Ocaphius masih terdiam dan menatap sekitar. Dia seperti waspada terhadap sesuatu. Kemudian dia segera menatap wajahku dengan tatapan yang tajam.
"Kuro, cepat pergilah ke istana itu, sekarang juga. Kau temukan anggota kita serta segera temui Dewi. Kami akan menahan serangan disini. Para malaikat tidak mungkin berni membuat kekacauan dikotanya sendiri," jelas Ocaphius.
Sekarang aku tau alasan kenapa dia mendaratkan kami tepat ditengah kota, tujuannya adalah agar penyerangan para malaikat tidak maksimal karena banyak malaikat lain disini. Aku segera bergegas pergi dari tempat itu dan menuju ke istana.
"Huh... huh... aku harus segera menuju ke istana sekarang juga sebelum ada yang menghalangiku," gumamku.
Ocaphius, Ray, Eve, Lux, dan Aigometh melawan Four Arms dan Elite Angel.
Ocaphius dan yang lainnya segera dikepung oleh Four Arms dan juga prajurit elite para malaikat.
"Disinilah nyawa kalian akan berakhir," ucap Tie, pemimpin dari Four Arms.
"Tidak akan semudah itu kau mengalahkan kami semua," bantah Ray.
"Tidak seperti sebelumnya, kali ini kami lebih kuat dari dugaanmu," Tie tersenyum sinis.
Tanpa panjang lebar lagi, Ray dan yang lainnya segera bertarung melawan para malaikat. Meskipun kalah jumlah , namun Ray dan yang lainnya masih ada kesempatan untuk menang.
"Mea Lux, Meum Lucidum Facientes Voluntatem Dimicare. 'Ergo Mutata In MUNDO'," Tie mengucapkan sebuah rapalan.
Seketika dunia disekitarnya yang berjarak lima kilometer berubah menjadi dunianya. Itu adalah Realitas Terbalik atau sering disebut dunia cermin. Meskipun sedikit berbeda, namun dunia ini memiliki beberapa aspek yang menguntungkan para malaikat dan sangat merugikan ras vampir, serta mengurangi kekuatan dari ras monster. Dunia ini memiliki keterikatan dengan cahaya dan energi disekitarnya pun berubah menjadi energi cahaya. Sama sekali tidak ada energi kegelapan atau apapun itu.
"Sial, aku tidak dapat mempertahankan wujud manusiaku. Aku akan segera berubah menjadi kelelawar. Ray, tolong jaga aku," ucap Lux.
"Baiklah, tapi tanpamu mungkin ini sedikit sulit. Empat melawan dua puluh, bukankah ini sedikit menegangkan," sambil tersenyum Ray berkeringat dingin.
"Kurasa akan menjadi tiga melawan dua puluh. Aku tidak bisa mengeluarkan kekuatan penuhku disini," ucap Ocaphius.
Ini benar-benar situasi yang gawat. Di dunia yang menguntungkan mereka dan juga melawan dua puluh malaikat sekaligus.
Ditempat Kuro
Aku terus berlari menuju istana. Sesekali aku melihat kebelakang. Ketika melihat ada perpindahan realitas, aku segera lari sekencang mungkin menghindarinya. Meskipun hampir saja terkena, tetapi energiku terkuras cukup banyak. Tanpa kusadari, ternyata istana itu sudah berada didepan mataku. Aku segera bersembunyi dibalik rumah warga dan melihat berapa penjaga yang ada dan mencari ide untuk melewatinya.
"Disana ada enam penjaga, mereka semua membawa senjata yang kurasa itu senjata tingkat Rare. Sedangkan aku hanya memiliki satu senjata tingkat Tuhan. Tunggu dulu, bukannya aku yang diunggulkan disini? Tapi kurasa ide yang buruk bila harus menarik perhatian," gumamku sambil terus berpikir.
Secara tidak sengaja, aku melihat ada tangga dan yang melewati gerbang istana itu dari sisi lain yang tidak ada penjagaannya. Tanpa pikir panjang aku segera menaikinya dan masuk kedalam istana.
"Ternyata aku beruntung, walaupun ini kebetulan yang teramat sangat atau mungkin ini jebakan. Namun, ini membuatku dapat masuk ke istana. Baiklah, sekarang aku harus melewati taman ini dan menuju ke ruangan istana," gumamku.
Aku segera mengendap-endap menuju ke ruangan di istana itu. Setelah sampai didalamnya, aku sedikit merasa lega. Namun, kelegaanku segera hilang setelah melihat ada tujuh malaikat yang mengarah padaku. Tapi kurasa mereka tidak melihatku, secara spontan aku langsung bersembunyi. Aku sekilas juga mendengarkan percakapan mereka.
"Hei-hei, katanya ada penyusup yang masuk ke tengah kota. Mereka kurasa musuh yang dapat menghibur kita kali ini ya? Aku sungguh bosan berlatih terus. Aku ingin segera menghajar sesuatu," ucap salah satu dari ketujuh malaikat itu.
"Hmm, huh, yap," yang satunya lagi menanggapi dengan sedikit aneh.
"Kita adalah Seven Deadly Sins, tentu saja kita harus berlatih utuk mengatasi kejadian seperti ini," salah satunya lagi menanggapi dengan serius. Namun, yang lainnya hanya diam saja.
Mereka adalah Seven Deadly Sins. Dari pembicaraan mereka aku yakin sekali.
"Apa kau merasakan ada sesuatu yang aneh," ucap salah satu dari mereka.
"Hai, kau kenapa sembunyi disitu," tiba-tiba didepanku nongol salah satu dari mereka.
Aku segera menjaga jarak dari mereka dan segera bersiap. Dibelakangku tepat adalah jalan menuju ke ruangan selanjutnya. Namun, ini adalah situasi yang sulit untukku lari. Hanya ada dua pilihan bagiku, yang pertama, aku lari dan segera menuju keistana namun pasti akan ada penjaga yang menghalangi ditambah dengan mereka ini. Sedangkan pilihan kedua, aku menghadapi mereka atau paling tidak membuat mereka sedikit lengah sehingga aku dapat menggunakan jurus yang diajarkan Eve, yaitu pemindahan tubuh. Namun, itu memiliki interval penggunaan cukup lama, yakni tiga puluh detik. Aku yakin jika itu kulakukan sekarang, mereka pasti akan membunuhku.
"Kenapa kau diam saja. Bukankah kau sangat tidak sopan karena menyusup dan tidak menyapa kami. Padahal kami sudah menyapamu. Atau mungkin kau ingin disapa lebih?" salah satu dari mereka mengeluarkan senjatanya.
Aku berpikir keras dan berkeringat dingin. Kurasa pilihan kedua adalah yang paling rasional.
"Atau, kami harus memperkenalkan diri kami padamu terlebih dahulu?" salah satu dari mereka mengusulkan hal itu.
"Baiklah, karena kau diam saja, kuanggap itu jawaban 'iya' darimu," ujar salah satu dari mereka.
"Perkenalkan namaku adalah Deep, aku salah satu anggota Seven Deadly Sins 'Sang Nafsu'," ujar Deep, dia berparas seperti anak kecil, baik sikapnya maupun ukuran tubuhnya.
"Perkenalkan juga namaku adalah Nemor, aku 'Sang Dengki'," ucap Nemor, dia adalah seorang pria dewasa dengan wajah yang terlihat .
"Sedangkan namaku adalah Monsta, aku 'Sang Kemalasan'," ucap Monsta, dia adalah seorang wanita dengan sikap dingin.
"Aku Core, aku adalah 'Sang Kesombongan'," Core sikapnya benar-benar dingin dan juga cuek. Meskipun dia terlihat lebih tua dari yang lainnya.
"Dan aku adalah 'Sang Keserakahan' namaku adalah Bodus," Bodus berwujud seorang malaikat namun memiliki tanduk dikepalanya, dia adalah laki-laki.
"Sedangkan aku 'Sang Rakus' namaku Dreith," Dreith berbadan besar lebih mirip raksasa dan memiliki sayap yang kecil, dia seorang laki-laki.
"Sang Amarah, aku adalah pemimpin mereka. Namaku Cardosh," Cardosh memang terlihat sangat garang, seandainya saja dia berada di pihakku aku pasti menganggapnya keren dan cantik, dia adalah seorang wanita.
"Sekarang, perkenalkan dirimu," ucap Cardosh.
"Namaku adalah Kuro, aku adalah pemimpin dari ...." Aku berhenti berbicara.
'Sial, kenapa kami belum memiliki nama, apalag disaat-saat keren seperti ini,' gumamku.
"Aku adalah pemimpin dari Clover," sambungku.
"Kau adalah Kuro? Aku seperti pernah mendengar nama itu," Cardosh terlihat seperti sedang mengingat-ingat lagi. "Itu sudah tidak penting, sekarang karena kamu adalah penyusup. Kami akan menghabisimu disini," ketujuh malaikat lainnya segera bersiap dalam mode tempur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clover
FantasyBercerita tentang seorang remaja yang dari kecil suka membaca buku. Dia bertemu dengan seorang pria yang memberikan sebuah 'tiket' untuk masuk ke perpustakaan. Namun, tak disangka, ternyata ia malah masuk ke dunia lain. Disana ia harus membuat perda...