Matahari sore masih saja menyengat, dengan sisa tenaga yang tidak bisa dikatakan cukup, Alsa berjalan menyusuri selasar dengan lesu. Acara hari ini berjalan lancar, dia berencana untuk tidak mengikuti rapat sekaligus evaluasi hari ini dan memutuskan pulang, beristirahat.
Di depan pintu kelas terdapat seorang cowok yang bersandar santai di dinding. Sosok itu melihat dan berjalan mendekatinya, sepasang tangan bersembunyi di balik saku celana. Ekspresi malas langsung terpancar di wajah Alsa, dia tahu bahwa sebentar lagi akan ada sesuatu yang tidak baik.
"Jangan lupa, nanti belajar buat persiapan olimpiade. Persiapan kita nggak boleh ada kendala, sekalipun lo ngurusin acara nggak penting itu." Baru saja Alsa ingin memprotes, suara Aryan menyelanya. "Tidak menerima penolakan, gue tunggu di taman. D'accord, à plus tard," tandasnya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan Alsa.
Ingin rasanya Alsa mengumpat pada Aryan, tetapi dia tak segila itu mengumpat di tengah banyak siswa-siswi. Aryan sialan.
"Mau pulang bareng gue?" Suara Elvino tiba-tiba menghampiri telinga.
"Pengennya iya, tapi sayang ... gue harus belajar buat olimpiade," sahut Alsa dengan nada malas. Dia mengambil tas dan menggendong di punggung. "Gue duluan ya, Vin. Hati-hati di jalan."
Elvino tersenyum, hatinya sakit. Dia seakan kehilangan sebagian dari diri gadis itu. Entah apa, tetapi melihatnya bersama cowok lain membuatnya tidak senang. "Oke, semangat belajarnya," ucapnya seraya tersenyum.
"Elvino!" Seruan Rania membuyarkan fokus Elvino yang masih memandang punggung Alsa yang semakin berjarak. "Kita belajar yuk, eh, maksudnya ajarin aku bahasa Inggris."
Andai permintaan itu datang dari Alsa, pasti ia merasa sangat senang. Namun, saat ini tak ada pilihan lain karena gadis yang ia sukai sudah belajar bersama orang lain. Matanya beralih pada Rania dengan wajah ceria dan penuh harapan padanya. Akhirnya Elvino menyetujui permintaan Rania dan memutuskan untuk belajar di perpustakaan.
📚
Gadis itu segera menuju lift, menekan tombol lantai dasar dan menunggu. Setelah terdengar bunyi denting, pintu besi terbuka. Alsa keluar dan berjalan melewati lapangan upacara yang panas. Sesampainya di lorong dan teduhan depan taman, dia melangkah ke sisi kanan taman melewati ruang OSIS dan sampailah di perpustakaan. Ia tidak masuk ke sana, melainkan menuju taman yang berada tak jauh dari bangunan. Aryan sudah menunggu di set meja dan kursi khusus untuk siswa belajar liat ruangan.
"Terlambat dua menit."
"Astaga, Ar. Lo liat sendiri gue masih ngambil tas di kelas tadi. Cuma dua menit aja. Sekarang lo yang diem! Kita mulai belajarnya."
Sembari duduk, dia mengeluarkan sebuah buku besar yang diberikan oleh Aryan beberapa hari lalu dan beberapa buku lainnya. Sementara Aryan tersenyum geli melihat tingkah gadis di depannya. Dan ketika Alsa mendongakkan kepala dan melihat Aryan, wajah cowok itu dengan cepat kembali datar.
"Woi, ya ajarin gue lah. Katanya lo bule Prancis, bengong aja!"
"Ya biasa aja lah, Mbak. Nih, gue jelasin ...." Aryan mengambil sebuah buku, membaca dan mulai menjelaskan materi yang kurang dipahami oleh Alsa. Sedangkan gadis itu mendengarkan, memahami, dan sesekali mencatat.
Badan Alsa telah sangat lelah, kelopak mata rasanya sangat berat dipaksa tetap terbuka. Dia berusaha fokus mendengarkan penjelasan dari Aryan yang kini suaranya semakin sayup-sayup tak terdengar. Pandangan Alsa semakin mengabur dan gelap hingga otak bawah sadar mulai menguasai dan terlelap.
Setelah menerangkan materi yang ia baca di buku, Aryan mendongak menatap Alsa dan bertanya, "Gimana, udah pah–" Kalimatnya terhenti ketika melihat gadis itu tertidur dengan menelungkupkan kepala di tangannya sendiri. "–ham. Bagus, gue anggap lo udah paham dan tidur. Kayaknya nih cewek diperbudak sama OSIS. Sudah gue duga, pertandingan nggak jelas itu akan mengganggu persiapan olimpiade."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sabtu
Teen Fiction[Update setiap hari Sabtu] Alsabtu Crystalia ... seorang gadis yang membenci hari Sabtu, apa pun yang berhubungan dengan hari Sabtu. Melupakan tugas sekolah, galau-galauan ala jomlo, maupum kencan malam Minggu bersama pacar. Dia membenci semua itu...