XV

1.1K 277 49
                                    

Freya menatap apartemen ini dengan pandangan takjub. Di telepon tadi, Marissa terdengar seperti masih kecil. Jadi Freya membayangkan tempat tinggal yang berantakan dengan mainan. Nyatanya, apartemen ini rapi, bersih, semua barang berada pada tempatnya. Tapi penghuni yang menyambutnya meyakinkan Freya bahwa Marissa yang menelepon Gavin adalah seorang anak kecil.

"Uncle!!!" Marissa berlari dan melompat ke pelukan Gavin begitu Gavin melangkahkan kaki ke dalam.

"Marissa!" Gavin menggendong gadis kecil itu dan mereka berputar beberapa kali. Mereka tertawa-tawa girang seakan mereka jadi manusia paling bahagia di dunia ini. Gavin tampaknya lupa dia datang bersama Freya.

"Halo," sapa seseorang yang tadi membukakan pintu. Dia menggerakkan kepalanya dan tersenyum ramah kepada Freya. "Marshella. Mamanya Marissa."

"Freya, teman Gavin," balas Freya sembari balas tersenyum.

"Kita pernah ketemu di suatu tempat gak ya?" Marshella menggerak-gerakkan kepalanya hingga rambutnya yang hitam, panjang, dan berkilau bergerak indah. Freya tidak akan heran kalau Marshella mengaku dia model iklan sampo.

"Hmm, mungkin. Aku juga merasa pernah lihat kamu," jawab Freya.

"Ya mungkin aja, Mar. Freya ini anaknya Om Arthur lho," Gavin menimpali. Kedua perempuan itu menoleh dan melihat Marissa sedang duduk di atas punggung Gavin.

"Oh Om Arthur dan Tante Kalila. Aku kenal mereka tapi sepertinya memang belum pernah ketemu anak-anaknya." Marshella mengangguk-angguk.

"Dan kalau Freya ngerasa pernah lihat Marshella, ya wajar. Marshella kan model sekaligus bos PTV," Gavin menambahkan.

"Ssshhh," Marshella menaruh jari di bibirnya. "Gak penting."

"Uncle, ayo mamam kue." Marissa turun dari punggung Gavin lalu menarik tangannya menuju dapur. "Papa udah makan duluan."

"Iya nanti Papa makin gendut. Sana Gav, bantuin," Marshella mengikuti Marissa dan Gavin. Baru berjalan selangkah, dia ingat bahwa ada Freya yang berdiri bingung. Marshella segera merangkul tangan Freya dan berjalan bersama menuju sisi lain apartemen yang merupakan dapur.

"Udah potongan keberapa nih?" Marshella menundukkan kepala langsung menghadap ke orang yang tampak sedang mengunyah sambil menonton melalui iPad.

"Masih yang kesatu," ujar orang yang Freya duga adalah suami Marshella sekaligus ayah Marissa. Dia menunjuk kue yang memang baru terpotong sedikit.

"Kirain udah nambah lagi," sindir Marshella tapi dia nyengir.

"Nggak. Aku sengaja ambil dikit karena nanti siap-siap buat ngabisin jatah kamu kalau kamu gak abis. Atau Marissa gak abis makannya."

"Makanya Marissa bilang Papanya makin gendut ya," Gavin ikut menanggapi.

Papa Marissa berdiri dan akhirnya melihat tamu-tamunya. Bagi Freya, ucapan "Papanya makin gendut" sepertinya mitos. Pria di hadapannya sama sekali tidak terlihat kelebihan berat badan. Kalau tidak ingat di sebelahnya ada istri dan anaknya, mungkin Freya yang jarang jatuh cinta ini pun bisa langsung naksir berat.

"Udah dateng, Gav," sapanya.

"Yoi. Begitu dipanggil Marissa, masa gue gak langsung meluncur," Gavin mendekati meja makan karena ditarik oleh Marissa. Mereka langsung duduk bersebelahan dan memotong kue. Lagi-lagi Freya bengong dan diselamatkan Marshella.

"Ini Freya, Mincil. Anaknya Om Arthur. Pacarnya Gavin," Marshella mengenalkan Freya pada suaminya.

Mendengar kalimat Marshella, baik Gavin maupun Freya langsung melotot.

The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang