Chan baik-baik saja. Tidak ceroboh dan tidak aneh. Normal seperti biasa. Dan ia mulai membuka diri pada adik-adiknya. Karena itu akhir-akhir ini Chan menjadi sedikit cerewet.
Walaupun begitu Chan tetap gila kerja. Hampir setiap malam ia begadang karena pekerjaan tambahan. Lalu paginya selalu mengeluh pusing karena dipaksa bangun oleh Jisung.
Tidak apa, selagi Chan menikmati pekerjaannya. Hal itu sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi.
Berbeda dengan si kakak sulung, ketiga bintang sepertinya berubah menjadi lebih lesu. Jisung paranoid, Felix muram, dan Seungmin menjadi sedikit sensitif.
Soal Felix, katanya Changbin tidak lagi meneleponnya pula tidak menemuinya sejak hari itu. Tentu si lelaki freckles merasa kesepian. Ia pun sudah menceritakannya sebagian kejadiannya pada Chan.
Untuk Jisung, lelaki tupai itu tidak bercerita apa-apa. Akhir-akhir ini ia menjadi semakin manja. Setiap Chan pulang, Jisung akan menjadi orang pertama yang menyambutnya lalu memeluk hangat.
Dan Seungmin, ia hanya fokus belajar. Tapi sifat sensitifnya sering kali membuat Chan kalap. Pernah suatu saat Chan tak sengaja tersandung ketika pergi berangkat kerja, dan Seungmin memarahinya habis-habisan.
Jelas ada hal yang sedang mengganggu ketiga adiknya.
Kembali ke latar belakang yang sekarang.
Chan kini tengah berdiri di antara kedua adiknya, tertegun ketika melihat Seungmin secara tiba-tiba membalikan badan menghadapnya dengan senyum lebar terpatri di wajahnya.
"Aku menang! Sekarang giliran Kak Chan yang mengambilkanku rapot!"
Ia menunjukan satu tangannya yang mengeluarkan gunting lalu mengejek kecil Jisung dengan kertasnya. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka berdua untuk merebut Chan dengan permainan gunting, batu, kertas.
Sudah masa pembagian rapot. Tidak mungkin Chan akan mengambil dua rapot sekaligus. Dan untuk tengah semester tahun ini, Seungmin menjadi orang beruntung yang mendapatkan wali.
"Jisung kan bisa sendiri, nanti kalau sudah selesai, aku bakal lari kencang ke kelasmu." tukas Chan, mengelusi rambut yang lebih muda.
Jisung tetap diam. Bibirnya dimajukan kesal. Detik kemudian ia malah memeluk Chan erat, enggan dilepaskan bahkan setelah Seungmin berusaha menariknya kuat.
"Haku mau cama Ka Can!" rengeknya mempererat pelukan. Kakinya sudah melingkar di tubuh Chan. Menggantung seperti koala.
"Aduh Jisung! Malu dilihat banyak orang!" teriak Chan, tidak berguna sebenarnya karena Jisung tidak bisa mendengar.
Ketiganya masih ribut di depan pintu sekolah. Hanya Chan yang merasa malu ketika diperhatikan murid dan wali lainnya. Jisung masih tidak mau lepas, dan Seungmin mengusahakan segala cara agar saudaranya melepaskan si kakak sulung.
Tiba-tiba saja Chan merasakan seseorang mencolek bahunya. Lelaki blonde itu menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati seorang siswa dengan seragam yang lengkap dengan almamater.
"Ng... Sia--"
Seungmin langsung menunjukan layar handphonenya pada Chan. "Itu Kak Minho, yang mengajar Jisung di kelas barunya."
"Iya, saya Lee Minho, temannya Jisung. Ngomong-ngomong bisa saya bicara dengan anaknya?" Minho ikut berucap. Sedikit terkekeh melihat adik kelasnya yang menyembunyikan wajah di perpotongan leher Chan.
Chan memandangi Minho sebentar, menilai lelaki itu, 'Apa dia memang baik seperti yang biasa Jisung ceritakan?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Star | Stray Kids
FanfictionMencari arti kata 'bahagia' dalam keterbatasan hidup. ©Kyrumie, 2019.