Makan malam diisi dengan obrolan yang terbagi dalam dua kubu. Kubu orang tua dan kubu anak-anak. Entah bagaimana tapi baik orang tua si kembar ataupun orang tua Gavin dan David, seakan tidak kehabisan bahan pembicaraan. Sementara itu di kubu anak-anak, David yang memimpin diskusi. Suatu hal yang jarang terjadi karena biasanya yang menjadi center of attention adalah Gavin. Dia yang bisa memimpin pembicaraan, dia yang membuat suasana lebih ceria, dia yang membuat semua mata tertuju padanya.
Malam ini, Gavin hanya ingin mengobservasi.
Sesekali Amy menyapa Rein atau Freya, menanyakan apa yang sedang mereka kerjakan. Tanpa bisa dicegah, baik Rein maupun Freya dengan lancar menceritakan pekerjaan mereka. Kadang Kalila yang melemparkan pertanyaan kepada Gavin dan David, menanyakan ekspansi bisnis apa lagi yang dipikirkan David atau peran apa lagi yang akan dilakoni oleh Gavin. Kemudian para bapak akan ikut serta dalam pembicaraan mengenai hal-hal seputar bisnis. Pada saat ini Franklin akan ikut serta.
Gavin memang belum pernah bertemu anak kembar beserta pasangannya dalam satu waktu yang sama. Sebelumnya dia hanya pernah bertemu dengan Rein saja, Freya saja, atau Rein dan Freya. Namun ketika Rein dan Freya berkumpul disertai pasangan masing-masing, sekali lihat saja Gavin tahu bahwa hubungan pasangan mereka tidak harmonis.
Ratu selalu memandang Freya dengan tatapan benci dan dibalas Freya dengan tatapan jijik. Rein tidak pernah mau memandang Franklin, menganggap Franklin tidak ada. Sebaliknya, Franklin berusaha mengajak Rein dalam pembicaraan dan diacuhkan oleh Rein.
"Well, hubungan yang sulit," pikir Gavin dalam hati.
"Om, Tante," Franklin menyambar kesempatan bicara saat tidak satu pun bersuara karena topik pembicaraan terakhir baru saja selesai. Panggilan Franklin membuat Arthur, Kalila, Amy, dan Lee menoleh padanya. "Saya mohon restu untuk melamar Freya."
Bukan hanya mata Arthur dan Kalila yang membelalak. Tapi juga Rein. Bahkan sepertinya mata Rein sudah hampir menggelinding. Wajah Freya bersemu merah. Dia menatap wajah kedua orang tuanya dan mengangguk pelan.
"Saya dan Freya sudah pacaran sekitar tiga tahun. Menurut kami sudah cukup waktunya kami saling mengenal dan saya ingin beranjak ke hubungan serius dengan Freya," Franklin menatap Freya dengan tatapan yang membuat Gavin mengingat sahabatnya. Freya semakin tersipu. Tangan mereka saling menggenggam di atas meja makan. "Sebelumnya saya sudah melamar Freya dan dia bilang setuju."
Freya mengacungkan tangan yang mengenakan cincin di jari manisnya. Rein menutup wajah. Dia tahu soal itu tapi benar-benar tidak menyangka Franklin akan melamar Freya se-ka-rang. Rein terlambat mencegah Franklin melakukan itu.
"Wahhh," Kalila berseru, menepuk pipinya. "Freya kok gak cerita sama Mama?"
Kalila pura-pura marah tapi kemudian tersenyum. Freya sendiri tersenyum. "Maa, kan mending Franklin sendiri yang bilang sama Mama."
Kalila berdiri dari kursinya untuk merangkul Freya dan Franklin. "Tentu Mama setuju."
"Aku nggak," Rein menggeleng. Menggebrak meja sambil berdiri. "Sampai kapan pun aku gak akan pernah restui Freya dengan Franklin. Kalau kalian tetap memutuskan untuk pacaran apa lagi menikah, jangan anggap aku saudara kamu lagi."
Semua orang terhenyak mendengar kalimat berani dari Rein. Tangan Freya yang semula rileks memeluk Kalila, sekarang terkepal. Tanpa bisa dicegah, Freya ikut berdiri dan ikut memukul meja. Semua orang kembali terkejut karena Freya yang biasanya tenang bisa terlihat mengerikan seperti itu.
"Menurut kamu aku setuju kamu sama ular ini?" Freya menunjuk Ratu. "Kalau kamu gak restui aku dan Franklin, menurut kamu, aku bakal restui kamu sama Ratu? Well, NO REIN!""Fine. Terserah. Laki-laki ini gak cocok buat kamu," balas Rein.
"Say that to that woman. Dia juga gak cocok buat kamu," Freya balas berteriak. Freya tampaknya bisa melompati meja untuk menjambak Ratu, terutama ketika Ratu mulai berdiri. Gavin yang duduk di sebelah lain Freya baru saja akan menenangkan Freya, namun ada yang lebih cepat.
Arthur sudah berdiri di belakang Freya dan menarik putrinya ke dalam pelukan. Dia memeluk Freya dengan erat dan mulutnya berkomat-kamit. Sedetik yang menegangkan ketika Gavin melihat Freya mulai menangis di pelukan ayahnya.
"Ayo pergi," Rein menarik tangan Ratu dan keduanya segera pergi tanpa berpamitan. Suasana makan malam yang semula terasa hangat jadi sangat dingin. Terlalu dingin sampai Gavin merasa dirinya salah tempat.
"Er, Kalila, aku pamit pulang," Amy bangkit berdiri dengan ragu-ragu.
"Eh iya. Maaf karena jadi begini," Kalila melepas kepulangan keluarga Kusuma sementara Arthur masih belum berubah posisinya dari memeluk Freya yang masih menangis. Saat Kalila kembali ke ruang makan, dia melihat Freya sedang duduk dan ditenangkan oleh pacar dan ayahnya.
"Do you want something, Sayang?" tanya Kalila lembut.
"I think I... I want to sleep," ucap Kalila dengan tersedu. Kepalanya mendongak untuk menatap Franklin. "I'm sorry."
"Don't worry," Franklin meraih tangan Freya dan menciumnya. "Gak semua hal berjalan mulus. Mungkin kita harus berjuang lagi."
Freya mengangguk dan melepas Franklin pulang. Sisa malam itu dihabiskan Freya menangis sampai tertidur di pelukan ibunya.
***
Hari ini DDEE double update karena hari ini hari spesial.
Jangan lupa vote dan komennya ya!
-Amy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)
RomanceFreya Kindangen dan Reinaldo Maindoka adalah sepasang anak kembar yang tidak senang disama-samakan tapi menyayangi satu sama lain tanpa mau mengakui. Freya mewarisi sifat sang ayah yang sangat kalem dan Rein mewarisi keceriaan ibunya. Freya tidak p...