Part 4 : Ende der Welt

38 6 0
                                    


"Jadi, kapan kita akan berangkat?" tanyaku.

"Tentu saja besok. Saat ini kita harus mempersiapkan segalanya," ucap Ellie.

Kemudian kami pergi menuju istana Axoria. Istana tersebut sangat besar, kira-kira lebih besar dua kali lipat daripada gedung putih yang ada di duniaku dulu. Meskipun bagian luarnya sedikit runtuh, tapi ruangan dalamnya masih utuh dan juga begitu indah, aku kagum dengan keindahan ini. Setelah itu Ellie mengajakku ke ruang makan, disana ada banyak sekali kursi dan juga mejanya sangat panjang. Aku duduk disamping Ellie. Didepanku ada tiga orang lagi, yang satunya masih anak-anak, kurasa umurnya sekitar lima atau enam tahun dan dia mirip dengan Ellie sedangkan kedua orang lain kurasa orang tua Ellie.

"Tak kusangka akhirnya kau mau makan di istana ini. Biasanya kau sering menolak ajakan kami bhkan hampir selalu," ucap paman tersebut.

"Memangnya aku pernah kesini? Dan paman ini siapa?" tanyaku.

Tiba-tiba paman itu tertawa keras hingga ia tersedak makanannya, "uhuk, uhuk, belum pernah ada sebelumnya yang memanggilku dengan sebutan 'paman' sebelumnya," setelah beberapa lama, tawa paman itu terhenti.

"Ayah, Kuro kehilangan ingatannya," jelas Ellie.

"Apa?" paman dan bibi itu sangat terkejut. "Ini adalah berita buruk, bagaimana dengan misinya? Apakah dunia ini benar akan hancur?" paman itu sungguh kebingungan. 

"Tenanglah ayah, semuanya akan baik-baik saja. Kuro pasti dapat melaksanakan misi tersebut. Benar kan Kuro?" Ellie seketika menatapku.

"Tentu saja," jawabku

Setelah itu, kami sarapan di Istana. Makanan disini hampir mirip dengan makanan di Indonesia, seperti sate, tempe, dan juga ada soto. Ya, kurasa dunia ini tidak jauh berbeda dengan duniaku yang sebelumnya. Untung saja aku sudah membaca buku tentang tata cara makan yang baik ketika acara resmi. Itu membuatku dapat dengan mudah beradaptasi.

"Baiklah, setelah ini. Ayo kita berangkat," ajakku.

"Siap kapten," jawab Ellie sambil sedikit menahan tawanya, walaupun tawanya itu masih kedengaran.

"Jadi, dimana ujung dunia itu?" tanyaku.

"Kira-kira, disini," jawab Ellie. Seketika balkon istana pun berubah menjadi hamparan padang pasir yang luas dan disana tertulis tanda 'Ende der Welt' yang berarti ujung dunia. Bahasa itu mirip sekali dengan bahasa Jerman. Aku begitu kaget, bagaimana bisa?

Sebelum aku sempat bertanya Ellie berkata, "istana Axoria memiliki sebuah tempat untuk melakukan teleportasi kemanapun. Tempat itu biasanya digunakan ketika seluruh kerajaan benar-benar terancam dan semua penduduknya harus diungsikan. Karena tempat tersebut membutuhkan beberapa item agar dapat berfungsi kembali," Ellie seperti dapat membaca pikiranku. Yah, itu kurasa tidak mungkin.

Ujung dunia sungguh berbeda dari dugaanku. Kukira akan seperti padang gurun yang tandus, tapi ternyata, ini lebih dari tandus, benar-benar tidak mungkin ada yang dapat hidup disini, tidak ada tanaman dan hewan bahkan manusia pun tidak terlihat.

"Ayo, kita masuk kedalam," ucap Ellie.

"Apa maksudmu?" tanyaku. Tiba-tiba saja, tanahnya bergetar. Terbentuk sebuah lubang dibawah kami.

"Apa ini?" tanyaku.

"Ini adalah pintu masuknya," ucap Ellie.

Kami terjatuh dan terjatuh, Ellie tidak berteriak takut, sungguh aneh. Namun, aku tetap santai dan diam. Setelah beberapa menit terjatuh, akhirnya kami sampai di Ujung Dunia yang sebenarnya. Tempat itu bagaikan kota yang besar di duniaku yang dulu. Kota itu penuh dengan kemegahan dan keindahan.

"Hai kawan, sedang apa kau diam disini? Ayo nikmati pestanya bung," ucap salah seorang pemuda di kota itu.

"Tidak, terimakasih. Kami masih ada urusan lain," tolakku.

"Ayolah kawan, cuma sebentar saja, kau pasti tak mau meninggalkan tempat ini. Ayolah kita harus menikmati hal ini," pemuda itu terus memaksaku.

"Ayolah Kuro, tak apa kan kita berpesta sebentar saja?" Ellie juga mengajakku.

"Aku tidak mau, lebih baik kau ikut saja jika kau mau," aku bersikeras menolak.

"Baiklah kalau begitu. Hai orang asing, aku ikut denganmu," Ellie mengikuti pemuda tersebut.

Setelah itu, aku segera bergegas pergi dari keramaian. Aku melihat ada seorang pak tua yang sedang duduk di beranda rumahnya. Aku menghampirinya dan bertanya, "permisi pak, apa bapak tau dimana tempat 'Sang Terhebat'?" tanyaku.

"Sang Terhebat? Aku mengenalnya. Dia dulu pergi menjelajah bersamaku dan juga bersama beberapa orang lain yang saat ini sedang berpesta. Uh, pestanya sungguh meriah, aku jadi ingin kesana." Pak tua itu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju tempat pesta tersebut.

"Tunggu sebentar pak tua, pak? Pak!" aku terus berteriak tetapi pak tua itu hanyut dalam pesta. Aku terus berpikir apa maksudnya dibalik semua ini. Aku terus menggaruk-garuk rambutku yang tidak gatal sambil terus berpikir. Dalam benakku aku berkata 'ah, sial. Bagaimana bisa pak tua itu tergoda dengan pesta murahan seperti itu dan katanya dulu dia menjelajah bersama sang terhebat. Apa maksudnya itu?' ketika aku berpikir demikian, tiba-tiba aku mengetahui suatu hal. Nafsu untuk berpesta dan itulah tempat banyak orang berkumpul. 'yeah, ini cukup mudah. Bahkan orang yang tidak suka membaca buku pasti dapat memecahkan hal ini. Oh, betapa bodohnya aku ini'

Aku segera menuju ke gerombolan pesta. Semakin aku mendekat, aku merasa pestanya semakin seru. Pesta ini benar-benar seru, aku sungguh tidak tahan. Seseorang menawariku minuman beralkohol. Hampir saja aku tergoda, sedetik saja aku telat sadar, aku mungkin akan terjebak dalam pesta tersebut. Pesta ini jika dilihat dari jauh mirip seperti pesta di klub malam, hanya saja saat ini masing siang namun sangat gelap karena ini berada di dalam tanah.

Aku terus berjalan, ada orang yang menawariku makanan, ada yang mengajakku berdansa, aku menolak semuanya. Aku terus berjalan, terus berjalan. Rasanya seperti berjalan sangat jauh. Namun, inilah tantangan terberatnya, didepanku tepat. Terpampang tiga hal yang digemari oleh seluruh pria, yaitu harta, tahta, dan wanita. Itu tepat berada didepanku, sungguh benar-benar nyata didepanku. Sungguh, jika keadaannya berbeda aku pasti akan memilihnya. Semakin aku melangkah menghindari, magnet untuk datang semakin kuat. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Kesadaranku mulai hilang dan akhirnya aku hanyut dalam pesta tersebut.

CloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang