Meski dirinya yang meminta putus, tidak dipungkiri bahwa Rein juga merasa kosong. Terlepas dari sikap Ratu yang membuatnya super jengkel, berpacaran dengan Ratu selama bertahun-tahun tentu membuat dirinya merasa bahagia juga. Ada hari-hari bahagia yang mereka jalani bersama dan Rein berharap itu yang terjadi setiap hari.
Begitu bangun tidur di hari Minggu, tidak seperti biasanya, Rein memilih menatap langit-langit selama beberapa saat. Langit di luar masih gelap, jam masih menunjukkan pukul lima dini hari, dia masih punya waktu sebelum waktu Subuh usai. Rein memikirkan keputusannya.
Dia baru saja meminta putus dari perempuan yang dipacarinya bertahun-tahun. Perempuan yang memegang rekor pacaran terlama dengannya. Perempuan yang kebetulan seorang putri tunggal dari kerabat orang tuanya. Perempuan yang memiliki kualitas diri luar biasa.
Walaupun mungkin orang tuanya akan heran, atau bahkan Tante Janice juga turun tangan, Rein tidak menyesal dengan keputusannya. Hubungan Rein dan Ratu dirasa tidak sehat. Bukan salah orang lain. Mereka berdua saja yang tidak pantas bersama.
Rein akhirnya beranjak untuk beribadah. Setelah selesai, akhirnya dia menyentuh handphone dan melihat beberapa pesan yang muncul.Kamu putus sama Ratu? Kenapa?
Bagus. Ibunya sudah tahu. Rein memilih mengabaikan dulu pesan ibunya dan malah menelepon saudarinya.
"Apa?" Tanya Freya begitu mengangkat telepon dari Rein.
"Buset galak amat. Met pagi kek gitu," balas Rein.
Freya kemudian tertawa. "Sorry, nyawa belum ngumpul semua. Baru melek."
"Jangan lupa shalat," Rein mengingatkan.
"Iya ini mau. Makanya, ngapain nelepon?"
"Sarapan sini dong. Masak di sini aja. Sekalian lunch sama dinner."
"Pasti ada yang mau diceritain ya?" Freya menuduh.
"Elah. Udah sini aja."
"Tapi rencananya aku mau lunch sama Gavin. Dia mau ke sini."
Rein mendadak bersiul. "Kayaknya ada yang perlu cerita juga."
"Gandeng maneh," bantah Freya.
Rein tergelak.
"Gavin ke sini juga lah. Aku kan kenal juga sama dia. Oke ya? Aku tunggu jam enam. Jangan lupa shalat!" Rein menutup teleponnya dan kembali berbaring sembari menunggu Freya tiba.
"Hey Siri, play song from Break Up Songs playlist."
***
Freya memenuhi permintaan Rein. Walaupun terlambat sedikit. Masih mengenakan piyama, Freya memasuki rumah Rein, menenteng tas berisi pakaian dan tas berisi bahan masakan.
"Good food is coooomiiiiing," seru Rein saat Freya tiba.
"Bantuin!" Freya menjulurkan lidah dan segera menuju dapur.
"Siap!" Rein mengikuti saudarinya ke dapur dan menunggu perintah.
Freya mengeluarkan bahan-bahan masakan dari tas tapi lalu gerakannya terhenti. "Bikinin kopi dulu dong."
"Tentu boleh," Rein melesat ke mesin pembuat kopi, menyiapkan gelas, menyalakan mesin, dan menunggu cairan hitam pekat itu memenuhi gelas. Rein menyerahkan satu gelas kepada Freya. Satu gelas lagi untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan Rein yang langsung menikmati kopinya, Freya malah hanya mengelua gelasnya.
"Itu gelasnya dielus gitu biar keluar jin?"
Freya menggeleng. "Aku mau cerita kenapa aku benci Ratu."
"Eh? Kenapa tiba-tiba?" Rein berpikir jangan-jangan Freya sudah tahu bahwa dirinya putus dengan Ratu.
"Karena aku mau tahu juga kenapa kamu benci Franklin. Setelah tahu itu, aku bisa semakin yakin mau mengambil langkah apa tentang... hidupku."
"Hmm, begitu. Oke," Rein pikir sudah tidak ada ruginya lagi sekarang jika dia akhirnya tahu apa yang membuat Freya membenci Ratu. Toh dia dan Ratu sudah putus. Freya sendiri, sepertinya sedang bimbang dengan perasaannya pada Franklin.
"Kamu ingat Liam?"
"Pacar kamu yang lumayan lama kan? Dari kuliah kalau gak salah."
"Iya. Pacarku terlama. Lebih lama dari Franklin bahkan. Aku sayang banget sama dia. Aku pikir aku bakal nikah sama dia. Dia kenal Mama dan Ayah dan cocok. Aku kenal keluarganya juga dan bener-bener seperti tunggu waktu sampai Liam melamar."
Freya diam. Matanya menatap lantai. Tatapannya terasa kosong. Rein berusaha menutupi rasa penasaran sekaligus khawatir dengan cara meminum kopi terus menerus dengan menyeruput sedikit demi sedikit."Begitu kerja, Liam resmi tinggal di apartemen. Aku tahu apartemennya karena pernah ke sana sama temen-temen kuliah. Waktu itu cuma mampir sesekali karena ortunya belum ngasih ijin buat Liam tinggal di sana sepenuhnya. Suatu hari aku main ke sana karena Liam bilang dia gak kerja karena sakit. Yang bikin aku kaget, pintunya gak dikunci. Kebuka aja gitu. Karena penasaran, khawatir dia dirampok atau apa, akhirnya aku masuk. Ternyata..."
Freya tersenyum miris dan Rein semakin buruk perasaannya.
"Ada baju, celana, bra, CD, kececer dari pintu depan sampai tempat yang aku tau itu kamarnya Liam. Aku jalan pelan-pelan dan lihat isi kamarnya. Ya ampun, aku beneran kayak nonton film porno." Freya memijat keningnya.
"Ada cewek lagi di atas Liam. Dua-duanya gak pake baju dan dua-duanya ngerang kenceng banget," Freya tampak tidak nyaman bercerita. Dia beberapa kali menelan ludah tapi berusaha melanjutkan. "Tangannya Liam gerayangan dan aku cuma bisa bengong. Gak nyangka Liam bisa kayak gitu. Mereka gak sadar ada aku karena sibuk bercinta. Tapi untunglah kayaknya mereka akhirnya orgasme, jadi aku gak perlu nontonin lebih lama lagi. Dan aku udah siap buat ngelabrak mereka berdua, sampai aku liat cewek yang di atas Liam dan baru teriakin nama Liam saat dia orgasme."
"Don't say that..."
"Dia berdiri dan noleh ke belakang. Saat itulah aku tatap-tatapan sama Ratu." Freya tersenyum kecut.
Rein seperti kehilangan pegangan. Gelasnya ditaruh di meja dengan bunyi kencang. Freya bergegas menghampiri Rein."Ini memang menyebalkan, Rein. Buatku juga. I trust her as my bestfriend. Tapi dia malah tidur dengan cowok lain. Dan yang bikin aku lebih kesal, Ratu bersikap kayak gak ada apa-apa. Dia bilang, 'Liam lagi pengen, gue juga.' Walaupun akhirnya Ratu minta maaf, tapi tetep gak terima. Kenapa dia harus ngelakuin itu sama Liam? Kenapa gak cowok lain?"
Freya mengingat kejadian itu sama jelasnya seperti dia mengingat kejadian sekarang. Perasaan dikhianati, perasaan kecewa oleh orang yang dia percayai. Hati yang hancur lebur.
Liam mengejar Freya yang langsung lari begitu Ratu mengatakan hal itu. Masih tanpa mengenakan apa-apa. Dengan tatapan jijik, Freya mengumpat ke arah Liam dan segera pergi dari situ. Freya memutuskan hubungannya dengan Liam setelah mendiamkannya seminggu.
Rein mendengar tangis pilu Freya dan memeluk kembarannya itu. Tangan Rein mengelus rambut dan punggung Freya. "Tapi... kemarin kami putus, Frey."
"Apa?" Freya mendongak.
Oh Freya belum tahu.
Rein menceritakan kejadian putusnya dengan Ratu tadi malam. Dilanjut dengan ceritanya mengenai kenapa dia membenci Franklin.
"Jadi Franklin yang suka bikin kamu berdarah-darah kalau pulang sekolah?" Freya membelalak. Tidak menyangka Franklin yang selalu sopan dan tampak rapi ternyata seperti itu.
Rein nyengir. "Begitulah."
Freya menunduk.
"Apa yang mau kamu lakukan?"
Freya menggeleng. Untuk hubungannya sendiri, dia juga tidak tahu.
***
Bonus update hari Sabtu karena hari ini Kim Namjoon ulang taaaaaauuuuunnn! 💖🤗🎂🥳🥰
-Amy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin's Troubles - END (GOOGLE PLAY)
RomanceFreya Kindangen dan Reinaldo Maindoka adalah sepasang anak kembar yang tidak senang disama-samakan tapi menyayangi satu sama lain tanpa mau mengakui. Freya mewarisi sifat sang ayah yang sangat kalem dan Rein mewarisi keceriaan ibunya. Freya tidak p...