Chaeyoung menyibakkan selimutnya lalu melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Pukul delapan pagi, dan ia masih belum juga bisa untuk tidur bahkan sejenak. Alhasil, ia terjaga semalaman hingga pagi. Chaeyoung pun memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya lalu meraih ponselnya yang berada di atas meja rias dan memeriksa notifikasinya, akan tetapi, tidak ada satupun pesan atau panggilan dari orang yang ia tunggu-tunggu kedatangannya sejak semalam, Jeon Jungkook.
"Apa-apaan ini? Dia tidak pulang dan tidak menghubungiku sama sekali?" gumam Chaeyoung kesal lalu kembali menyimpan ponselnya. Chaeyoung sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa Jungkook pergi begitu saja setelah menciumnya tadi malam dan bahkan tidak mengubunginya sama sekali.
"Nona, sudah bangun?" tanya bibi asisten rumah tangga saat Chaeyoung keluar dari kamarnya.
"Ah, iya Bi, sebenarnya aku tidak bisa tidur semalam. Apa Jungkook belum juga pulang?"
"Belum, Nona," jawab Bibi asisten dengan raut wajah kurang enak. "Apa ada yang bisa saya bantu Nona?"
Chaeyoung menghela napas sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya. "Tidak usah, Bi."
"Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu belanja ke pasar."
Setelah memberi izin asisten rumah tangganya pergi, Chaeyoung akhirnya memilih untuk kembali ke kamar dan bersiap untuk membuka butiknya. Ia memilih menjalani hari saja seperti biasa, mencoba untuk tidak memikirkan dimana suaminya sekarang.
Tak butuh waktu lama, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Chaeyoung bersiap berangkat menuju butiknya. Saat sampai tepat di depan pintu, bel rumahnya justru berbunyi. Hal itu sontak membuat Chaeyoung langsung membuka pintu.
"Kau darimana-"
Ucapan Chaeyoung terhenti setelah menyadari bahwa bila memang Jungkook yang datang, pria itu tidak akan memencet bel, melainkan langsung masuk ke rumah. Betapa Chaeyoung merasa dirinya menjadi bodoh karena menunggu kepulangan Jungkook.
"Ha-hai, Chaeyoung."
Mendengar suara wanita gugup di hadapannya memanggilnya, Chaeyoung mencoba mengontrol emosinya sebisa mungkin lalu membalas sapaan tamunya itu.
"Ada apa, Lisa?"
Tatapan tidak bersahabat dari Chaeyoung membuat Lisa semakin gugup. Lisa mulai menautkan jemarinya dan memainkannya, terlihat berpikir apa yang harus ia katakan pada Chaeyoung.
"Bisa kita bicara?" tanya Lisa dengan wajah berharap.
Chaeyoung mengerutkan dahi. Dalam benaknya ia masih tidak habis pikir, bagaimana bisa Lisa ingin bicara dengannya seolah hubungan mereka ini baik-baik saja? Bukankah Lisa baru saja 'membuang' Chaeyoung? Lisa sendiri yang dengan jelas mengatakan bahwa ia tidak menganggap Chaeyoung sebagai sahabatnya.
"Tidak," jawab Chaeyoung pada akhirnya dan langsung menutup kembali pintu rumahnya.
"Chaeyoung!" terdengar suara panggilan Lisa dari luar setelah Chaeyoung menutup pintunya. Akan tetapi Chaeyoung tidak menjawab dan memilih untuk duduk di kursi ruang tamu, berniat untuk keluar setelah Lisa pergi.
TOK TOK TOK
"Chaeyoung, buka pintunya! Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Lisa masih belum juga menyerah dan terus mengetuk pintu rumah Chaeyoung. Sementara Chaeyoung hanya menghela napas dan memilih diam. Bahkan kini ia mengalihkan pandangannya dari pintu, seolah benar-benar sudah tidak peduli dengan Lisa yang berusaha meyakinkannya.
"Chaeyoung, kumohon buka!"
Chaeyoung masih bergeming.
"Aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reconnect ✓
RomanceKeduanya telah sepakat untuk putus. Tapi ternyata takdir kembali menyatukan mereka. Lebih cepat dari yang mereka bayangkan dan dengan cara yang tak mereka duga. ©deardiany 2018-2019 [29 Agustus 2018 - 10 November 2019] #1, #2, #3, #5, #6, #7, #8, #9...