merasa senang. Gue minta maaf. Oke, masalah selesai," tutur cowok itu seraya mengambil kunci motor lalu memasukkannya ke dalam saku celana.
Lagi-lagi ucapan pedas yang akan Alsa keluarkan ditahan oleh sahabat lelakinya. Tak butuh waktu lama bagi Elvino untuk membujuk Alsa meninggalkan tempat parkir dan menuju kelas. Jarum jam di tangannya menjadi alasan menurutnya gadis itu untuk menerima ajakan Elvino. Sedangkan laki-laki berhoodie putih bertuliskan hanzi terkekeh geli melihat tingkah adik kelas. Dia melepas helm dan membebaskan pirang gelapnya lantas berjalan menuju kelas 12 Bahasa 3.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabtu
Teen Fiction[Update setiap hari Sabtu] Alsabtu Crystalia ... seorang gadis yang membenci hari Sabtu, apa pun yang berhubungan dengan hari Sabtu. Melupakan tugas sekolah, galau-galauan ala jomlo, maupum kencan malam Minggu bersama pacar. Dia membenci semua itu...