Ruangan itu benar-benar hancur, beberapa serpihannya mengenaiku. Namun, senjata yang terpajang dalam ruangan tersebut, nyaris saja membunuh Ray.
"Woi, kalo nongol yang bener. Jangan asal hancurin ruangan. Aku hampir terbunuh," ucap Ray sambil memasang muka marah.
Kelelawar tersebut langsung berdiri dari reruntuhan. Dia terlihat kurus, dengan postur yang tidak terlalu berotot. Dia adalah vampir yang menjadi anggota keduaku. Dalam ingatan Zen, dia bernama Lux. Meskipun aku mengingat namanya, namun aku tidak mengingat kekuatannya. Wajahnya terlihat seperti vampire pada umumnya, namun rambutnya berwarna putih. Dia tepat berada di depan Four Arms.
"Ayo, vampire kurus, kalahkan mereka," teriak Ray.
Vampir itu dalam hitungan detik segera tertangkap oleh Four Arms.
"Woi, payah. Apa yang kau lakukan," ucap Ray kepada Lux.
"Tenanglah, kita pasti terbebas," dengan tenang Lux berkata pada Ray.
Wajah Ray terlihat kecewa berat, dia sekarang ketakutan. Sedangkan Four Arms malah tertawa. Aku lebih baik diam saja dan terus mencari akal. Apakah ini adalah akhirnya? Kurasa bukan, karena ini terlalu cepat. Sekian menit berlalu, kami masih terus dibawa berjalan entah kemana. Aku sedikit merasa aneh dengan ruangan ini.
"Hei, Lux. Apa kau tau ini tempat apa?" tanyaku padanya.
"Ini adalah labirin bawah tanah di kerajaan Vomir," jelas Lux.
Lux menjelaskan lebih lanjut tentang banyaknya jebakan disini dan juga disini adalah tempat yang sangat tepat jika ingin melakukan hukuman atau interogasi. Karena, tempat penyiksaannya sungguh keji. Begitulah apa yang dijelaskannya. Ray yang mendengar itu, kini terlihat seperti kucing yang takut dengan air. Dia benar-benar takut.
"Kuro payah. Aku belum mau mati, aku bahkan belum punya istri," ucapnya sambil marah.
"Heiii, kau kira kita akan mati semudah ini," aku berteriak padanya.
"Diamm, kalian berisik sekali," salah satu dari Four Arms membentak kami.
"Tenanglah teman-teman, aku akan menyelamatkan kalian," Lux menenangkan kami.
"Apa kepalamu tadi terbentur? Kau sekarang ini terikat," ucap Ray.
"Sebentar lagi malam, jadi kalian lihatlah sendiri," dengan tenang Lux menanggapi ucapan Ray.
"Bukannya tadi itu malam hari?" Ray bingung.
"Ini adalah dunia para vampir, jadi suasana siang dan malam hampir tidak jauh berbeda. Yang membedakan hanya saat siang hari terdapat bintang berwarna biru, sedangkan pada malam hari terdapat bulan berwarna biru," jelas Lux.
"Ohh, jadi sebentar lagi malam, memangnya kenapa?" Tanya Ray.
Dari tadi aku hanya diam dan memperhatikan sekitar tanpa menghiraukan apa yang mereka katakan. Aku memandang sekitar labirin ini, terdapat banyak sekaliobor yang menyinari ruangan gelap ini. Namun, ada sebuah lukisan. Itu lebih mirip dengan lukisan kuno daripada lukisan modern karena mirip sekali seperti yang ada di Piramida Mesir. Dalam lukisan tersebut tergambar Ratu dan Raja Vampir yang memilik seorang anak. Anak itu diberi keberkahan oleh Tuhan, atau lebih tepatnya dalam kasus ini, dia adalah salah satu dari "ONLY ONE" yang memberikan keberkahan berupa kekuatan unik. Ada sebuah tulisan kuno dibawah lukisan tersebut yang tidak bisa aku baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clover
FantasyBercerita tentang seorang remaja yang dari kecil suka membaca buku. Dia bertemu dengan seorang pria yang memberikan sebuah 'tiket' untuk masuk ke perpustakaan. Namun, tak disangka, ternyata ia malah masuk ke dunia lain. Disana ia harus membuat perda...