XX

1.2K 278 38
                                    

Freya sedang mengecek kembali bahan masakan, menyesuaikan dengan resep, ketika bel rumahnya berbunyi. Apakah tamunya sudah tiba? Tapi janji bertemu mereka masih tiga jam lagi. Waktu yang cukup untuk memasak cukup banyak makanan bagi dua orang.

Karena tidak ingin membuat tamunya menunggu, Freya mengelap tangannya dan berlari keluar. Benar saja. Gavin sudah berdiri di depan rumahnya.

"Halo," Gavin menyapa dengan riang sambil mengangkat kantung kertas yang tampak penuh.

"Gav, janjiannya kan masih tiga jam lagi?" Freya tampak heran tapi tetap mempersilakan Gavin masuk.

"Iya. Tapi seharian ini sebenarnya aku gak ada agenda. Ditambah begitu tahu kamu masak sendiri, mending aku datang lebih cepet. Bantu. Gak salah kan?"

"Oh iya. ART aku emang gak datang kalau Minggu. Tadinya aku mau beli aja. Tapi kayaknya masak yang lebih susah bakal seru. Makanya aku juga baru ngasih tahu kamu tadi siang."

"Oke. Let me help. Aku juga bawa cemilan dan beberapa minuman."

Tampaknya tidak ada gunanya mencegah kehadiran Gavin. Mereka berdua segera menuju dapur untuk mulai memasak. Gavin mengenakan celemek yang tampak kontras dengan kemeja birunya. Dia tampak cute, menurut Freya, dengan pakaian yang kontras begitu. Awalnya Gavin pun tertawa, tapi dia tampak santai dan mulai membantu.

Freya berencana memasak seafood hari ini. Seafood ala warung tenda alih-alih restoran bintang lima. Dia tahu bahwa Gavin temasuk pemakan segala dan sama sekali tidak keberatan makan langsung dengan tangan dan tidak perlu repot dengan sendok, garpu, dan pisau.

Pembicaraan mereka seputar pekerjaan Freya dan pengalaman Gavin. Menyambung pada industri komunikasi di bidang media lalu sampai pula ke pembahasan mengenai hak cipta, legalitas, dan privasi. Berbicara dengan Freya memiliki nuansa yang berbeda dibanding saat Gavin berbicara dengan perempuan lain yang ia kenal.

Dengan Marshella, selalu berapi-api, lebih banyak dia yang mengutarakan kata-kata. Dengan ibunya, lebih banyak disambungkan dengan makna hidup. Dengan rekan sesama artisnya, 10% topik 'berat', sisanya membahas tren, penampilan, uang. Bicara dengan Freya memang bisa membuat Gavin merasa lebih pintar, terutama dengan gaya Freya yang tenang.

Tapi Gavin tahu ada yang aneh dengan Freya hari ini.

"Lagi ada masalah?"

Freya menoleh setelah meniriskan cumi goreng tepung. "Apa?"

"Lagi mikirin sesuatu ya?" Gavin memegang pipi Freya.

Freya berkelit. "Nggak. Lagi fokus aja supaya masaknya gak salah. Ini agak susah soalnya Gav."

"Yakin?"

"Iya yakin. Yuk lanjut masaknya. Dikit lagi selesai nih."

Gavin tidak mengungkit lagi masalah perbedaan yang dirasakan Freya. Ketika masakan selesai, mereka mengagumi hasil karya mereka. "Ini bakal abis gak ya?" tanya Freya takjub.

"Abis. Seminggu ini aku makan bener. Jadi hari ini bisa cheating day. Atau mau undang Rein? Makan di sini?" Gavin duduk di meja makan dan menepuk kursi di sebelahnya agar Freya ikut duduk.

"Can not. Rein lagi pacaran."

"Er, what? Aku gak salah denger?" Gavin terbelalak.

"Iya dia baru jadian sama Bella. Katanya Rein sayang sama Bella dan gak mau Bella sedih lagi. Klise ya kembaranku." Freya mendengus tapi dia tersenyum juga. Ikut senang melihat Rein yang jatuh cinta lagi. "Eh katanya Bella tetangga kamu ya?"

Gavin bengong. Baru dua hari lalu dia bertemu degan Bella dan Rein. Mereka tampak tidak berpacaran. But who knows?

"Well, iya. Kami tetangga dan kenal sejak kecil. Damn, bisa-bisanya Rein pacarin tetanggaku. Hahaha. Dunia sempit banget." Gavin tertawa puas. "Aku ikut bahagia untuk Rein. Sungguh. Bella anaknya baik banget. Perhatian. Gak macem-macem. Keluarganya juga baik. Cocok sama Rein. I really hope they are happy."

The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang