Hanya Tuhan dan Rein yang tahu apa yang Rein lakukan sepulang bekerja. Seminggu setelah putus dari Ratu dan setelah menginap di rumah orang tuanya bersama Freya, Rein memilih untuk bekerja dari kantor. Alih-alih bekerja dari rumah. Selain memang dia perlu meninjau proyek, berkoordinasi dengan teman-temannya sesama arsitek, Rein juga semacam ingin mencari alasan untuk menjalani 'perjalanan pulang'.
Itu juga yang menjadi pertanyaan Bella.
"Ke proyek kan gak setiap hari?" Adalah pertanyaan Bella setelah beberapa kali Rein menemuinya di proyek dan menawari pulang bersama.
"Gak apa-apa. Biar terpantau aja kan pengerjaannya. Kalau ada yang salah, bisa cepet ditangani. Biar cepet selesai juga." Rein kemudian berdeham.
Mereka sama-sama diam lagi. Bella memang tidak pernah banyak bicara. Bukan tipe yang mudah mengeluarkan topik, meski dia sangat bisa menanggapi topik yang dikeluarkan Rein. Padahal saat Bella pertama kali mampir ke rumahnya, dia tampak akrab bicara dengan Freya.
"May I ask you something?"
"Iya," Bella menoleh. Rambut pendeknya diikat, beberapa helai keluar dari ikatan karena aktivitas seharian membuat ikatannya melonggar dan Bella belum sempat memperbaikinya. Ekspresinya tampak lelah, wajar. Tapi wajahnya sendiri tetap segar. Pasti karena sesuatu yang disemprotkan ke mukanya tadi sebelum pulang. Make up-nya sudah hilang meski bibirnya tetap sedikit berwarna. Lip gloss, lip balm? Dipakai Bella juga sebelum pulang tadi. Singkat kata, Bella terlihat lelah tapi segar tanpa perlu berlebihan.
"At first time we met, di kantorku. Nichol lihat kamu pakai cincin. Apa penglihatan dia benar?"
Refleks, Bella memegang jari manis tangan kirinya. Berarti Nichol benar. Pernah ada cincin di sana.
"Iya."
"Jadi kamu punya tunangan?"
Bella tampak sedih tapi kemudian dia tersenyum.
"Was. Sekarang nggak."
"Oh. So you are single now." Rein hanya ingin tahu status Bella sebenarnya. Kalimat itu mengkonfirmasi pertanyaannya.
"Iya." Bella kembali diam.
Rein menjalankan mobil sampai sebuah titik yang selalu dijadikan Bella sebagai tempatnya berhenti. Entah rumahnya adalah sebuah rahasia, entah dia masih tidak ingin Rein terlalu dekat dengannya, entah apa. Tapi Rein tidak pernah mengantar Bella hingga ke rumahnya.
"Rein, udah mau nyampe," Bella bersiap membuka safety belt ketika Rein memutuskan dia mau melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
"Rumah kamu ke sebelah mana lagi?"
"Eh masih masuk lagi. Turunin kayak biasa aja. Aku tinggal jalan..."
"Sebenernya berapa jauh lagi?" Rein perlahan menjalankan mobilnya supaya ella tidak sadar bahwa Rein terus melangkah maju dari tempat biasanya dia turun.
"Hmm, around 200 meter?"
"Dua ratus meter?! Astaga, Bel. I should've dropped you home. Ini udah malam ya. Buset dah. Kenapa sih emangnya gak bisa antar sampai rumah?"
"Gak enak aja ngerepotin, Rein. Lagian ini Depok. Jauh."
Rein mendecak. "Rumahku Jakarta Selatan. Deket kali. Show me the way."
Akhirnya Bella tidak jadi turun di tempat biasanya dan malah menunjukkan jalan menuju rumahnya. Mereka sampai di area perumahan dan Bella menunjuk sebuah rumah. Rein memarkirkan mobilnya lalu turun. Bella tampak kaget dan buru-buru turun juga.
"Rein?"
Rein dan Bella sama-sama menoleh. Dari rumah depan, seseorang baru saja membuka pintu mobilnya namun batal masuk. Dia tampak kaget meliat Rein berada di situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)
RomansaFreya Kindangen dan Reinaldo Maindoka adalah sepasang anak kembar yang tidak senang disama-samakan tapi menyayangi satu sama lain tanpa mau mengakui. Freya mewarisi sifat sang ayah yang sangat kalem dan Rein mewarisi keceriaan ibunya. Freya tidak p...