22

327 21 0
                                    

Rasanya udara jadi lebih sulit untuk dihirup dan dikeluarkan. Apalagi sih ini? satu hal belom beres kok dateng satu lagi. Tapi gue gak tahan. Saat sadar jam istirahat bakal dalam 10 menit lagi, gue memutuskan untuk minta izin ke toilet. Sebenernya enggak. Gue hanya ingin lebih awal ada di perpus. Gue ingin menyelesaikan apapun yang bikin Kalina jadi kayak gini ke gue.

Saat gue keluar dari kelas dan berniat kea rah kanan gue, tangan gue udah dicekal.

"Kok keluar duluan?"

Gue sedikit kaget, tapi gue bisa nutupin. "Mau ke perpus."

"Lha, ngapain? Sok rajin banget."

Goblok. Ngapain juga gue bilang mau ke perpus. Tapi untungnya gue punya jawaban pamungkas supaya Adam gak banyak tanya lagi."Tidur." Kata gue singkat.

Adam terkekeh. "Makan dulu deh yuk, baru tidur." Kata Adam sambil menarik gue menuju arah berlawanan.

Gue gak ikut melangkah sebagai bentuk perlawanan. "Gue mau ke perpus aja deh. Gue kurang tidur."

"Makan dulu. Kan udah jam makan siang."

"Ayo deh makan dulu!" ini Mario.

Atas nama supaya gue bisa cepet-cepet ke perpustakaan tanpa interupsi, akhirnya gue mengalah. Di kantin, gue memesan makanan yang cepet disajikan. Akhirnya gue milih ketoprak. Dengan lahap gue makan porsi siang gue.

"Laper apa doyan, bu?" tanya Adri.

Gue cuma nyengir tanpa niat berhenti ngunyah demi menjawab candaan Adri. Saat gue minum jus jeruk gue, di keramaian sudut kanan, gue lihat Kalina berdiri disana. Tersenyum mengejek kearah gue.

Gue tinggalin begitu aja ketoprak dan jus jeruk gue yang masih setengah. "Duluan ya, semuanya." Kata gue pamitan dan gak berniat sama sekali mendengar salah satu diantara mereka menggerutu karena gue pergi disaat jam istirahat baru dimulai sepuluh menit yang lalu.

Gue memilih meja paling sudut lalu dengerin lagu dari ponsel gue melalui earphone. Rasanya gue bisa menghabiskan 20 menit seenjoy itu dengan playlist gue. Gak begitu yakin, tapi gue coba.

Tapi kalo dipikir-pikir lagi, kenapa hari ini gue ketemu Kalina? Padahal dari kemaren-kemaren gue udah ngarep pengen ketemu dia. Seenggaknya buat lihat wajahnya doang. Nah hari ini giliran gue inginkan kedamaian, tuh cewek malah muncul dan ngajak gue ketemuan buat ngobrol. Ngobrol dia bilang.

Duh, gue jijik deh sama diri gue sendiri kalo gue udah sinis-sinis begini. Kalo Adam tahu, dia pasti bakal ngolok gue.

Gue mengalihkan pandangan gue ke belakang sat gue merasa bahu gue ditepuk. Gue mencabut kabel earphone gue supaya lagunya mati sendiri.

"Hi, Sissy!"

Gue tersenyum tulus. "Hi juga."

"Apa kabar. Seems like today is your bad day, uh? Muka lo kusut amat dari tadi."

"Gue baik. Lo gimana?"

Kalina terkekeh. "Let's just pass this." Kemudian dia menarik bangku dan duduk disana. "I bet you still don't know yet about what happened."

"Tentang apa."

"Elo, of course."

Gue jadi gemes sendiri denger Kalina ngomong bertele-tele gini.

"Kenapa sama gue?" kata gue mencoba sabar.

"Lo udah tahu gimana bisa motor item itu punya Adam?"

"Taruhan."

"Dan lo tahu taruhan apa?"

"Adam bilang kalo itu permainan konyol. Kalo ada yang lo mau tahu lagi lebih baik lo tanya orangnya sendiri."

BAKED HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang