Part 8 : Lenyap

22 6 0
                                    

Mereka akhirnya pergi, entah kemana mereka pergi kami tidak tahu karena mereka menggunakan perpindahan dunia. Kami terjebak di labirin ini. Ray perlu dua hari agar kekuatan untuk pberpindah dunianya pulih. Yah, karena memang kekuatan murninya bukan itu. Jadi akhirnya kami terjebak dalam labirin yang bahkan Lux tidak tau jalannya.

"Nah, sekarang kita mau kemana? Kekanan atau kekiri?" tanyaku.

"Lebih baik kanan, di kanan terdapat lebih banyak lukisan, sedangkan kiri hanya tembok biasa," ucap Lux.

"Tidak. Lebih baik kita ke kiri, karena jalan keluarnya pasti yang tidak ada lukisannya," tolak Ray.

Kurasa kekiri lebih baik. Namun, itu terlihat berbahaya. Jika aku disuruh memilih, lebih baik masuk kedalam daripada keluar.

"Nah, kapten. Kita akan kemana?" serentak mereka berdua bertanya padaku.

"Kalo begitu, mari kita berbalik dan masuk kedalam saja," ucapku

"Apa katamu? Bukankah kita seharusnya keluar?" Ray menolak keputusanku.

"Tidak-tidak, lebih baik kita kedalam dan mencari tau apa yang ada disana. kau bilang ini adalah peninggalan dari ras monster, jadi kita akan mendapatkan beberapa informasi dari labirin ini," aku menjelaskan pada mereka. Entah, mereka akan mengikutiku atau tidak itu adalah keputusan mereka.

Sementara mereka berpikir, aku terus maju melangkah kedepan. Setelah aku berjalan cukup jauh dari mereka, aku jadi kepikiran. Zen tidak dapat dihubungi lagi. Aku hanya memiliki sedikit ingatan tentang dunia ini dan tentang dirinya. Kurasa skill 'True Seal' milik Ellie telah menyegel Zen yang berada di alam bawah sadarku.

"Woii, tunggu Kuro," aku mendengar suara Ray dari kejauhan.

Akhirnya mereka memilih untuk mengkutiku. Sejak tadi mereka terus bertengkar, kurasa itu tanda bahwa mereka telah akrab. Apapun yang terjadi di dunia ini, meskipun Zen telah disegel. Aku pasti, pasti akan memenuhi harapannya.

Kami terus berjalan dan telah menemukan banyak jebakan. Dari jebakan anak panah, bola api, gravitasi nol, hingga peliharaan monster. Kini, kami telah mencapai pusat dari labirin. Perlahan kami masuk kedalamnya, melihat sekitar untuk memastikan tidak ada jebakannya. Tidak ada jebakan sama sekali di ruangan ini. Ruangan ini benar-benar aman. Aku merasa aneh dengan ketenangan ini. Namun, kurasa tidak ada masalah.

"Baiklah, mari kita masuk," ajakku pada Lux dan Ray yang dai tadi diam membeku dan penuh keringat dingin. Aku tahu jika mereka ketakutan. Tapi, apa yang mereka takutkan.

"Jika kalian diam saja, ini akan sulit. Ayolah kita masuk," ucapku sambil menghadap ke mereka.

Bola mata mereka, mengarah pada sesuatu yang ada dibelakangku. Aku menyadari sesuatu. "Jangan bilang jika ada sesuatu yang mengerikan dibelakangku,"

"Hehehe," mereka berdua malah tertawa dalam mode ketakutan.

Aku segera menoleh kebelakang. Benar-benar, "Apa, apaan ini?" aku melihat ada seorang gadis dengan sayap, kurasa dia peri atau mungkin elf karena telinganya. Namun, yang lebih penting lagi, dia telanjang.

"Selamat, kalian telah melewati labirin kematian dan berhasil menemukan ruangan teleportasi," ucap gadis itu.

"Hey, Lux, Kuro. Kita berhasil nih," ucap Ray.

"Berhasil sih berhasil, tapi apa-apaan gadis ini," aku mengerti maksud Ray, tapi gadis ini telanjang, bukankah ini masalah dan aku sudah tahu apa yang mereka takutkan tadi.

CloverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang