Part 10 : Elf dan Dwarf

14 2 0
                                    

"Nah, ayo kita berangat," ucap Ocaphius.

Kami segera bersiap. Dengan aba-aba dari Ocaphius, kami akan melakukan teleportasi kedunia Malaikat. Tentu saja pasti akan ada perlawanan, oleh karena itu, kami bersiap untuk segala kemungkinan yang ada.

"3....2....1.... ayo kita berangkat," begitulah yang dikatakan Ocaphius. Namun, selama lebih dari setengah jam, tidak ada yang terjadi.

"Ada apa Oca?" tanya Ray.

"Entahlah, aku tidak tau. Padahal aku sudah menggunakan kode yang benar. Hanya ada dua kemungkinan untuk hal ini. Pertama, mereka mengganti kodenya. Kedua, mereka menghancurkan tempat teleportasinya untuk mencegah musuh melakukan penyerangan mendadak," jelas Ocaphius.

"Bagaimana jika ke dunia para Iblis dulu?" tanya Ray.

"Tidak, tetap tidak bisa. Kedua ras itu sudah saling mengisolasi," jawab Ocaphius.

Perjalanan yang harusnya mudah ini, sekarang mulai menjadi rumit. Bagaimana kita bisa pergi ke dunia lain tanpa berteleportasi.

"Nah, sekarang kita harus bagaimana?" tanyaku. "Lux, apa kau punya ide? Dwarf? Elf? Aku juga belum tau nama kalian," lanjutku.

"Maaf, aku belum punya ide. Aku akan memikirkannya lagi," jawab Lux.

"Ohh, tentu saja. Perkenalkan Kuro, namaku Aigometh," jawab Dwarf tersebut.

"Sedangkan namaku Eve," lanjut Elf tersebut.

"Ohh, salam kenal," tanggapku singkat.

Selama lebih dari satu jam kami terus berpikir. Sudah dua hari aku, Ray, dan Lux tinggal didunia monster.

"Oh iya, ngomong-ngomong. Kenapa ras Vampir tidak tergolong monster?" tanyaku memecahkan suasana hening

"Kalo itu, ada alasannya tersendiri. Para monster dan para vampir memiliki perbedaan yang besar dan juga masing-masing sering saling merugikan. Pertama, kami para vampir dapat berubah menjadi sesuatu sesuka hati dan tidak terikat pada sifat dari makhluk itu sendiri, sedangkan para monster dapat berubah, namun masih menyisakan sifat asli mereka, seperti telinga kucing ataupun ekor kuda. Kedua, kami para vampir dapat menghipnotis dan memperalat makhluk lain seperti para monster dan para monster juga sering memburu vampir. Padahal tidak semua vampir itu jahat," Lux menjelaskan secara mendetail.

"Ohh, jadi begitu. Baiklah, sekarang aku dapat ide," moodku mulai naik.

"Huwaaaaa, itu bagus sekali Kuro," Ray kegirangan.

"Jadi, bagaimana jika kita melakukan perjalanan seperti yang dilakukan para monster dulu? Bukannya saat mereka belum ada temat teleportasi?" ucapku sambil memandang para naga.

"Hahahaha, benar juga. Bagaimana bisa aku tidak kepikiran hal seperti itu?" Ocaphius tertawa.

"Nah, mari kia berangkat," ucapku bersemangat.

"Kita harus bagaimana?" tanya Lux.

"Jika kau ingin melakukan perjalanan seperti itu. Maka, pertama Eve, kau ajari dan Kuro dan Lux gunakan sihir kalian agar menjaga keberadaan oksigen untuk pernapasan kalian nanti. Soalnya perjalanan ini melewati beberapa galaksi," jelas Ocaphius.

"Baiklah Kuro, aku sudah tau jika ini bukan kamu dulu. Jadi, aku akan mengajarimu," ucap Eve.

Begitulah, akhirnya perjalanan manual kami akan segera dimulai. Aku berlatih bersama Eve untuk mengetahui dasar-dasar ilmu sihir serta cara menggunakan sihir untuk melakukan berbagai kegiatan penting. Dengan mudah aku dapat melakukannya, karena duniaku yang sebelumnya merupakan imagine dari sihir itu sediri. Seiring waktu, aku menjadi lebih hebat daripada Eve. Setelah sekitar seminggu, akhirnya Ocaphius selesai mempersiapkan segala kebutuhan untuk perjalanan ini.

CloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang