Gavin sedang libur. Tadinya dia berniat mengajak anak kecil bernama Marissa untuk bermain, menculik sejenak anak itu dari orang tuanya yang terlalu sibuk bekerja. Tapi ternyata Marissa punya agenda lain dengan kakek-neneknya. Masih kecil saja dia sudah sibuk.
Kemudian entah alasan apa Gavin sekarang sudah berdiri di lobi salah satu gedung di SCBD, mengucapkan nama seseorang yang dia temui beberapa waktu lalu di sini. Tanpa perlu menanyakan apa keperluannya (yang Gavin sendiri tidak tahu apa jawabannya kalau pertanyaan itu diajukan), dia sudah diberikan akses untuk menuju lantai tempat orang yang dicarinya berada.
"Gavin? Hai?" Freya menyapa dengan wajah heran karena keberadaan Gavin.
"Hai, Frey," sapa Gavin yang mendadak semakin kebingungan.
"Anything I can help?" tanya Freya dengan ragu.
"Hmm, any agenda for tonight?" Baik Gavin maupun Freya sama-sama kaget dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Gavin.
Freya tertawa lebih dulu. "Ada angin apa deh? Out of nowhere tiba-tiba nanya agenda?"
Gavin ikut tertawa, suasana mulai mencair. "Aku lagi libur, gak tau mau ngapain. Dan aku inget kamu. Sekalian mau tahu gimana kabar kamu setelah... makan malam itu."
Mengingat kejadian tragis malam itu, Freya meringis. "Franklin balik ke Singapur hari Minggu. Berharap balik ke sana dengan status tunangan, nyatanya status kami malah gantung gini."
"Gantung? Kan tetep pacaran?"
"Memang. But it definitely feels weird, Gav. Harus memilih antara keluarga sendiri atau pacar. Meskipun aku mencoba gak mikirin itu, tapi bahkan Franklin sendiri ngerasa bersalah. He said that he loves me and want to fight for me. Mau meyakinkan Rein, tapi entah gimana caranya. Rein seakan ngeblok semua usaha Franklin. Semua yang Franklin lakukan gak akan pernah diterima Rein. So it feels like we were a hundred steps behind." Freya menatap cincin di tangannya. "Even this ring seems useless."
Gavin terdiam karena entah harus menanggapi apa. Gavin tahu bahwa hubungan Freya dan Franklin seakan menghadapi tembok besar. Sebenarnya Gavin juga tahu bahwa hubungan Rein dan pacarnya pun sama seperti hubungan Freya dan Franklin. Kenapa kedua orang saudara kembar ini harus mencintai orang yang dibenci saudaranya?
"Kalau gitu, ya udah, kita cari hiburan. Aku belum pernah coba drive in cinema," celetuk Gavin.
Freya memandangnya tak percaya. "Se-hype itu dan kamu belom pernah cobain?"
Gavin mengangkat bahu. "Aku sibuk bikin film buat ditayangin di situ, bukan buat jadi penontonnya."
Mendengar kalimat itu, Freya mengangkat alisnya dan tertawa. Didorongnya pundak Gavin dan dia kembali tertawa. "Sombong kamu ya."
"Bukan hal aneh denger orang ngomong gitu," Gavin nyengir. "Gimana? Pake mobil aku? Tenang, film aku lagi gak ada yang ditayangkan kok."
"Oke," Freya tersenyum lagi. "Oke, Gav."
***
Mereka menonton film horor yang rupanya sedang ditayangkan di drive in cinema. Gavin tidak terlalu suka film horor, tampak tidak realistis baginya. Tapi Freya tampak menikmati. Tatapannya tidak lepas dari layar sambil mengunyah popcorn yang sempat mereka beli, Sementara Gavin sesekali melirik ke penonton lain.
Ketika film selesai, Gavin menyetir mobilnya ke luar, bermaksud mengobrol dengan Freya sambil mengelilingi kota Jakarta. Sengaja memilih jalan memutar untuk berlama-lama. Freya sepertinya sadar bahwa jalan yang mereka tempuh bukan jalan terdekat yang seharusnya ditempuh menuju rumah Freya. Tapi dia tidak memprotes sedikit pun.
"Kamu belum punya pacar lagi Gav?"
Gavin menoleh sekilas karena kaget dengan pertanyaan Freya.
"Nyari pacar lebih susah dari cari kerjaan, Frey," jawab Gavin dengan berusaha sedikit tersenyum.
"Kenapa begitu?"
"Maybe I have a trust issue? Aku suka seseorang sejak kecil, I missed the chance. I tried to give my whole life to someone, turns out she betrayed me..."
"Hmm, aku tahu kasus itu..."
"Yeah, seluruh negeri pun tahu sepertinya. Ada sih beberapa pacar lagi setelah itu. Tapi hanya datang dan pergi, hati aku gak nyangkut, Frey. Jadi ya lebih baik sekarang fokus ke sesuatu yang bisa aku raih dan gak akan bikin aku kecewa. Udah setua ini gak ada lah waktunya buat main-main lagi."
"Jadi kalau kamu ketemu sama cewek, kamu mau maksud serius? Nikah?"
Gavin menghentikan mobilnya di lampu merah lalu menatap Freya dengan serius.
"Ya." Hanya itu jawaban Gavin. Tapi bahkan satu kata, dua huruf itu saja sudah membuat Freya yakin akan niat Gavin.
"Semoga kamu segera ketemu pasangan yang tepat, Gav," Freya mengelus lengan atas Gavin. Tanpa ragu-ragu Gavin meraih tangan itu dan mengelusnya.
"Soon, Frey," balas Gavin.
***
Happy weekend!
-Amy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)
RomanceFreya Kindangen dan Reinaldo Maindoka adalah sepasang anak kembar yang tidak senang disama-samakan tapi menyayangi satu sama lain tanpa mau mengakui. Freya mewarisi sifat sang ayah yang sangat kalem dan Rein mewarisi keceriaan ibunya. Freya tidak p...