Rein membuka matanya setelah tidur nyenyak semalaman. Perasaannya begitu senang dan dia yakin hari ini akan jadi hari yang menyenangkan. Rein mengucek matanya untuk menghilangkan kotoran yang tertinggal sekaligus membuat nyawanya lebih terkumpul.
"Good morning!" Rein berseru penuh semangat dan melompat turun ke lantai, menyibakkan selimutnya jauh-jauh.
Gorden otomatis terbuka berkat perintah suara yang diberikan Rein. Menunggu beberapa detik, Rein akhirnya bisa melihat pemandangan asri di belakang rumahnya. Pohon dan tanaman hijau terpampang mengeliling 1 sisi kolam renang. Di kedua sisi kolam renang lainnya, terdapat beberapa chaise tempat Rein bersantai di sana.
Senyum Rein kembali terkembang melihat ketenangan yang didapatnya dari tempat tinggalnya ini. Dia meregangkan tubuh beberapa kali, lalu berjalan keluar dari kamar. Tangannya mendadak menggaruk perut sixpacknya. Rein memiliki kebiasaan hanya tidur menggunakan sweatpants saja. Kebiasaan yang ditinggalkannya kalau dia sedang menginap di tempat dimana ibunya berada dalam radius 10 meter atau kurang.
Kakinya refleks melangkah menuju dapur. Begitu pula tangannya yang langsung meracik kopi. Rein tidak bisa hidup 100% tanpa kopi. Sekarang pun rasanya masih 80% tenaganya terkumpul.
Saat menunggu kopinya jadi, Rein bersiul-siul asal. Entah apa lagu yang dia bawakan, bagi Rein yang penting adalah dia menyanyi saja. Telepon di rumahnya berdering. Rein tidak langsung mengangkat karena dia ingin memastikan kopinya sudah aman. Ketika kopinya berada dalam mug, Rein mengangkat telepon itu.
"Selamat pagi, Ganteng," sapa suara ceria dan sedikit menggoda itu.
"Hai, My Queen," wajah Rein langsung bersemu merah seperti pantat sapi. Sudah kenal hampir 15 tahun dan berpacaran selama 3 tahun, tapi respon Rein kepada wanita ini masih saja seperti orang bodoh.
"Aku telepon kamu ke HP tapi gak diangkat. Jadi aku telepon ke rumah dan aku tebak kamu pasti sedang sarapan?"
Rein melirik mug di tangannya. Ini sarapan kan? "Yah, begitulah. Kamu lagi apa?"
"Baru selesai bikin sarapan dan sebelum masuk ke rombongan yang menikmati kemacetan Jakarta, aku telepon kamu dulu."
"Iya aku tahu kamu bakal enjoy banget sama kemacetan Jakarta."
Di ujung sana, Ratu tertawa. "Apa pun yang ada di hadapan kita harus diambil sisi positifnya, Sayang."
Rein hanya tersenyum.
"Anyway, kamu sarapan yang bener dong. Kopi doang itu bukan sarapan ya!" Ratu terdengar sedikit galak. Tapi Rein tahu bahwa Ratu tidak benar-benar galak.
"Shoot, you know me so well," Rein meneguk kopinya.
"Dan aku juga tahu bahwa sarapan kamu pasti selalu terjaga karena..."
Ting tong!
"She's coming," Rein menggumam.
"It's the time," kata Ratu. "Ya sudah. Selamat beraktivitas. Nanti malam jadi ke Charity Ball kan?"
Rein ragu-ragu sejenak. "Iya, tapi kamu yakin gak apa-apa? Karena..."
Ting tong ting tong!
Rein menggerutu tanpa suara.
"I'll be fine. Pick me up at 7 in office ya? See you, Sayang. I love you."
"I love you too."
Telepon pagi itu usai. Rein meletakkan mugnya di meja dan menghampiri pintu untuk mencegah bunyi bel memecah keheningan lebih lama lagi.
"Santai dong," kata Rein sebagai sapaan selamat paginya.
"Selamat pagi juga, kembaranku," ujar Freya tanpa rasa bersalah namun dengan sedikit nada nyinyir. Tanpa perlu dipersilakan, Freya melangkah masuk ke dalam rumah Rein.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)
RomanceFreya Kindangen dan Reinaldo Maindoka adalah sepasang anak kembar yang tidak senang disama-samakan tapi menyayangi satu sama lain tanpa mau mengakui. Freya mewarisi sifat sang ayah yang sangat kalem dan Rein mewarisi keceriaan ibunya. Freya tidak p...